MALAM hari lebih tepatnya tengah malam Jeno terbangun akibat Jaemin yang terus aaja menciumi dan mendusal-dusal di dadanya membuat dirinya kegelian dan terbangun dari tidurnya.
"Jen..." suara khas bangun tidur milik Jaemin membuat Jeno mau tidak mau membuka matanya dan melihat cantiknya wajah Jaemin yang terkena sinar rembulan.
"Apa yang membuatmu terbangun hm?" Tanya Jeno dengan suara beratnya. Ia balik memeluk Jaemin dan membekapnya erat.
"Aku tak bisa tidur" Jawabnya terendam oleh dada bidang Jeno.
"Jen.. apa dulu ibumu sering menyanyikan lagu tidur?" Jaemin memulai pembicaraan.
"Dulu? Yah sering, sangat sering" Jawab Jeno sekenanya karena ia sangat mengantuk
"Apa ibumu sering menemanimu bermain?" Tanya Jaemin, lagi
"Yah, sering"
"Apa kalian sering berlibur bersama?"
"Yah sering"
"Apa ibumu.."
"Cukup, sudah malam ayo tidur, Na, Esok kau ada kelas pagi" Jeno menghentikan pertanyaan Jaemin dan itu membuat Jaemin terdiam.
"Apa kau tak merindukan mereka?" Tanyanya untuk yang terakhir kalinya dan Jeno sepenuhnya membuka matanya menatap mata Jaemin yang juga menatapnya.
Tak lama, Mata Jeno berkaca mengenang indahnya keluarga mereka dulu, berlibur bersama di pantai, membuat istana pasir, bercanda gurau di ruang keluarga, menonton televisi bersama hingga larut, ternyata sebahagia itu Jeno dulu.
Sampai dimana, orang tuanya meninggal tergeletak di rumahnya dengan banyak darah yang mengalir dari tubuhnya. Disaat itulah hancurnya hati kecil Jeno melihat keadaan orang tuanya yang sangat mengenaskan.
"Jen..." Jaemin mengusap mata Jeno yang menitihkan air mata namun wajah itu selalu menjadi topeng akan sakitnya Jeno saat ini.
"Jika ingin kembali bahagia, tidak usah membalas dendam mereka, orang tuamu bahkan sudah tenang disana, mereka sudah bahagia melihatmu tumbuh menjadi Jeno yang tampan dan pemberani." Jeno melihat Mata Jaemin dan Jeno langsung memeluknya, menelusupkan wajahnya di ceruk leher Jaemin.
"Cobalah berbahagia, denganku..." Kata Jaemin sambil membelai rambut Jeno yang tengah menangis.
Malam ini adalah malam dimana Jeno benar-benar sangat menyayangi Jaemin setelah ibunya, Malam dimana yang sedang ia peluk adalah Ibunya, malam juga rembulan bersinar penuh diatas dan pancaran sinar bulan itu menembus keuanya yang saling berbagi kehangatan.
Jeno menatap Jaemin dengan tatapan yang begitu dalam dan sangat menenagkan, Jaemin pun melihatnya, benar-benar sangat hangat hingga iapun hanyut dalam tatapan itu. Ini bukanlah tatapan yang biasa Jeno berikan pada dirinya, Haechan, ataupun Mark. Ini adalah tatapan tulus yang belum pernah Jeno perlihatkan. Mereka terhanyut dalam tatapan satu sama lain, hingga Jeno meng-
"Menikahlah denganku"
-ucapkan kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DEADLY SMILE || NOMIN
Fanfiction(!SLOW UPDATE!) "Jangan mendekatinya, dia memiliki kepribadian yang tidak bisa ditebak, dia selalu tertutup. Dan jangan pernah kau membuat atau memintanya untuk tersenyum, karna itu sangat berbahaya untuk nyawa mu" "Kenapa seperti itu?" "Hidupmu b...