Bab 3

3.1K 97 0
                                    

Happy reading Phi/Nong-kha~~
Jika ada typo tolong beritahu 🙇🏾‍♀️

Blughhh!!

"Aduh!" teriak Mac saat dia dilempar ke tempat tidur.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya mac sambil bergerak ke sisi kepala tempat tidur dengan panik.

"Pokoknya, aku akan membiarkanmu pergi. Aku ingin mengajakmu beberapa kali lagi, itu bukan masalah besar," kata Nan pelan. Mata Mac terbelalak.

"Kenapa kamu bilang kamu tidak ingin menyentuhku lagi?" tanya Mac buru-buru, sedikit panik di hatinya.

"Jadi... ingatanku pendek," kata Nan, dan langsung berlari ke arah Mac. Mac berjuang. Namun di lehernya masih terpasang rantai dan kalung.

"Ugh..." Mac mengerang dari tenggorokannya kesakitan saat Nan menarik rantai sampai Mac menerkamnya kesakitan.

"Biarkan aku pergi!!" kata Mac keras-keras dengan ekspresi marah muncul di wajahnya, tetapi Nan mengangkat senyum di sudut mulutnya.

"Lepaskan, kamu tidak perlu khawatir," katanya, dan celana Mac segera diturunkan. Mac berjuang.

Pukulan kuat!

Nan sedikit terkejut ketika Mac menendangnya di tengah perut dan dia menerima pukulan ke luka yang ditusuk Mac kemarin. Tapi Nan memegang rantai itu erat-erat.

"Kamu berani menendangku ?!" Nan berteriak pada Mac, menyebabkan Mac melompat meskipun dia takut, dia harus berjuang terlebih dahulu untuk menemukan cara untuk bertahan hidup.

Nan meletakkan Mac di samping tempat tidur agar pihak lain tidak bisa menendangnya. Dia memanjat dan duduk tepat di bawah Mac.

"Sialan! Lepaskan aku, bajingan!" teriak Mac. Ketika kaki tidak bisa bergerak, tangan juga bisa karena merupakan senjata.

"Oh!" Mac menjerit saat tangan yang kuat menekan kepalanya ke tempat tidur dengan paksa, menyebabkan Mac menurunkan wajahnya sehingga sulit bernapas. Kedua tangannya berusaha mengangkat dan memukul tangan Nan, namun ia tidak bisa mengeluarkannya. Nan mencondongkan tubuh ke dekat telinga Mac.

"Jika kamu tidak ingin terluka, jangan pernah memikirkannya lagi," katanya keras-keras sambil berpura-pura menjilat telinga Mac, menyebabkan Mac menutup matanya ketakutan. Tekanan kuat di kepalanya menyebabkan rasa sakit yang tajam yang menyebar ke seluruh penjuru. Nan menegakkan tubuh dan duduk sebelum menarik celana dalam Mac dari tubuhnya karena dia hanya bisa melepas celana Mac pada awalnya. Mac menggigit bibirnya dengan keras mengetahui apa yang akan dia hadapi selanjutnya.

"Huh, bisakah kamu berhenti gemetar? Bisakah kamu?" katanya sinis membuka kancing
celananya. Begitu mendengar ritsleting celananya, Mac mulai meronta lagi.

Tapi tetap berjuang, dia tidak bisa keluar. Nan menertawakan upaya Mac dan bergerak untuk melepas celananya. Mac hanya bisa memejamkan mata dan bersiap menghadapi rasa sakit yang akan datang. Nan masih menekan kepala Mac dengan satu tangan sebelum Nan meraih tongkat panasnya sendiri dan menggosokkannya ke punggung pantat Mac. Mac bisa merasakan panasnporosnya dengan sangat baik. Nan terangsang dengan menggosokkan tongkat panas ke pantat putih Mac sejenak. Tongkat panas bertambah besar dan siap. Nan menggunakan lututnya untuk merentangkan kaki Mac, dengan Mac masih berbaring telungkup. Berat telapak tangan yang menekan kepala Mac menyebabkan pipi Mac juga menekan ke ranjang empuk. Nan pergi untuk membuka laci nakas dan mengeluarkan pelumas.Mac hanya bisa berbaring tengkurap.

"Ugh..." Mac tersentak saat merasakan hawa dingin di saluran belakangnya saat Nan menumpahkan gel pelumas. Napas berat Nan terdengar.

Nafas berat Nan terdengar sesekali saat dia mulai mengingat pencekikan saluran belakang Mac. Nan juga merasakannya dan merasa sangat senang hingga ingin mengalaminya lagi.

Love Syndrome : Nan-Mac Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang