Happy reading Phi/Nong-kha~~
Jika ada typo tolong beritahu 🙇🏾♀️Dew menghibur Three untuk sementara, sampai Three terbebas dari tangisannya dan tertidur. Dew menatap orang yang dipeluknya dan tersenyum. Tidak peduli seberapa cerewetnya Three, Dew merasa bahwa Three lucu dan dia senang bermain-main dengan Three, karena itu membuat Dew merasa bahwa dia juga tidak kalah penting bagi Three, karena orang tidak akan mengemis untuk orang yang tidak mereka sukai. Dew memiliki perasaan yang baik. Dew memikirkan Mac, berpikir jika Mac ada di pelukannya seperti ini, dia akan sangat bahagia. Dew menggunakan jarinya yang panjang untuk membelai pipi pucat Three.
"Itu kamu, kamu yang terbaik, Three," gumam Dew pelan pada dirinya sendiri. Dew tidur dan memeluk Three sampai hampir tengah hari, lalu membangunkan anak laki-lakinya.
"Lihat, mata Three bengkak," gerutu pemuda itu sambil berjalan ke cermin.
"Dan siapa yang menyuruhmu menangis?" Dew pura-pura pergi. Three menoleh untuk melihat Dew.
"Dan siapa yang membuat Three menangis?" Three membantah, Dew menggelengkan kepalanya bolak-balik untuk menyatakan bahwa kata-kata itu tidak jatuh di pihak Three.
"Mandi dan berpakaian. Aku akan mengajakmu makan. Lalu aku akan membawamu ke Mac dulu. Setelah itu, kita akan pergi ke kebun binatang." Dew menceritakan rencananya, Three sedikit diam.
"Three, apakah kamu harus pergi melihat P'Mac juga?" Three bertanya dengan suara rendah.
"Kamu adalah istriku?" tanya Dew balik, Three menatap Dew bingung.
"Apa hubungannya dengan itu?" Three bertanya balik, namun wajahnya memanas saat mendengar kata istri dari mulut Dew.
"Yah, aku mengajak istriku untuk memperkenalkan temanku. Jika kamu istriku, kamu harus pergi," kata Dew untuk membuat Three merasa percaya diri. Dia ingin Three tahu bahwa dia benar-benar akan menyerah pada Mac.
"Baik," jawab Three sebelum berlari ke kamar mandi untuk mandi dan berpakaian.
Drrttt... Drrttt... Drrrtttt....
Ponsel Dew berdering. Dia mengambilnya dan melihat itu adalah nomor Mac jadi dia menekan untuk menerima panggilan.
"Apa itu?" kata Dew.
(" Aku, aku sibuk terlambat. Harus jalan-jalan dengan ayahku. Simpan untuk hari lain, ya.") Suara Mac terdengar. Dew terdiam sesaat sebelum menghela nafas pelan.
"Apa urusanmu? Baiklah, mari kita atur ulang. Aku juga punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," jawab Dew. Baru-baru ini setelah berbicara di telepon dengan Mac, Dew tidak lagi merasakan sakit yang sama seperti sebelumnya.
("Um, maaf") jawab Mac sebelum menutup telepon. Begitu Three keluar dari kamar mandi.
"Kamu tidak perlu melihat Mac lagi," kata Dew, membuat Three langsung menatap wajah Dew.
"Mengapa?" Three bertanya balik.
"Jangan terlalu jauh berpikir aku tidak ingin mengajakmu keluar. Yah, Mac sedang sibuk. Ayo makan lalu pergi ke kebun binatang." Kata Dew kembali. Three mengangguk setuju sebelumnkeduanya meninggalkan kondominium. Dew mengajak Three makan siang dalam perjalanan pulang, setelah kenyang, Dew langsung mengajak Three langsung ke Kebun Binatang Khao Din.
"Apa yang ingin kau lihat?" tanya Dew sambil keluar dari mobil.
"Aku datang ke kebun binatang, mari kita lihat Pretty, P'Dew," balas Three bercanda.
"Apakah itu indah? Bawa aku untuk melihatnya." Dew pura-pura balas bercanda, tapi itu membuat wajah Three berkerut.
"Huh, aku bercanda. Kamu bangun dengan mudah, apa yang akan kamu lihat?" Dew berkata kembali, Sambil berjalan memeluk leher Three, Three menggerutu kecil tapi setuju untuk terus berjalan. Keduanya terus memandangi hewan-hewan tersebut, Three secara berkala meminta Dew untuk memotret Three di depan kandang hewan tersebut. Dew setuju untuk mengambil foto. Keduanya berjalan sampai berkeringat, namun sepertinya Three masih memiliki banyak energi, menunjukkan Dew sana-sini sambil tersenyum, membuat Dew tersenyum tanpa bisa mengikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Syndrome : Nan-Mac Book 1
RomanceSaat Nan berhasil melukai Mac secara fisik dan mental atas permintaan orang yang sangat dia hormati. Seharusnya ini sudah berakhir. Tapi Nan ingin selalu bermain dengan Mac. Kisah kacau ini terjadi.... Mac "kenapa kamu harus begitu jahat padaku?" Na...