93.🔹

1.8K 146 44
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!✨

--------------------------------------------------------------

Lisa dan keluarganya bersiap untuk pergi ke bandara. Di depan rumahnya ada Jisoo dan Rose yang juga membawa putra mereka, Kim Seon Park. Sebelum Lisa berangkat meninggalkan rumah, kedua sahabatnya itu berkunjung untuk menyampaikan kalimat selamat jalan bagi keluarga Lisa.

"Jangan lupa oleh-olehnya" pekik Jisoo, Jennie pun tersenyum.

"Iya eonni, tenang saja. Do'akan kami ya?"

"Iya Jen"

"Rose, kami berangkat dulu" Jennie juga memeluk Rose.

"Eonni, baik-baik ya kalian. Baby Lily juga baik-baik ya di dalam sana. Kalian tidak perlu cepat kembali, yang penting happy. Lisa kau juga hati-hati. Tante.. Hm.." Rose memeluk YeaJi setelah memeluk Jennie, ia juga membelai pipi Zeha dan Zeno yang digendong oleh Lisa. "Pokoknya kalian semua harus hati-hati dan selalu happy di sana. Aku akan menyusul dengan Jisoo juga Seon"

"Janji ya Rose, kalau kau lebih dari seminggu.." ucap Lisa belum selesai, namun Zean menggerutu sendiri.

"Aku harus pulang sendiri, cutiku hanya satu minggu daddy"

"Iya sayang, daddymu paham. Tenang saja hm? Hanya satu minggu atau sepuluh hari kita di sana, Zeha juga harus kembali masuk sekolah"

"Iya mom, tapi waktu itu mommy menyetujui kediaman di sana selama satu bulan karena urusan pekerjaan daddy dan meninggalkan Zean di sini"

"Saat itu 'kan Zean dengan nenek" ucap YeaJi, Zean memeluknya.

"Memang nenek sahabat sejati Zean"

"Zean sudah tidak mabuk 'kan sekarang?"

"Tidak aunty, bahkan sekarang Zean paling kuat"

"Percaya pak polisi"

"Hehehe.."

"Zeha, jangan lupa oleh-olehnya ya? Aku akan minta mommy daddyku menyusul ke Paris" bisik Seon, Zeha mengangguk setuju.

"Tentu saja Seon, aku pasti akan bawa oleh-oleh yang banyak untukmu. Dan aku juga akan menunggumu kalau kau akan menyusul ke sana" Anak itu berpelukan dengan sahabatnya yang sudah ia anggap saudara.

"Kami berangkat ya?"

"Kalian hati-hati di jalan, kabari begitu sampai di sana"

"Nee.."

Semua menaiki mobil menuju bandara, sementara keluarga Chaesoo akan beranjak pulang dari rumah JenLisa.

Di dalam mobil Zeha melambaikan tangannya pada Seon, begitu pun Seon yang melambaikan tangannya pada Zeha. Lisa dan Jennie merekam itu, lalu ikut melambaikan tangannya pada Chaesoo.

❄❄❄

Jennie POV🌼

Kami tiba di kabin pesawat. Penerbangan kali ini menggunakan jet pribadi, di mana anak-anak akan merasa nyaman dan tetap dalam jangkauan kami.

Lisa duduk di sampingku, Zeha dengan kakaknya, dan mama YeaJi berada di kamar dengan Zeno yang tertidur pulas begitu pesawat kami take-off.

Aku menatap seseorang di sampingku yang tengah membaca buku, sebelah tangannya menggenggam tanganku dengan hangat.

Ada kalimat tanya yang ingin kusampaikan padanya, di atas awan di bawah langit yang jauh dari bumi.

"Lisa?"

"Hm?" Dia menurunkan bukunya dan menatapku dengan senyumnya yang tenang.

"Kau benar-benar Lalisa Manoban?"

"Ya, aku Lalisa Manoban"

"Suamiku dan ayah dari tiga orang anak?"

"Aku suamimu dan ayah dari tiga orang anak. Zean, Zeha, dan juga Zeno. Emh, tapi ada satu orang anak lagi yang masih harus kita jaga dan perjuangkan bersama. Baby girl Lily"

"Aku sangat mencintaimu Lisa"

"Aku juga sangat mencintaimu Jennie" Lisa menciumku tak peduli pada awan yang bersaksi, atau cemburu pada sikap manisnya.

Sekarang aku yakin, bahwa mimpiku menjadi kenyataan begitu aku mengucapkan kalimat dalam hati antara langit dan bumi dengan penuh keyakinan. Meskipun aku melupakan sebagian mimpiku waktu itu, namun dengan caraku menyusun naluri yang berarti seperti pelangi yang menghampiri diri, aku dapat menghindari banyak hal negatif yang terjadi dalam mimpi pada diriku telah lalui.

Caraku merekam hidup, merupakan proses terindah yang tidak pernah dapat terbayangkan oleh logika manusia lainnya.

Sore itu, di awal pertemuan kami di kabin ekonomi elit, suasana langit begitu menakjubkan, semburat warna jingga keemasan berpadu dengan birunya langit yang dilapisi awan-awan merona merah muda. Momen di saat matahari terbenam secara perlahan, meredupkan segala cahaya berganti gelap yang pekat. Betapa segala sesuatu keindahan Tuhan pertunjukan. Kami menyaksikan keajaiban dan mengalami begitu banyak kejadian menakjubkan bukan karena aku atau Lisa yang hebat, tapi karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

Aku Jennie Kim Manoban, mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang telah sabar serta setia menantikan momen ini dan mengartikan perjalanan kami.

Kelak kita akan bertemu lagi pada Jennie dan Lisa lainnya di story berikutnya.

Sampai nanti,

With Love,
𝓙𝓮𝓷𝓷𝓲𝓮 𝓚𝓲𝓶 & 𝓛𝓪𝓵𝓲𝓼𝓪 𝓜𝓪𝓷𝓸𝓫𝓪𝓷.

🌼🌸❄

~FINISH~

❄🌸🌼

Terima kasih sudah membaca.
Saya, author M, pamit dari Et Réalité.

Mohon ma'af apabila banyak kekurangan di dalam cerita ini, terutama pada pemilihan kata, tulisan, penyampaian, chapter, dan endingnya yang kurang berkesan. Dan terima kasih banyak atas dukungan kalian yang sudah mau menerima kumpulan kalimat dari nuraniku dengan baik, lapang dada, juga respon yang terbuka.

Terima kasih sudah banyak memaklumi, terima kasih banyak ya, ... ❣
Sampai jumpa lagi reader🧚🏻‍♀✨

🌸🌼❄

Thank you for reading, especially for Voting !!!
Sorry for typo🧘🏻
See u next time..🧸💛
#M.

Et Réalité [Rêve 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang