Denisa pov
"Astaga Al, jangan bilang kau tidak membuka undangan itu?" KakAldo menggeleng. Melihat itu Bella menarik nafas lelah. "Mangkanyaperhatiin dong! Main iya iya aja. Kamu udah bilang loh kamu bakal dateng."Bella menatap kak Aldo tajam.
"Harusnya kau hhh mengatakannya hhh padaku." Ucap kak Aldo dengannafas yang sesak. Kasian sekali ka Aldo jika bicara dengan susah payah sepertiitu. Ah ka Aldo harus minum obat! Mungkin itu bisa membuat kak Aldo lebih baikdalam berbicara!
Tapi ada yang mesti kalian sadari. Mereka berbicara tampak sangat seriustanpa mengajakku ambil bagian didalamnya. Oke sepertinya memang dari tadi akutidak diajak ikut serta dalam setiap pembicaraan mereka. Atau mereka menganggapaku tak mampu mengimbangi pembicaraan mereka? Huhh..
"Aku permisi sebentar." Aku pamit pada mereka ber dua yang tampakmasih serius berbicara. Tanpa menunggu jawaban aku langsung saja pergi masuk kedalam. Aku masuk ke kamar ka Aldo untuk mencari obat dari dokter.Ah itu dia.Aku mengambil obat dinakas. Kata dokter obat ini bisa membuat kak Aldo jauhlebih baik.
Sebelum keluar dari kamar kak Aldo, aku merapikan tempat tidur ka Aldo dulu.Setelah itu aku membawa nampan berisi piring kotor bekas makan kak Aldo tadikeluar. Saat keluarpun aku masih bisamendengar pembicaraan serius mereka. Entah lah tentang apa. Jadi lebih baik akumunculnya nanti saja. Muncul sekarang atau nanti sama saja. Aku tetap tidakdiajak bicara. Aku menyuci piring kotorkak Aldo tadi sebelum akhirnya melangkah kembali ke dalam ruang tamu.
"Kau tanya sendiri hhh padanya." kak Aldo tiba-tiba bicara sepertiitu saat aku masuk.
"Apa?" Tanyaku bingung. Kemudian dua orang itu menatapku serius.
"Denis, bisakah kau datang ke pernikahanku di Jerman dalam beberapaminggu kedepan?" Aku melihatnya bingung. Kak Aldo hanya diam merunduk takmemberikanku kode apa-apa untuk menjawabnya.
"Hmm aku terserah ka.. kamu Al." Hampir saja aku menyebut kakAldo. Hehe kebiasaan. Kak Aldo menatapku.
"Aldo bilang tergantung padamu karena kau sibuk mengurus butik?"Tanya Bella lagi. "Kalian berdua! Jangan berani-beraninya bertukarpendapat dan kerja sama tidak akan datang!" Bella melihat aku yang sedangbertanya pada kak Aldo dengan ekspresi wajahku. kak Aldo langsung membuang mukaketempat lain. Huh langsung menurut.
"Bagaimana Denis?" Tanya Bella menunggu dengan harap. "Yaanggaplah ini sekalian jalan-jalan." Aku mengerutkan kening. Apa aku harusmengiyakan? Lagi pula sekalian jalan-jalan? Hmm Jerman? Tak buruk.
"Sepertinya bisa." Ekspresi wajah Bella langsung berbinar bahagia.Sedangkan kak Aldo hanya menyandarkan badannya pada sofa pasrah.
"Haha! Sekarang tak ada lagi alasan kau tidak datang Al!" Bellamemeletkan lidahnya pada kak Aldo.
"Terserah hhh saja!" Ah iya! Suaranya!
"Ah iya! Minum dulu nih. Supaya nafasnya jadi lebih baik." Akumemberikan obat yang tadi aku bawa dari kamarnya tak lupa dengan segelas airputih. Ekspresi masam ka Aldo di ganti dengan senyuman manis.
"Thanks lovely hhh."Wajahku bersemu mendengar itu. Kak Aldo mengambil obat itu dan meminumnyasambil terus memandangku. Rasanya jantungku tak mau berhenti berdetak dengan cepat!Mata kak Aldo fokus padaku. seakan tidak mau menghadap ke tempat lain. Entahitu adalah salah satu caranya agar tidak melihat orang didepannya itu atau kakAldo memang hanya mau melihatku. Oke pilihan pertama mungkin.
"Jangan menggodanya terus Al. Lihat wajahnya." Bella terkekeh.
"Biarkan saja.hhh . Dia sangat cantik hhh dengan wajah yang memerahseperti ini." Kak Aldo mengelus pipiku dengan punggung tangannya! Ugh!Siapa saja! Tolong hentikan siksaan ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceAku tak tau apa ini.Dan aku rasa aku tak perlu tau apa ini. Karna yang paling penting adalah dia nyaman berada disampingku dan aku nyaman berada disampingnya. Itu cukup buatku. -Aldo Apa sikapku kurang menunjukan perasaanku? kenapa ka Aldo ga j...