Vote sebelum baca!Pagi hari yang cerah menyambut seorang gadis yang kini sibuk dengan tanamannya.
Gadis itu terlihat sedang menyirami tanaman-tanaman yang ada dihalaman rumahnya yang cukup luas.
Gadis itu sesekali bersenandung ria sambil menyirami tanamannya.
"Dek, tolong belikan Bubu garam di mbak Novi ya"
Terdengar suara yang cukup lembut dari arah belakang gadis itu.Gadis itu membalikan badannya dan melihat sang Ibu berjalan mendekatinya.
"Ini Bubu yang urus ya" pintanya dan diangguki oleh Bubu.
"Kahla berangkat Bu, assalamualaikum" pamit gadis.
Kahla Shafa Ghaitsa. Gadis cantik yang baru berumur 20 tahun dan memiliki kulit cukup putih dan bersih.
Kahla kini sedang menempuh pendidikan tinggi dan sebentar lagi akan melakukan wisuda kelulusan.
Kahla yang cenderung memiliki sifat yang ceria dan ramah tentu saja banyak yang menyukai dirinya dan menyayanginya.
Kahla yang sangat menyukai pakaian seperti sar'i dan tertutup karena baginya itu sangat keren.
Entahlah? Itu baginya saja mungkin. Dan juga, karena dirumahnya juga dekat dengan pondok pesantren tentu saja Kahla sedari kecil sudah diharuskan memakai pakaian yang sopan oleh orang tuanya.
"Mbak Novi, main yuk" teriaknya ketika sampai ditoko mbak Novi.
Mbak Novi terlihat masih muda kerena memang umurnya baru menginjak 26 tahun.
"Heh! Bocil. Mau beli apa?" Tanya mbak Novi yang sudah hafal dengan kelakuan Kahla.
"Hehe, beli garam, sama permen susu dua ribu ya" jawab Kahla dan langsung diangguki oleh mbak Novi.
Sembari menunggu, Kahla melihat kesana kemari seperti mencari sesuatu. Mbk Novi yang melihatnya pun menyerngit.
"Cari apa dek?" Tanya mbak Novi.
"Nggak, kok tumben sepi mbak. Biasanya rame kalo pagi-pagi gini" ujar Kahla menatap mbak Novi.
"Katanya sih, istri gus Afiq masuk rumah sakit lagi. Terus semua santrinya lagi mengadakan do'a bersama" jawab Mbak Novi dan dibalas anggukan oleh Kahla.
Mbak Novi menyerahkan garam dan juga permen susu empat biji kepada Kahla. Dan Kahla menyerahkan uang kepada mbak Novi.
"Kahla pulang dulu mbak. Da....jangan kangen ya" ujarnya sambil melambaikan tangannya kearah mbak Novi.
"Idih, nggak akan kangen sama bocil kayak kamu" ujar mbak Novi sinis yang dibuat-buat.
Kahla hanya cengengesan sambil menutup mulutnya dengan tangan mungilnya.
Tiba-tiba datang seorang santri putra kearah mereka.
"Assalamualaikum, mbak. Mau beli gula satu kilo ya" ujar santri tersebut dengan sopan.
"Wa'alaikumus salam, sebentar ya"
Mbak Novi pun bergegas menyiapkan pesanan santri tersebut. Sedangkan Kahla malah menatap santri itu dengan intens.
Santri tersebut yang merasa ditatap pun kembali menatap Kahla. Hanya sebentar, karena langsung menundukan pandangannya.
"Memangnya bener ya, kalo Ning Fadila masuk rumah sakit?" Tanyanya sambil terus menatap santri tadi.
"Nggeh dek, bener. Memangnya dek Ahla nggak mau kesana. Maksudnya, kepesantren?" Tanya santri tadi.
Siapa sih yang tidak mengenal Kahla? Gadis cantik memiliki otak cerdas sejak kecil. Bahkan Kahla sudah lancar membaca Al-Qur'an ketika ia baru berumur 5 tahun.
Kahla bahkan sering dipanggil kepesantren untuk membantu mengajar para santri disana.
"Nggak dulu deh kang. Insya Allah nanti malam Kahla kesana. Kalo gitu, Kahla pulang dulu ya kang Arip. Assalamualaikum" pamit Kahla dan berlalu dari hadapan santri yang dipanggil Kang Arip oleh Kahla.
"Wa'alaikumus salam warohmatullahi wabarokatuh"
Kang Arip atau lebih tepatnya Muhammad Arif Syafi'i, itu hanya memandang punggung Kahla yang mulai menjauh dengan tersenyum tipis.
Kang Arip memang sudah menganggap Kahla sebagai adiknya karena sering bertemu dengan Kahla jika sedang membeli sesuatu ditoko mbak Novi maupun dipesantren.
"Ini kang gulanya"
...
Berbeda dengan tadi pagi. Kini Kahla sedang menggerutu karena diminta bubu untuk pergi kepesantren yang terletak tak jauh dari rumahnya untuk membantu-bantu menyambut kepulangan Ning Fadila dari rumah sakit.
Padahal ia sudah berniat, ketika selesai sholat dzuhur ia ingin rebahan sambil menonton film. Tetapi, semua itu punah ketika bubu meminta dirinya datang kepesantren.
"Assalamualaikum, mbk Hana" ucapnya memasuki daerah dapur pesantren.
"Wa'alaikumus salam, dek Ahla. Mau bantu-bantu?" Jawab seseorang yang dipanggil mbak Hana oleh Kahla dengan ramah.
"Iya mbak"
"Sana bantu umi aja. Umi lagi buat madu mongso kesukaan kamu. Nanti kamu comot aja kalo pingen" ujar mbak Hana sambil tertawa kecil.
Madu mongso
"Ouh, siap mbak" ujarnya dengan semangat lalu berlari kecil kearah umi.
Mbak Hana yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. Ia sedikit tidak percaya jika umur Kahla sudah 20 tahun, tetapi mempunyai kelakuan seperti bocah berumur 2 tahun.
"Assalamualaikum, umi" ucapnya dengan semangat menghampiri umi Jannah.
"Wa'alaikumus salam, eh, ndok Kahla. Mau bantu?" Tanya umi dan diangguki semangat oleh Kahla.
"Memangnya Ning Fadila kapan pulangnya umi?" Tanya Kahla sambil membantu umi.
"Sudah pulang ndok. Ini mau dibuat untuk doa bersama karena Ning Fadila habis operasi"
"Astagfirullah, operasi?" Kaget Kahla sambil menutup mulutnya.
"Iya, operasi pengangkatan rahim"
jawaban umi tentu saja membuat Kahla kaget bukan main. Ia hanya tahu, jika ning Fadila mempunyai penyakit jantung bukan rahim.
"Kasian ning Fadilanya" ucapnya sendu.
Umi Jannah yang melihatnya pun tersenyum. Mengapa gadis didepannya sangat lucu sekali.
"Nggak papa nduk. Namanya juga sudah takdir, mungkin Allah sayang sama Ning Fadila. Makanya dikasih ujian" ujar umi Jannah dengan lembut.
Tak jauh dari mereka, ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikan mereka. Tidak, lebih tepatnya Kahla.
"Maafkan saya"
Tbc.Follow instagram wp.kingonde2
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)
Teen Fiction⚠️Alangkah baiknya follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️Ambil yang baik buang yang buruk ⚠️DILARANG KERAS UNTUK MEM-PLAGIAT. ⚠️Typo bertebaran, belum direvisi. Bagaimana perasaan kamu jika harus menjadi yang kedua? ini tentang gadis yang menja...