10

25.2K 1.4K 15
                                    


Aldo pov

Aku setengah berlari keluar dari mobilku. AKu ingin cepat sampai rumahmembuktikan kebenaran dari kata-kata Vion. Demi membuktikannya, aku keluarkantor lebih awal. Toh aku lah atasannya. Tidak akan ada yang menarahiku juga.

Aku berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang keluar dari rumahkudengan wajah sedih dan tampak tertekan.

"Jangan coba-coba kabur Berti." Aku menoleh pada asal suara. Papaberdiri didepan pintu rumah menatap lurus pada pria yang baru saja melewatiku."Kau tau apa yang menunggumu jika kau kabur." Suara papa terdengartenang tapi juga tajam.

Pria yang dipanggil Berti itu menghela nafas berat sebelum menganggukpasrah.

Berti berjalan menuju mobilnya setelah cukup mendengar apa yang baru sajadikatakan papa.

Aku kembali melihat papa. Senyuman papa mengembang saat mata kami bertemu.Tanpa memperdulikan rasa malu dengan umurku, aku berlari menghampiri papa danmemeluknya erat. Ya terserah kalian mau bilang apa. Tapi aku memang sangatmanja pada orang tuaku dan tidak malu untuk menunjukannya didepan umum.

"Hai Al." Papa balik memelukku.

"Akhirnya papa pulang." Aku melepas pelukan kami sambil tak lepasmenatap papaku. "Lebih baik kita bicara didalam pa." Akhirnya akumengajak papa masuk kedalam rumah dengan papa.

"Kenapa kamu udah pulang Al? Bukannya belum jam pulang?" Tanyapapa saat kami sudah duduk disofa.

"Aku hanya memastikan apa yang Vion katakan benar adanya." Papatersenyum. "Jadi dia yang menyebabkan kekacauan ini?" Papamengangguk.

"Papa saja tidak menyangka dialah dalangnya." Papa menghela nafasberat. "Padahal dia orang kepercayaan papa. Dia tangan kanan papa. Dan diajuga lah yang menghancurkan papa. Dunia ini sangat kejam."

"Dan bagaimana papa bisa keluar dari rumah sakit? Kata Karin butuh 2bulan sebelum bisa keluar?" Tanyaku penasaran.

Karna saat Karin pulang dari mengunjungi papa, Karin bilang papa baru bisapulang setelah bujukan yang sangat sulit dan itu pun membutuhkan waku sekitar 2bulan pemulihan.

"Entah lah apa yang dikatakan Vion pada rumah sakit." Akumengerutkan kening. Vion lagi. Aku harus mengucapkan trimakasih pada nya nanti.Dia sudah sangat membantu.

"Yang terpenting papa sudah kembali lagi." Aku tersenyum."Karin pasti akan sangat senang." Aku membayangkan wajah senangadikku jika melihat papa sudah ada dirumah. Dia pasti benar-benar akan sangatsenang!

"Sebenarnya dia sudah pulang dari tadi. Kau terlambat." Akumenatap papa kecewa. Ya walau bagaimana pun kesenangan ku adalah saat melihatwajah bahagia adikku. Wajahnya sangat manis jika bahagia! "Tapi tadi diasangat marah karna om Berti tadi. Jadi dia langsung masuk ke kamarnya."Jelas papa.

"Aku tau perasaannya. Pasti dia sangat kesal karna dampak dariperbuatan om Berti." Papa mengangguk setuju. "Ya sudah pa.Aku mauganti baju dan mandi  sebentar. Setelah itu baru kita kembalimengobrol." Aku berdiri dan bersiap masuk ke dalam.

"Tapi dikamar adikmu..." aku menoleh mendengar ucapan papa. Tapipapa tidak melanjutkan ucapannya. "Ah tidak-tidak." Papa mengurungkankalimatnya tapi disertai dengan senyuman penuh arti.

"Kenapa pa dikamar Karin?" Tanyaku bingung. Apa papa mau akumengecek keadaan Karin? 

Tapi benar juga. Aku harus mengeceknya. Dia pasti kecewa karna tau orangyang menghancurkan keluarga kami menjalani hidup yang baik yang berbandingterbalik dengan kehidupan kami.

Bukannya menjawab, papa hanya tersenyum simpul sambil membaca koran yang adadimeja.

Oke aku akan mengeceknya.

DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang