Aku duduk manis menunggu waktu penerbanganku. Tak ada tanda-tanda akan ada orang yang datang mencegah kepergianku.
Huhhh...Tak lama terdengar pemberitahuan tentang penerbanganku.
Oke sudah waktunya aku pergi.
Baru beberapa langkah aku berdiri, sebuah suara menghentikan langkahku. Alu menoleh karna merasa dipanggil.
"DENISA!" Ka Aldo berlari ke arahku dengan wajah yang acak-acakan penuh keringat diwajahnya.
"Ka Al?" Aku meyakinkan diriku saat ka Aldo sudah ada di depanku. "Kaka kenapa?" Tanyaku bingung.
Bukannya menjawab, ka Aldo langsung menarikku ke dalam pelukannya.
"Ku mohon jangan pergi. Jangan tinggalkan aku." Mataku terbelalak mendengarnya.
"A-apa ka?" Tanyaku belum yakin.
"Aku baru menyadarinya. Aku mencintaimu." Ucapan itu membuatku membulatkan mataku. "Jangan tinggalkan aku."
Tanpa menunggu aku langsung balas memeluk ka Aldo erat.
"Kenapa kaka baru sadar sekarang? Aku juga cinta sama kaka." Rasanya duniaku lengkap!
Ka Aldo melepas pelukannya dan menatapku dalam.
"Denisa." Panggilnya lirih. Wajah kami semakin dekat. Senyuman manis penuh kelegaan diberikan padaku.
"Ya ka?" Senyuman tak lepas dari bibirku.
"Denis?" Kening kami menempel.
"Ka Al?" Ka Aldo menyentuh pipiku.
"Ini udah siang." Heh?
****
Aku membuka mataku perlahan. Wajah ka Aldo yang tampan berubah menjadi wajah cantik tante Rika.
"Ini udah siang, mau sampe kapan kamu terus-terusan mimpi yang engga-engga?" Tante Rika tersenyum penuh arti.
"Apa sih tan." Aku berusaha mendudukkan tubuhku dipinggiran ranjang sambil mengusap wajah.
"Ga usah ngelak deh. Orang tante denger kok. 'Iya ka? Ka Al?'" Tante Rika memberi contoh dengan lebay. Wajahku langsung merona.
"Uh tante sih! Padahal mimpinya hampir klimaks!" Aku pura-pura kecewa.
"Wahh wahhh kenapa kamu jadi mesum sih?" Tanya tante Rika sambil menatapku horor. "Klimaks? Ckckck." Tante Rika menggeleng 'lagi-lagi' dengan lebay. "Udah ah ayo sarapan."
Aku pun mengikuti tante Rika ke meja makan.
Oke. Harus ku akui tadi hanya bunga tidur yang sangat indah!
Sudah seminggu tepatnya aku dibali. Dan kejadian dibandara tak seindah yang tadi aku mimpikan.
Aku hanya diantar Karin, Vion, om Edgar dan ka Aldo. Dan hanya ada salam perpisahan saja. Tidak ada kata-kata menahan atau apalah. Huhh
"Loh pada kemana tan?" Tanyaku bingung.
"Aira sekolah, Evan main, om kamu kerja dan.."
"Pagi ka." Ica mencium pipiku dan langsung duduk dimeja makan. "Pagi ma." Anak remaja itu tak lupa memberi cium jarak jauh untuk tante Rika.
"Dan Ica." Lanjut tante Rika.
"Kamu kok ga sekolah?" Tanyaku.
"Libur ka. Ada acara apa gitu aku lupa." Jelas Ica. "Ohh iya ka. Ini pas aku lewat kamar kaka aku denger ini bunyi." Ica memberikan HP ku yang sudah berhenti berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...