Epilog

35.6K 1.8K 147
                                    

Satu tahun kemudian...

Aldo pov

"Ka! Hiks...hiks..." Denisa langsung memelukku sambil menangis saat aku baru saja duduk disampingnya setelah mengantar Karin ke altar.

"Ada apa lovely? Kau baik-baik saja?" Tanyaku selembut mungkin sambil mengusap punggungnya menenangkan.

"Kamu jahat! Karin juga jahat! Papa juga!" Papa yang duduk disebelah Denisa menatap kami bingung.

"Kenapa sayang?" Papa ikut bertanya dengan lembut sambil mengusap kepala Denisa.

"Itu!" Denisa menunjuk kelopak mawar yang bertebaran dikarpet yang tadi dilempar oleh Rena dan Aira untuk mengiringi kami dari luar gereja sampai altar. Mengerti apa yang Denisa ucapkan, aku membuang nafas frustasi.

"Aku minta maaf ya. Aku tidak melihatnya tadi." Elakku. Papa menatap kami dengan pandangan tidak enaknya. Aku hanya memberi kode bahwa Denisa baik-baik saja.

"Bohong! Sudah jelas kau melihatnya! Kau tau, tadinya mereka merekah indah menikmati cahaya matahari. Tapi dengan tidak berprasaan kamu nenginjaknya!" Isak Denisa didadaku.

"Aku serius lovely. Maaf ya. Aku terlalu serius memperhatikan Karin yang sedang berbahagia." Bujukku. "Tuh sebentar lagi mereka akan mengucapkan janji sucinya." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan pada Karin dan Vion yang sedang saling berhadapan. Dan untungnya Denisa teralihkan!

"Oh iya." Denisa melepaskan pelukannya dariku, menghapus air matanya dan langung fokus melihat acara pernikahan adikku.

Huft.

Harus kalian ketahui. Diusia pernikahan kami yang menginjak 1 tahun 2 bulan ini, Tuhan berbaik hati mengaruniakan aku dan Denisa seorang malaikat kecil untuk melengkapi keluarga kami. Ya Denisa hamil.

Saat mendengar berita itu 4 bulan yang lalu, aku merasa saat itu duniaku benar-benar lengkap! Rasa bahagia menyelimutiku. Apa lagi Denisa tidak terlalu merepotkan dengan permintaannya. Ngidamnya masih dalam taraf normal.

Jujur yang paling ku takuti adalah indra penciuman ibu hamil yang sensitif. Aku suka bertanya pada beberapa karyawan laki-laki dikantorku bagaimana suka dan duka mereka saat merawat istri yang sedang hamil muda. Dan rata-rata mereka bilang bahwa kesensitifan penciuman ibu hamil sangat peka dan kadang mereka tidak suka pada bau suami mereka.

Untung saja Denisa tidak seperti itu. Dia malah sangat senang dan selalu menyambutku dengan memelukku saat sampai rumah. Katanya bau tubuhku seperti bau padang rumput (Yang sebenarnya aku sendiri tidak tau bagaimana bau padang rumput). Huh aku tidak bisa membayangkan jika Denisa menjauhiku dan aku tidak bisa memeluknya.

Tapi!

Tidak semua tingkah Denisa baik-baik saja. Ada satu tingkat kesensitifan Denisa yang sangat peka! Bahkan kelewat peka! Dan itu jika sudah menyangkut tentang lingkungan!

Denisa akan menjadi sangat sensitif jika sudah berhubungan tentang lingkungan! Dia akan menangis jika ada yang memetik bunga, menginjak tanaman dan yang paling parah membuang sampah sembarangan!

Jujur untuk yang satu ini aku sulit untuk menanganinya. Karna aku tidak bisa membuat seluruh orang diJakarta jadi taat peratauran untuk membuang sampah pada tempatnya. Itu sudah menjadi sifat orang-orang yang tidak perduli pada lingkungan. Aku hanya bisa mengubah diriku dan mengingatkan orang-orang terdekatku tentang kesensitifan Denisa.

****

"Kau lapar?" Tanyaku lembut pada Denisa yang asik melihat makanan-makanan diatas meja.

Kami berada di taman tempat resepsi Karin dan Vion. Suasananya sangat nyaman tedu membuat kami para tamu betah berlama-lama walaupun hari sudah siang.

DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang