JENO sudah berada di Restaurant yang sudah di rencanakan untuk pertemuan hari ini, dan di depannya saat ini adalah teman baiknya yang ingin membicarakan suatu hal yang sudah dibicarakan di telefon sebelumnya
"Katakan saja, apa yang kau inginkan?" ujarnya
"Bunuh dia" ujar Jeno memandang orang di depannya
"Haruskah kita membunuhnya malam ini" ujarnya pada Jeno yang hanya memandang nya dengan datar
"Tidak. Aku ingin dia tersiksa lebih dulu, membuat dia mati secara perlahan dan menyakitkan dan anaknya harus merasakan apa yang ku rasakan" kata Jeno jahat dan penuh amarah
Mereka saling melempar pandangan dengan jahatnya mereka sangat gampang untuk berbicara tentang bunuh membunuh dan ini akan berlangsung lama
"Sudahlah Jen, langsung bunuh saja untuk apa menunda nunda, menyiksanya. Itu akan memakan waktu cukup lama, aku sangat geram dengan paman mu yang haus akan uang" ujarnya jengah dia tidak suka berlama lama dan bertele tele
"Aku ingin melihat mereka tersiksa terlebih dahulu, Mark" orang yang dipanggil Mark itu menghela nafas, Jeno memang keras kepala apalagi kalau sudah menyangkut orang yang ia sayangi, ia akan lebih keras kepala
"Terserah dirimu saja, kabari aku jika kau butuh bantuan" ujarnya berdiri dan mengulurkan tangannya niatnya ingin berjabat dan Jeno juga berdiri dan menjabat tangan itu
"Kau harus bisa membunuh dari pembunuh orangtuamu, Jen" ucap Mark
Lalu mereka keluar dari ruang VVIP Restaurant itu dan Mark pergi lebih dulu dengan mobilnya
Jeno berjalan ke mobilnya niat ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya tapi terhenti karna ia melihat Nana berdiri sendiri di dekat Restaurant
Jeno memilih untuk mendekatinya takutnya Nana membutuhkan sesuatu karena dari tadi ia terus memandang Ponselnya
"Sedang apa?" Nana terlonjak kaget karena ada yang menepuk pundaknya
"Ah aku sedang mencari taksi online tapi tidak dapat" ujarnya memandang Jeno lesu tapi Jeno memandangnya biasa
"Mau ku antar pulang?" Nana memandang Jeno
"Kalau tidak mau juga tak apa, kau bisa menunggu lama disini" ujarnya pergiTanpa berpikir lama Nana mengikuti Jeno dari belakang dan dengan reflek menggandeng lengan Jeno, Jeno hanya memandang Nana sambil berjalan tapi tak tersenyum hanya saja hatinya sedikit senang karena masih ada orang yang berani menyentuhnya tanpa tahu konsekuensinya. Sebenarnya mudah saja tak apa Jeno diperlakukan seperti ini asal ia tidak kurang ajar.
Nana yang melihat tangannya berada di lengan Jeno langsung melepasnya dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal
"Eum maaf Jen, Hehe" cengirnya dan Jeno hanya mengangguk dan langsung masuk ke mobilnya di ikuti dengan Nana"Kau masih ingat jalan rumahku?" tanya Nana menoleh pada Jeno
"Hm. masih" jawabnya lalu menyalakan mesin mobil dan keluar dari area Parkir"Jen, aku boleh bertanya?" ucap Nana memecah keheningan yang menyelimuti mobil Jeno
"Tanyakan saja" jawabnya tanpa menoleh pada Nana
"Kenapa aku baru melihatmu dikampus?" tanyanya memandang Jeno
"Aku malas berinteraksi" jawabnya datar"Kalau kau malas berinteraksi, lalu kenapa kau mau menawarkan aku pulang?" ujar Nana masih memandang Jeno dengan mengangkat 1 alis nya
"Aku seperti ini tidak pada semua orang" dia menjawab sekali lagi jawaban yang datar tanpa senyum diwajahnya"Kenapa kau tak pernah tersenyum?" pertanyaan yang membuat Jeno jengkel
Jeno langsung memberhentikan mobil dengan mendadak membuat Nana terkejut"Jika aku tersenyum padamu, kau akan mati" jawabnya memandang Nana dan Nana terkejut akan pernyataan barusan
"Maksudmu?" ujarnya memandang Jeno terkejut
KAMU SEDANG MEMBACA
A DEADLY SMILE || NOMIN
Fanfiction(!SLOW UPDATE!) "Jangan mendekatinya, dia memiliki kepribadian yang tidak bisa ditebak, dia selalu tertutup. Dan jangan pernah kau membuat atau memintanya untuk tersenyum, karna itu sangat berbahaya untuk nyawa mu" "Kenapa seperti itu?" "Hidupmu b...