Denisa pov
Kemarin kak Aldo memberi tauku bahwa beberapa hari lagi Bella menikah. Kalianingat wanita yang menjadi alasanku bisa menjadi 'pacar' ka Aldo? Yups!Thanks for her. Itu artinya aku harus datang ke sana untuk meghadiri acarapernikahannya. Aku dan kak Aldo. Karin dan Vion. Akhirnya kemarin kamiberangkat dengan tiket yang Bella pesankan ke Jerman.
Sekarang kami sudah sampai dan sedang berada dalam perjalanan ke rumahBella. Tapi tanpa Karin dan Vion.Aku sangat tidak enak harus meninggalkan Karindibandara. Tapi kata ka Aldo itu tidak apa. Dan kalau ka Aldo bilang begitu,aku yakin berarti benar-benar tidak apa-apa. Karna tidak mungkin ka Aldo maumembuat Karin dalam bahaya bukan?
Aku melihat-lihat keluar jendela taxi yang kami tumpangin. Aku tidak tau inikota apa. Karna aku hanya bisa duduk manis dan menurut saja.
Tapi perasaanku tidak dalam mood yang baik sepanjang jalan ini karenaaku tau sebentar lagi aku akan sampai dan bertemu dengan wanita yang ka Aldosuka dulu. Dan tidak menutup kemungkinan sekarang pun ka Aldo masih menyukainyakan?
Semakin jauh taxi melaju, pemandangan perkotaanpun lama-kelamaan berubahmenjadi suasana pedesaan. Tidak banyak bangunan tinggi yang terlihat. Yang adahanya rumah-rumah kecil dengan kebun yang luas. Dan ini benar-benar klasik.
Taxi berhenti didepan rumah tingkat dua yang juga tak kalah klasik. Waw!
"Kita sampai." Ucapan ka Aldo menyadarkanku dari kekaguman akanrumah klasik didepanku. Dengan bantuan ka Aldo, aku sudah keluar dari taxi yangtadi kami tumpangi.
"Sepertinya ini benar rumahnya." Ka aldo tampak mengecek HPnya."Ayo." Ka Aldo tersenyum dan meraih tanganku yang bebas.
"Iya ka." Aku berniat berjalan ke rumah yang kami tuju, tapi kaAldo menahannya. Aku menatapnya bingung.
"Disini jangan panggil aku ka. Kau pacarku, bukan adikku. Ingat?"Ka Aldo menyeringai. Wajahku bersemu mendengar ka Aldo berkata itu. Andaisaja yang ka Aldo katakan benar-benar terjadi!
"T-tapi itu tidak sopan." Aku menunduk menghindari tatapan darimatanya yang berwarna coklat itu.
Ka Aldo menarik daguku supaya kembali menatapnya.
"Huh apa yang harus aku lakukan supaya kau menghancurkan benteng tinggiitu?" Apa? Maksud ka Aldo apa? "Baiklah, kau boleh tetap memanggilkukakak. Tapi aku mewajibkanmu menyelingi panggilan sayang. Terserah kau apasaja." Wajahku memerah melihat wajah ka Aldo yang menatapaku denganpandangan berharap.
Bener boleh nih?
Oke oke. Pikirkan panggilan sayang yang enak didengar dan tidak norak. EmmCinta? Honey? Sweety? Sweetheart? Baby? Babe? Tidak tidak! Terlaluagresif! Oke aku tidak tau harus memanggil ka Aldo seperti apa!
"Sayang?" Panggilku tak yakin. Lalu ku rasa kan keningku dikecuplembut.
"Yes lovely?" Ka Aldo tersenyum menggoda. Aku hanyamenggaruk tengkukku gugup "Not bad. Pertahankan." Bisik kaAldo sambil berkedip genit sebelum melanjutkan langkah kami. Dan itu suksesmembuatku merinding!
Seperti biasa. Ka Aldo pergi meninggalkan aku yang tersipu karna ulahnya!Oke, sebenarnya dibilang pergi sih tidak, karna ka Aldo masih menggengamtanganku.
Ah pokoknya kalian mengerti lah apa maksudku!
Ting tong
Bell terdengar bergema saat ka Aldo memencetnya.
Tak lama pintu dibuka dan muncul wajah Richard yang tampak sumringah.
"Hai cat." Sapaku. Hampir aku lupa bahwa laki-laki ini sepupunyaBella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...