Aldo pov
Entah keputusanku benar atau tidak karena mengizinkan Vion bersama adikku.Tapi saat melihat Karin tadi dikamarnya, hatiku miris. Karin sangat terpuruksampai tidak mau makan.
Huhhh..
Sepertinya aku benar-benar harus mengenyampingkan egoku dan membiarkan Karinyang memilih sendiri. Ya, memang itu keputusanku. Pikiranku berkata begitu, tapisepertinya tidak dengan hatiku.
Buktinya sekarang aku tidak pindah dari ruang tamu sambil menonton dvdkoleksiku semasa SMA karena alasan yang nenurutku tidak logis! Aku takut Viondatang menemui adikku dirumah. Atau lebih parah Adikku lah yang keluar menemuVion!
Oke mungkin aku berlebihan.
Ceklek
Kepalaku langsung berputar 90 derajat ke kanan mendengar pintu dibuka. Denisadan Karin keluar bersamaan dari kamar adikku.
"Kenapa kalian belum tidur?" Tanyaku.
"Aku ingin pulang kak." Denisa tersenyum.
"Pulang?" Tanyaku bingung. "Kenapa tidak menginap?"Denisa menggeleng.
"Tidak kak, aku sudah cukup menginap kemarin. Lebih baik akupulang." Denisa kekeh mungkin karena omongannya sendiri.
"Ayolah kak, bujuk Denisa menginap lagi." Rengek Karin padaku.
"Maaf Karin." Denisa tersenyum pada Karin. Sepertinya Denisa tidakmau dibujuk.
"Kita tidak bisa memaksanya sist. Baiklah, setidaknya biarkanaku mengantarmu." Aku memgambil kunci mobil yang sengaja kuletakkan diatasmeja.
"Tidak kak, aku bisa naik taxi atau ojek." Tolak Denisa. Tapi akulangsung menatapnya tajam.
"Aku antar, atau kau tidak akan bisa pulang." Ucapan final kucukup membuat Denisa tidak membantah lagi.
"Ba-baiklah." Keberanian Denisa untuk melawan langsung ciut. akutersenyum kemenangan haha good girl.
"Sist, kakak hanya pergi sebentar. Jangan kemana-mana.Mengizinkanmu dengan Vion bukan berarti boleh mengajaknya masuk ke rumah tanpasepengetahuan kakak!" Wajah Karin seketika langsung memerah mendengarnya.Aku mengecup kening Karin sebelum pergi. "Kakak pergi dulu." Kemudianaku melangkah keluar diikuti Denisa.
Aku membukakan pintu mobilku untuk Denisa. Setidaknya aku harus sopan right?Denisa masuk dengan canggung ke dalam mobilku.
"Rumah kamu didaerah mana?" Tanyaku saat mobil sudah keluar darikomplek perumahanku.
"Didaerah rawa mangun ka." Aku mengerutkan kening.
"Jauh juga." Denisa tidak menjawab lagi. Akhirnya kami hanya diamsepanjang perjalanan.
"Eh iya gimana kuliah kamu?" Aku kembali mengajak Denisa ngobrol.Sepi sekali sih!
"Hampir selesai." Denisa tersenyum.
"Kamu kuliah dimana?"
"Udayana ka." Aku hanya mengangguk paham. Tapi tiba-tiba senyumkumengembang.
"Wahh pasti banyak cowo yang ganteng-ganteng deh. Ya kan?" Tanyakudengang seringaian.
"Ga juga. Sok kegantengan banyak." Denisa menjawab dengan acuh.
"Tapi ada kan satu yang bikin kamu tertarik?" Tanyaku lagi.
"Hmmm. Ga ada. Soalnya aku udah terlanjur suk..." tiba-tiba Denisamenutup mulutnya. Heh? Suk? Suka? Terlanjur Suka sama siapa? "Hey,sepertinya pertanyaan kakak de javu deh!" Denisa menggerutu. Akuhanya tertawa dan memeletkan lidahku. "udah ah!" Denisa merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...