Aldo pov
Denisa sangat cantik dengan gaun pengantin putih tanpa lengan yang menunjukan pundak dan leher jenjangnya yang indah. Belum lagi gaun itu memperlihatkan bentuk tubuhnya dari bagian dada sampai pinggul!
Gaun polos tanpa motif membuat dia terlihat seperti malaikat. Rambutnya disanggul rapih dengan hiasan kepala dari mutiara indah yang menempel cantik rambutnya. Sedikit anak rambutnya dibiarkan keluar disekitar telinga yang membuatnya tampak manis.
Astaga! Istriku sangat cantik malam ini!
Kalau saja ini bukan hari pernikahan kami, aku sudah menyuruh Denisa bersembunyi dikamar agar mata para undangan pria tidak menatap tubuh sexynya seakan itu makan siang!
Aku akui aku adalah orang yang sangat bodoh!
Bagaimana bisa aku tidak menyadari ada seorang gadis sempurna yang menyukaiku dari dulu?
Bodoh bukan?
8 tahun lamanya Denisa menyukaiku. 8 tahun! Dan aku baru menyadarinya beberapa bulan yang lalu!
Dan aku tidak pernah menyangka hal kecil yang aku lakukan yaitu mengantar Denisa pulang untuk pertama kalinya adalah alasan Denisa menyukaiku. Padahal aku mengantarkannya hanya karna aku merasa itu harus ku lakukan. Tapi sepertinya Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk mempertemukan kami.
Aku tidak bisa membayangkan kalau Denisa akan bosan menungguku yang tidak peka ini selama 8 tahun! Untung saja Denisa masih setia membuatku sadar dengan apa yang aku rasakan padanya. Bisa bayangkan seberapa beruntungnya aku?
"Selamat yaa. Semoga langgeng yaaaa." Ucap beberapa orang yang menyalami kami dipelaminan. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih untuk doa dari mereka. Tapi sejujurnya aku tidak memperhatikan semua orang yang mengucapkan selamat, karna fokusku hanya pada Denisa yang berdiri disampingku.
"Apa kau lelah?" Tanyaku khawatir saat semua orang sudah selesai memberi kami selamat. Bagaimana tidak! Dia memakai sepatu tinggi 12 cm! Dan aku yakin itu menyiksanya!
Denisa menoleh padaku dengan senyuman.
"Tidak. Malah sebaliknya! Aku sangat bersemangat!" Ucapnya girang. Aku terkekeh.
Tiba-tiba aku merasakan pelukan dari belakangku.
"Look! Finally! Selamat ya ka!" Suara bahagia adikku terdengar dari belakangku. Aku membalikan tubuhku dan memeluk Karin.
"Makasih sist." Karin buru-buru melepaskan pelukanku dan berlari memeluk Denisa yang ada disampingku.
"Selamat ya kaka ipar." Sekarang kedua wanita yang paling penting dalam hidupku sedang berpelukan dengan raut bahagia.
Demi apapun tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada melihat orang-orang disekitarku bahagia.
"Aku seneng deh kalian jadi juga. Aku kira kalian ga bakalan jadi gara-gara pada ga peka!" Sindir Karin.
"Dan untungnya kalian jadi juga!" Vion datang dibelakang Karin. "Dan aku ikut senang atas pernikahan kalian." Ucap Vion tulus.
"Trimakasih." Denisa tersenyum.
"Jangan bertrimakasih terlalu cepat lovely. Dia mengatakan itu karna ada maunya." Aku menatap Vion dengan pandangan malas.
"Ah kau sangat mengerti aku ipar." Vion tersenyum penuh arti. "Tebakanmu benar. Karna artinya setelah ini, akulah yang duduk dipelaminan bersama gadis manis ini." Vion memeluk adikku dari belakang.
"A-apa sih." Grutu Karin dengan wajah memerah. Aku hanya terkekeh.
"Ingat Vion. Setelah Karin Lulus." Aku menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...