Aldo pov
Mataku terus tertuju pada berkas-berkas didepanku. Sebenarnya ini hanyasalah satu pengalihan dari rasa sakit diperutku yang tidak berhenti.
Ya, pulang dari mall tadi perutku langsung terasa seperti diinjak! Dicengkram!Dan ditarik! Sakit sekali! Mungkin ini karena aku makan makanan jepang tadi.Ugh ya sudah lah! Ingatkan saja aku jika aku mulai makan itu lagi!
Dan belum lagi rasa sakit dilenganku.
Setelah makan siang tadi aku tidak langsung kembali ke kantor karenamengajak pacar baruku kencan. Aku tau kami hanya pura-pura,tapi aku tetapsenang melakukan kegiatan kami tadi. Dan kami akhirnya memilih nonton bioskop.Lebih tepatnya nonton film horor yang baru saja keluar. Dan sepanjang film tadiDenisa memegangi lenganku. Lebih tepatnya mencengkramnya! Memang film itu tidakterlalu menakutkan, hanya saja mengagetkan! Dan sukses tangaku menjadi sasaranketakutan Denisa.
Sekarang aku memfokuskan diriku pada berkas-berkas didepanku ini. Ahh sedangbanyak sekali pekerjaan yang harus ku kerjakan.
Ada proyek baru yang harus aku tangani, dan itu cukup menyita waktuku yangberharga. Tapi aku tidak keberatan. Karena mereka seperti sahabatku yang selaluberada bersamaku. Aku sudah terlalu dalam jatuh kedalam dunia pekerjaanku. Danaku menikmatinya.
Tapi segila apapun aku pada pekerjaanku, aku tidak pernah melupakan adikku.Dia tetap prioritas utamaku.
Ugh! Prutku masih saja sakit.
"Bro!" Suara khas Karin mengagetkanku dengan sedikitberteriak.
"Oh shit!" Makiku sambil memegangi dada. Aku menatap Karindengan kesal. "Apa yang kau lakukan sist? Kakak lagi kerja!"Grutuku.
"Kakak mengabaikanku! Aku udah manggil tadi tapi ga dijawab!"Karin cemberut sambil mendudukan dirinya dikursi yang ada didepanku.
"Huhh maafkan kakak. Kakak bener-bener sibuk dan banyak pikiran."Aku melunak. Aku memang tidak bisa terlalu keras pada adikku ini. Aku melihatjam tanganku. "Dari mana saja kau hari ini?" Tanyaku lembut.Mendengar aku yang melunak, Karin langsung tersenyum senang.
"Hanya berkeliling mall, nonton dan makan." sepertinya Karinberkata jujur.
"Oh ya? Baguslah." Aku tersenyum.
"Ah aku membawakan kakak ini." Karin mengeluarkan kotak jam darisalah satu kantung belanjaan yang ia bawa dan memberikannya padaku. "Akuyakin kakak jauh lebih keren jika memakainya dari pada Vion." Karin tampakberbicara dengan antusias.
"Jam yang bagus. Thanks sist." Aku mengambil jam yang Karinberikan sambil tersenyum. Sebuah senyum memaksa memang. Karena aku selalu terpikirpada ucapan Vion tadi. Dan itu sangat mengganggu!
"What's wrong kak?" Karin menatapku cemas. Huh, Karinmenyadarinya? Apa wajahku menggambar dengan jelas apa yang otakku pikirkan? Akuhanya diam sambil memandangi jam yang Karin berikan padaku tadi. Mungkinsebaiknya aku mempertimbangkan apa yang Vion ucapkan.
"Kakak tau kau mendengarnya dengan jelas saat itu?" Aku mulaibersuara. Karin tampak bingung. "Yang Vion katakan saat bertengkardenganku diruang tamu." Lanjutku. wajah Karin masih terlihat sangatbingung.
"Yang mana kak?" Tanya Karin.
"Tentang Vion yang akan menikahimu." Aku menopang kepala sambilkembali membaca berkas. Pura-pura sibuk dengan pembawaan yang tenang. SedangkanKarin? Wajahnya tidak dapat dibaca.
"Apa?" Tanya Karin tak percaya.
"kau mendengarku sist. Dan kami akan mengurusnya." Jawabkumasih dengan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...