SIANG ini, Jaemin berangkat bersama Jeno, untung saja mereka mendapat Jam siang untuk 4 hari kedepan, jadi Jaemin dan Jeno dapat bersantai sejenak.
Jeno mengantar Jaemin sampai di depan kelasnya, Namun mereka terhenti ditengah lorong menuju kelas Jaemin karena teriakan seseorang, siapa lagi kalau bukan Haechan
"LEE JENO!" Haechan terlihat marah dan disamping Haechan yaitu Renjun menatap Jeno tajam. Mereka menghampiri Jeno dan Jaemin dengan perasaan marah karena melihat Jaemin berjalan sedikit pincang.
"Apa yang kau lakukan padanya?!" Tanya Haechan setelah berdiri dihadapan Jeno
"Kau pasti menyakitinya kan?!" Sekarang Renjun yang berteriak pada Jeno
Jeno hanya memandang mereka heran, tanpa berniat ingin menjawab Jeno berbalik dan mengajak Jaemin untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas.
Sampai dikelas Jeno mendudukan Jaemin ditempat duduknya dengan Haechan juga Renjun yang sedaritadi mengekori mereka berdua
"Terima kasih" Ucap Jaemin mendongak untuk menatap Jeno yang berdiri disampingnya
"Ku tinggal, jaga dirimu. Kupikir mereka akan usil jika kau menceritakan kisah yang sebenarnya" Kata Jeno berbisik pelan setelah itu mengecup kilat kening Jaemin. Seluruh kelas menganga, tidak percaya akan sebuah kenyataan kalau Jeno yang terkenal kejam, luluh juga dengan Na Jaemin.
Jeno melenggang pergi begitu saja dan tidak menghiraukan tatapan Haechan dan Renjun yang juga ikut menganga, sedangkan Jaemin hanya tersenyum simpul
"Bagaimana kau bisa meluluhkan kulkas 34 pintu itu?!" Haechan bertanya dengan suara lantang
"Lee Haechan, bisa tenang sedikit? aku akan jelaskan tapi tidak sekarang" Kata Jaemin lembut, ia mencoba menahan kekesalannya pada sahabat nya satu ini
"Tapi kami membutuhkan penjelasanmu sekarang!" Kata Haechan dan Renjun kompak hingga menarik perhatian seluruh orang yang ada dikelas
"Baiklah baiklah, bisa tenang dulu? kalian sangat berisik. Duduk dulu setelah itu aku jelaskan" Ujar Jaemin menyuruh kedua sahabat nya untuk duduk
"Jadi seperti ini....." Jaemin memulai cerita itu dari awal hingga akhir, bagaimana ia bisa berjalan sedikit pincang, rasa sakit pada holenya dan seterusnya, Membuat Haechan dan Renjun meringis disepanjang cerita, Jaemin yang merasakan mereka yang meringis.
"Apa dia melukaimu?" ini adalah ketiga kalinya Haechan bertanya, membuat Jaemin memutar bola matanya
"Haechan, sudah ku bilang dia tak melukaiku hanya saja sedikit perih di area bawahku itu saja. Sekali lagi bertanya ku buang kau disungai Han" Haechan sudah akan membuka mulut untuk bertanya pada Jaemin apa ia terluka, namun pernyataan itu membuat Haechan bergidik ngeri
"Lagian kau juga, Jaemin kan sudah bilang ia tak terluka, kenapa kau terus mengulangi pernyataan itu?" Renjun heran dengan sahabat bontotnya yang satu ini, kemana otaknya hingga tidak menyerap apa yang Jaemin bilang?
"Apa sih kau Njun, ikutan mulu" Renjun langsung mendelik tajam ke arah Haechan
"Kau mau ku bunuh hah?!" Oke pertikaian ini akan dimulai dan Jaemin tidak ingin ada keributan disini
"Kau ini minta dihajar ternyata" Haechan sudah ancang-ancang menggulung lengan baju yang dikenakan nya
"Hei! sudah! kalau mau ribut jangan disini dilapangan saja! atau mau ku sewakan ring untuk kalian berdua hah?!" Suara Jaemin mengalahkan mereka berdua, membuat keduanya terdiam dan hanya saling pandang namun dengan mata sama-sama tajam.
Ah sudahlah Jaemin lelah, ia memilih pergi ke kantin dan membiarkan dua sahabatnya mengekor juga membantunya berjalan kalau Jaemin sudah meringis.
Jeno duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku novel yang belum ia selesaikan membaca serta kacamata yang ia pakai menambah kesan lebih tampan dari biasanya.
Saat sedang asik membaca Hyunjjn dan gengnya datang untuk mengganggu Jeno dengan Novelnya
"Hei culun! masih berani datang ke kampus rupanya" Ujarnya dan Jeno tak menghiraukan nya, ia lebih asik membaca Novelnya yang lebih menarik daripada wajaj sombong Hyunjin
"Setelah menghajarku dan masuk ruang BK? masih berani datang? sangat pemberani ternyata" Hyunjin meremehkan Jeno. Jeno yang sedang menahan amarah hanya bisa meremat buku Novelnya dengan kuat
"Ingat, Kau itu pembunuh! tidak ada yang mau berteman denganmu!" Teriak Hyunjin tepat ditelinga Jeno
Jeno semakin mengeratkan cengkraman dibukunya, ia lalu menutup buku itu kuat dan meletakan nya di meja setelah itu menatap Hyunjin
"Bisa kau diam? kau sangat mengganggu" Ujarnya berusaha sebisa mungkin ia tenang dan tidak terpancing emosi
"Wah! Dimana Jeno yang berani dan kejam? apakah sifat itu telah hilang? ah mungkin Jaemin telah menghilangkan itu semua" Jeno yang lelah dengan semua pernyataan Hyunjin melepaskan kacamatanya lalu meletakkannya di meja dekat bukunya. Ia berdiri mensejajarkan wajah nya dengan wajah sombong Hyunjin
"Masih belum kapok ternyata masuk rumah sakit" kata Jeno membuat Hyunjin menatapnya tajam
"Masing ingat gudang kosong itu? kau disana hanya bisa berteriak meminta tolong, Dimana dirimu yang sekarang dihadapan ku saat itu?" semakin tajam delikan itu diberikan pada Jeno yang sangat santai menghadapi Hyunjin
"Kau hanya bisa main keroyokan, dimana jiwa pemberanimu kalau sendiri? hilang kah? siapa yang berani menghilangkan nya? ah pasti Yeji telah menghilangkan nya" Urat dileher Hyunjin sangat terlihat ketara kalau ia sedang marah. Yeji adalah adik perempuan yang sangat disayangnya.
"Brengsek!" Baru saja Hyunjin akan memukul wajah tampan Jeno, tangan nya lebih dulu ditangkap oleh Jeno dan Jeno mencengkeram tangan itu lalu memutarnya hingga tangannya menyentuh punggungnya sendiri
"Akh!"
"Kau salah memilih lawan. Nanti malam adalah ulangtahun perusahaan ayahmu, bersiap lah semua rahasia ayahmu terbongkar dan reputasimu hancur sehingga orang-orang melihatmu dengan perasaan jijik" Bisik Jeno semakin menekan lengan itu pada punggung Hyunjin sendiri
"Ah aku hampir lupa dengan ibumu" Jeno mendorong Hyunjin hingga ia tersungkur lalu menginjak kepala Hyunjin dengan keras
"Sekali saja kau mengusik ku lagi, maka tunggu kematian ibu dan adikmu" Setelah mengatakan itu Jeno melenggang pergi darisana.
Tujuan nya saat ini adalah taman belakang sekolah, hanya disitu ia bisa meredam emosinya.
Disana ia bisa tenang dengan semilir angin yang menerpa wajahnya, duduk dibawah pohon yang rindang dan membaca sebuah novel ditangan nya.
Jeno tidak akan menyakiti seseorang kecuali seseorang itu yang memulai lebih dulu, Jeno tidak suka diusik kalau hatinya sedang damai dengan keaadaan dan kalau kau mengusiknya maka bersiap lah kematian akan menghampirimu.
Dan untuk malam ini sasaran nya adalah ibu dan adik Hyunjin, Jeno akan membunuh mereka seolah olah mereka membunuh dirinya sendiri karena sebuah kenyataan jika sang paman membunuh kedua orangtua Jeno.
"Tunggu penderitaan mu, Hwang Hyunjin"
○○●To Be Continue●○○
Okeh sampai sini dulu, untung aku menyempatkan waktu buat nulis, ga banyak emang tapi mohon maklum yah, aku sibuk akhir-akhir ini jadi hanya sedikit kata yang aku tulis.
maaf bila ada double word dan silahkan dikoreksi nanti bisa ku revisi. kalau ada salah kata maupun typo maapkan saia karena tangan ini sering terpeleset haha.
Silahkan tinggalkan jejak berupa Vote dan Comment , kritik dan saran akan saya terima. Terima kasih
Luv yaa and See ya<3
KAMU SEDANG MEMBACA
A DEADLY SMILE || NOMIN
Fanfic(!SLOW UPDATE!) "Jangan mendekatinya, dia memiliki kepribadian yang tidak bisa ditebak, dia selalu tertutup. Dan jangan pernah kau membuat atau memintanya untuk tersenyum, karna itu sangat berbahaya untuk nyawa mu" "Kenapa seperti itu?" "Hidupmu b...