Bab 40 ENDING

3.4K 96 18
                                    

Happy reading Phi/Nong-kha~~
Jika ada typo tolong beritahu 🙇🏾‍♀️

"Mac, Mac, kamu sudah bangun?" Suara Nan terdengar, menyebabkan Mac yang terbungkus selimut perlahan membuka matanya.

"Apa?" tanya Mac dengan nada mengantuk.

"Aku akan mengajakmu melihat matahari terbit" kata Nan. Mac terdiam beberapa saat sampai Nan mengira dia tertidur.

"Bawa aku ke kamar mandi dulu" kata Mac, yang membuat Nan terkekeh sebelum menarik Mac dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi. Langit masih gelap, lampu-lampu dari lampion di sepanjang jalan masih menyala.

"Dingin?" Nan bertanya setelah melihat Mac gemetar.

"Sedikit, tapi tidak apa-apa" jawab Mac sebelum Nan menuntunnya menyusuri jalan bambu menuju tepi sungai tempat mereka bermain kemarin. Mereka berdua duduk di lantai kayu.

"Tenang," kata Mac, karena sekarang hanya dia dan Nan yang duduk bersama. Mac mengusap lengannya dari satu sisi ke sisi lain melawan udara sejuk embun malam.

"Bisakah kamu tinggal sendirian untuk sementara waktu?" tanya Nan, Mac langsung menoleh ke arahnya.

"Kemana kamu pergi?" tanya Mac.

"Aku mau jalan ke kamar, aku tidak akan lama" jawab Nan. Mac melihat sekelilingnya dengan curiga.

"Tidak ada yang perlu ditakuti" Nan mengulangi.

"Jadi aku tidak bisa pergi denganmu?" tanya Mac sebelum Nan memelototinya.

"Agh! Ke mana pun kamu pergi, pergilah, aku bisa tinggal sendiri" jawab Mac, tahu bahwa Nan mendesaknya untuk menunggu di sini.

"Oke, aku akan pergi sebentar" kata Nan sebelum bangkit dan berjalan kembali ke vila. Mac duduk sendirian untuk beberapa saat dan sedikit terkejut ketika dia mendengar langkah kaki di jembatan bambu datang ke arahnya, melihat bahwa itu adalah Nan, dia menghela nafas lega.

"Apakah kamu pernah melihat hantu?" dia bertanya. Mac mengerutkan kening.

"Idiot" Mac mengutuk. Nan tersenyum sebelum meletakkan kemeja yang dipegangnya di atas bahu Mac menyebabkan dia membeku. Tidak hanya tubuhnya yang memanas, tetapi hati Mac juga. Mac menatap Nan dengan mata bertanya-tanya.

"Aku tahu kamu kedinginan, pakailah. Aku tidak ingin ada yang mengatakan bahwa aku mengajakmu jalan-jalan dan membuatmu sakit" jawab Nan dengan suara tenang.

"Siapa yang akan mengatakan itu?" kata Mac pelan, tapi Nan tidak mengatakan apa-apa lagi. Keduanya duduk dan menyaksikan pemandangan pagi dimana langit berangsur-angsur berubah warna.

Mereka berdua duduk diam, tidak ada yang menyela karena sepertinya tamu lain mungkin belum bangun.

"Mendekatlah sedikit, semakin dingin" kata Nan sebelum memindahkan Mac di sebelahnya. Keduanya duduk di lantai kayu dengan kaki terentang di depan mereka.

"Lalu mengapa kamu tidak membawa mantel lain?" tanya Mac, tapi dia tetap pindah untuk duduk di sebelah Nan.

"Lupakan saja, aku terlalu malas untuk berjalan kembali" jawab Nan sambil memeluk bahu Mac, membuat Mac mengerutkan kening karena gerakan ini lebih seperti menghangatkannya. Nan mengusap lengannya bolak-balik sampai Mac tanpa sengaja menyandarkan kepalanya ke bahu kuat Nan.

"Matahari akan segera terbit" kata Nan sambil mengangguk. Mac juga melihat ke depan.

Tak lama kemudian, matahari jingga besar perlahan muncul di lereng gunung. Cahaya pagi membuat Mac tersenyum, di Bangkok dia belum pernah melihat matahari terbit seperti ini. Mac menatap Nan dan melihat Nan menatapnya dan sesuatu dalam perasaan mereka membuat mereka berdua perlahan menggerakkan wajah mereka, bibir Nan menekan bibir Mac perlahan sebelum lidahnya yang panas merasakan manisnya di dalam, Mac membalas ciuman itu.

Love Syndrome : Nan-Mac Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang