19

26.4K 1.6K 106
                                    

Aldo pov

"Kak?" Aku menoleh karna merasa dipanggil.

"Yess lovely?" Responku sambil menatap terus kedepan.

"Boleh curhat?" Tanya nya dengan gugup.

"Of course. Tentang?" Aku mulai penasaran. Denisa tidak langsung melanjutkan kata-katanya. Dia terlihat sedang merangkai kata-kata.

"Em, aku suka sama orang." Kata-kata itu membuatku menoleh cepat. Penasaran!

"Siapa?" Tanyaku terlampau cepat.

"Em, ada lah." Denisa terlihat makin gugup. Sepertinya dia tidak ingin mengatakan siapa.

"Lalu bagaimana caranya aku tau jika kau tidak memberi tau siapa?" Pancingku. Tapi sepertinya pancinganku tidak mempan.

"Emm bagaimana kalau aku menyebutkan ciri-cirinya saja?" Tanyanya dengan gugup. Oke, sepertinya aku tak bisa memaksanya.

"Baiklah."  Tapi dia tidak langsung bicara. Denisa terus saja memainkan jari-jarinya.

"Dia pria paling baik, perhatian, dan paling sempurna yang pernah kutemui." Denisa seperti menerawang. Sedangkan aku mulai merasa tidak enak. Apa yang Denisa maksud Yosua?

"Aku kagum saat pertama kali melihatnya." Apa saat mereka bertemu dipesawat? "Dia selalu bersama ku tanpa aku sadari. Dan saat dia bersamaku, seakan fokusku hanya tertuju padanya." Senyuman tulus terukir dibibirnya.

Aku? Hancur!

Pernyataan barusan memperjelas semuanya. Yosua lah yang selalu bersama Denisa. Sedangkan aku? Meluangkan waktu untuk makan saja harus tunggu Denisa datang membawakannya.

"Dia selalu bersikap manis padaku. Tapi aku tau dia melakukan itu hanya karna dia memang orang yang baik." Denisa terlihat murung. Rasanya aku ingin membungkam bibirnya dengan bibirku supaya dia berhenti mengatakan semua kenyataan sialan itu! Kenyataan bahwa dia menyukai orang lain! Tidak. Dia tidak hanya suka. Dia mencintainya!
Sial!

"Aku rasa dia tau perasaanku karna aku selalu membalas perlakuan manisnya." Aku jadi teringat kata-kata sialan Yosua.

Aku tau kau menyukaiku.

Sial!

"Tapi dia tidak pernah mengatakan perasaannya padaku. Dan itu membuatku bingung." Denisa menoleh padaku. Mata kelabunya menatapku dalam. Seakan ingin memberi tau sesuatu.

Sial!

Aku langsung membuang muka. Aku tidak mau dia memberi tauku lebih mendetail dari ini! Atau lebih parahnya, dia mengatakan bahwa Yosualah orangnya!

"Menurut kakak aku harus bagaimana supaya dia mengerti?" Huhh.. aku menoleh padanya dan memaksakan sebuah senyuman dibibirku.

"Dari penjabaranmu, sepertinya kau mencintainya." Denisa tampak berpikir sebelum mengangguk yakin.

"Sepertinya begitu." Ekspresi antusias Denisa membuatku tersenyum miris.

Kalau cinta, adalah perasaan yang mengendalikan emosimu. Contohnya kau sedih saat dia tidak bersamamu, atau  senang walau hanya melihatnya tersenyum.

Kata-kataku mulai teringat lagi.

Perasaan yang menggendalikan emosi ya?

Melihatnya tersenyum cerah seperti ini membuatku ikut tersenyum. Denisa mencintai orang lain. Aku bisa melihat seberapa besar dia mencintai orang itu dari caranya bercerita tadi.  Aku tak mau melihat Denisa sedih.

"Kalau begitu kau harus mengatakan padanya langsung. Atau paling tidak kau harus lebih menunjukan rasa sukamu padanya." Usulku dengan berat hati.

"Contohnya kak?" Terlihat Denisa makin mendekat tanda dianpenasaran.

DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang