Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Lisa kembali ke meja makannya dengan raut wajah yang berbeda. Jennie paham betul apa yang terjadi pada suaminya, sehingga ia pun datang menghampiri Lisa untuk memeluknya.
"Hon.. Ada apa sayang? Kenapa raut wajahmu jadi berubah seperti ini hm? Apa ada hal buruk yang terjadi? Tentang keluarga? Perusahaan? Sayang, semua akan baik-baik saja, aku selalu bersamamu" ungkap Jennie begitu menenangkan.
Tapi bagaimana mungkin ia akan merasakan apa itu ketenangan setelah nanti Lisa menyampaikan kabar yang sesungguhnya? Bagaimana mungkin Lisa menyampaikan itu di saat istrinya tengah hamil pada usia empat bulan? Ini adalah waktu di mana pertumbuhan si jabang bayi mulai berkembang, dan kabar itu akan merampas semua usahanya sebagai calon orang tua.
Jennie adalah seorang istri yang amat peka terhadap reaksi suaminya, namun jangan lupakan bahwa Jennie lebih negatif thinking jika dibandingkan dengan Lisa sendiri. Ada sekitar seribu sel yang mampu mempengaruhi Jennie dalam pikiran negatifnya, meski Lisa memiliki berbagai cara untuk menangkalnya, memberikan yang terbaik agar kepala keduanya bisa terus sama-sama dingin. Tapi kali ini, mungkinkah Lisa mampu menahan kehancuran itu? Bahkan untuk menyampaikannya saja Lisa tidak mampu, ia tidak akan sanggup melihat kesedihan itu menimpa istrinya.
"Em, aku percaya padamu sayang. Dan kau juga harus mengerti, bahwa semua yang terjadi di dunia ini, baik yang menimpa kita atau orang lain, itu semua adalah takdir, jalan dan skenario yang harus kita lewati"
"Hm.. Iya suamiku. Ada apa hm? Cerita padaku"
"Aku tidak bisa menyampaikan ini padamu, sayang. Aku minta maaf sebesar-besarnya karena aku tidak mampu untuk mengatakannya. Besok, kita akan terbang ke Korea untuk hal yang paling penting dan menyedihkan. Maafkan aku karena tidak bisa membicarakan ini, tapi kita harus cepat packing untuk segera terbang"
"Kenapa hon? Kenapa begitu mendadak? Papa sakit lagi? Atau.."
"Kita terbang besok hm?"
"Ibu dan ayahku belum mengabariku juga, apa mereka sudah sampai? Mama dan papa sudah sampai hon?"
"Mereka bersama mama papa, sayang" jawab Lisa, ia mengepalkan tangannya menahan tangis. "Lanjutkan makanmu hm? Aku akan mulai membereskan ini dan bersiap packing untuk besok"
"Aku juga sudah selesai makan jika kau sudah selesai makan"
"Tapi minum vitaminmu hm?" Lisa mengecup kepala istrinya, sampai matanya kembali berkaca-kaca, namun ia menahan tangis agar tidak terjadi lagi pertumpahan air mata itu di depan istrinya.
Dengan tubuh yang masih lemas juga diselimuti rasa tidak percaya, Lisa membereskan piring dan yang lainnya dari meja makan dengan pandangan tak fokus ke mana. Ia mencuci piring sembari menangis tanpa suara membelakangi istrinya.
Di tempat yang sama, Jennie membereskan sisa belanjaan tadi yang masih berada dalam keranjang dapurnya. Ia melihat sebuah apel dan ingin mencucinya karena apel itu terlihat menggiurkan. Namun pada saat Jennie mendekati suaminya, ia peluk Lisa dari belakang dan mengecup pipi Lisa yang tidak Jennie sangka wajah tampan suaminya itu tengah menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Réalité [Rêve 2]
Fiksi Remaja[18+] "Caraku merekam hidup, merupakan proses terindah yang tidak pernah dapat terbayangkan oleh logika manusia lainnya"