Jangan lupa vote!
"Apakah gue nggak pantas buat bahagia ya, La?"
"Kenapa ngomong gitu?
"Semua sudah ada buktinya La. Orang tua gue pisah, adik gue meninggal, dan itu karena keegoisan mereka. Dan sekarang, gue baru aja dapet kerja jadi dokter anak malah dipecat gara-gara difitnah. Semua sudah ada buktinya, tuhan nggak lagi sayang sama gue. Dulu, kehidupan gue nggak seperti ini. Kehidupan gue yang dulu jauh dari kata berantakan. Mama papa selalu harmonis, adik gue yang selalu ceria, dan gue yang selalu bahagia jika kita lagi kumpul bareng. Sekarang, hidup gue berantakan. Tuhan marah sama gue ya La?" Cerita Karin panjang lebar dengan air mata yang terus turun dari matanya.
Kahla hanya diam tidak menjawab. Ia memeluk erat tubuh Karin yang bergetar karena menangis.
Tadi, ia ditelfon oleh Karin dan meminta dirinya datang ketaman kota. Kahla yang mengerti keadaan Karin tentu saja langsung menyetujuinya.
Kahla langsung mengerti ketika mendengar suara Karin yang serak dan menahan tangis. Ia langsung bergegas menuju taman kota diantar oleh gus Afiq.
Memang Kahla akui jika kehidupan sahabatnya ini tidak pernah berantakan. Semuanya terkendali aman karena keluarga selalu melakukan cara kekeluargaan ketika menghadapi masalah.
Tetapi sekarang, kehidupan sahabatnya tampak berantakan. Sahabatnya yang selalu ceria dan mengejeknya walau bercanda kini menangis pilu.
Ada rasa sesak dihatinya ketika melihat satu-satunya sahabat yang ia miliki menangis dan mengadu kepadanya.
"Ssttt, bukan begitu Rin. Tuhan sayang sama kamu, makanya dikasih ujian. Masak iya kamu nggak percaya sama Tuhan kamu sendiri?"
Karin diam tak berkutip. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Kahla dengan tatapan aneh. Kahla menyerngit melihatnya.
"Kenapa?"
"Em, gue, gue mau masuk agama lo, boleh?" Tanya Karin yang membuat Kahla menatap aneh Karin.
Bukan, bukan Kahla tak bahagia. Ia bahagia mendengar pertanyaan Karin saat ini. Tetapi yang membuat Kahla heran adalah, apakah Karin marah kepada Tuhannya sendiri karena membuat kehidupannya berantakan.
Kahla bahagia ia akui. Tetapi Kahla juga merasa jika Karin ingin masuk keagamanya bukan dari hatinya. Melainkan karena ia merasa Tuhannya marah kepadanya.
"Apa alasan kamu masuk islam?"
Karin terdiam. Sebenarnya ia juga tidak tau apa alasan yang akan diberikan kepada Kahla tentang ini.
Tapi entahlah, ia juga tidak mengerti dengan hatinya yang menyuruhnya untuk mengatakan itu.
Kahla terus saja menatap wajah Karin dengan mimik serius. Karin menghela nafas dan balik menatap Kahla.
"Gue nggak tahu, tapi hati gue nyuruh gue buat ngucapin itu"
Kini Kahla yang terdiam. Ia masih menatap wajah Karin dengan serius. Bahkan gus Afiq yang berada dibelakangnya tak jauh dari mereka menunggu reaksi Kahla.
"Hah" Kahla memalingkan wajahnya menatap kedepan. "Baiklah, kamu ikut kepesantren saja, mau?" Lanjutnya dengan memegang tangan Karin dengan lembut.
Karin mengangguk dengan semangat dan Kahla semakin melebarkan senyumannya.
"Gus Afiq" panggil Kahla menoleh kebelakang dimana gus Afiq berdiri.
Gus Afiq berjalan mendekati mereka dengan santai dan tetap memasang ekspresi datar andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)
Novela Juvenil⚠️Alangkah baiknya follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️Ambil yang baik buang yang buruk ⚠️DILARANG KERAS UNTUK MEM-PLAGIAT. ⚠️Typo bertebaran, belum direvisi. Bagaimana perasaan kamu jika harus menjadi yang kedua? ini tentang gadis yang menja...