Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Siapa pun berani bersumpah. Yang melihat pelukan setenang gemercik hujan di pagi hari musim semi, akan ikut terbawa suasana hangat bagaimana damainya langit memberi restu.
Lisa yang membuka mata lebih dulu mengecup dahi Jennie, melepas senyuman paling tenangnya sepanjang hidup. Jennie terusik, lalu membuka matanya. Ia segera bangun dengan salah tingkah, terduduk kaku, turun dari ranjang pasien dan berdiri di sisi Lisa.
Tanpa berpamitan, Jennie pergi ke kamar mandi tanpa alas kakinya. Lisa tersenyum melihat sikap manis Jennie kala bangun tidur dari pelukannya. Ia mengusap bibirnya dan tersenyum mengingat kejadian semalam.
"Tidak mungkin jika Jennie tidak mengingat kejadian semalam. Aku yakin dia 99% sadar. Tapi kenapa dia harus menghindariku?" ucap Lisa.
"Micheosseo! Aku pasti benar-benar sudah gila! Apa semalam itu mimpi? Tapi kenapa aku merasakannya begitu nyata? Seperti saat aku tengah koma dulu. Ah! Ini gila ini gila! Bagaimana aku harus menemuinya? Kita sudah berkencan sekarang? Atau itu hanya halusinasiku saja? Oh God.. Please, help me" ucapnya sembari menepuk-nepuk pipinya berusaha sadar. Lalu menatap cermin, mengecek bibirnya yang masih sama, dengan warna yang sedikit berubah.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin Lisa menciumku dalam keadaan seperti ini 'kan? Aku sangat mengerikan, Ya Tuhan.. Kenapa Lisa bisa sampai menciumku di saat wajahku begitu kusut seperti ini? Aaa... Bagaimana ini?" rutuknya bagai orang kehilangan akal, berbicara sendiri menghadap cermin. Stress dan ingin berubah jadi cantik seketika.
"Tidak mungkin aku menemui Lisa dengan wajah seperti ini 'kan?" ucapnya lagi, lalu seseorang mengetuk pintu toilet yang dimasuki Jennie, dan Jennie pun menjawabnya dengan sopan. "Euh.. Sorry. Ada seseorang di sini" ucapnya dalam bahasa Prancis.
"Gwenchana, aku ingin ke toilet. Pintu lain terisi" ucap Lisa, yang mengetahui bahwa Jennie memang berada dalam toilet tersebut.
"Omo! Yak! Kenapa kau harus ke toiletku?" kalimat tanya yang seharusnya tidak Jennie ucapkan. Namun Lisa tidak kalah dengan strateginya.
"Kau mau aku satu toilet dengan orang lain?" tanya Lisa, Jennie teringat sesuatu tentang Lisa. Lalu membuka pintu itu tanpa banyak tanya lagi dari mulutnya.
"Aku ingin ke toilet untuk memastikanmu baik-baik saja" ucapnya. Jennie tersipu di tengah wajah kusutnya yang belum mandi, mata sembab, serta lingkaran hitam di kantung matanya.
"A-aku tidak apa-apa" jawab Jennie, bersembunyi di balik pintu. Namun Lisa meletakkan penyangga infusannya dan memeluk Jennie.
"Aku takut kau meninggalkanku"
"Omo! Lisa.. Hatiku akan meledak saat ini juga. Kau bahkan memelukku di saat aku bangun tidur dalam keadaan seperti ini?" - Jennie.
Sikap manja Lisa membuat Jennie tak kuasa menodong dirinya dengan kalimat tak pantas. Ia membalas pelukan itu, dan mengusap punggung young Manoban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Réalité [Rêve 2]
Teen Fiction[18+] "Caraku merekam hidup, merupakan proses terindah yang tidak pernah dapat terbayangkan oleh logika manusia lainnya"