"Dek Ahla sudah makan? Sudah sehat? Sudah nggak sakit lagi?" Pertanyaan beruntun itu dilayangkan oleh ning Zahra yang saat ini berduakan dengan Kahla diteras ndalem.
Kahla saja pusing dengernya. "Ya Allah ning, kalau nanya itu one-one dong" protes Kahla membuat ning Zahra nyengir.
"Kahla sudah makan, Kahla juga sudah sehat. Dan yang pasti sudah nggak sakit lagi" jawab Kahla.
Ning Zahra mengangguk mengerti. Saat dirinya tadi melihat Kahla bersama gus Afiq menuju ndalem.
Dirinya langsung berlari untuk menuju ndalem abah dan umi. Karena ndalemnya berbeda dengan abah dan umi.
Walaupun begitu, ndalemnya tak jauh dari ndalem abah dan umi.
"Kamu tinggal disini terus kan, dek?" Tanya ning Zahra dan diangguki ragu oleh Kahla.
"Insya Allah sajalah ning" jawabnya sambil terkekeh pelan.
Melihat itu, ning Zahra juga ikut terkekeh dibuatnya. Saat ini sudah pukul delapan malam.
Dan pastinya para lelaki sedang dimasjid untuk menjalankan rutinan ngaji kitan bersama para santri yang lain.
Sedangkan umi sudah tidur karena tak enak badan. Lemes katanya.
"Kamu sudah me-"
"Heh! Kalian, masuk kedalam rumah. Ini sudah malam"
Perkataan ning Zahra harus terpotong karena kedatangan gus Afiq dan gus Fikri yang tiba-tiba.
"Ayo pulang Ra" ajak gus Fikri dan langsung dituruti oleh ning Zahra.
"Kalau begitu aku pulang dulu ya, La. Assalamualaikum" pamit ning Zahra.
"Wa'alaikumus salam"
Kahla dan juga gus Afiq terus menatap gus Fikri dan ning Zahra berjalan bergandengan tangan.
Gus Fikri juga sesekali mengelus lembut perut datar ning Zahra. Melihat itu, gus Afiq jadi iri. Astagfirullah.
Gus Afiq menatap Kahla yang masih melihat kearah ning Zahra. Sepertinya Kahla juga sepertinya.
"La, ayo masuk" ajaknya dan memegang tangan Kahla lalu menariknya.
Tentang abah, abah masih dimasjid karena ngaji kitabnya belum sepenuhnya selesai.
Kahla yang ditarik gus Afiq hanya bisa pasrah. Ia mengikuti kemana arah jalan gus Afiq dengan malas.
Ketika tiba didepan kamar Kahla yang dulu. Gus Afiq berhenti melangkah. Ia memutar tubuhnya agar bisa melihat Kahla.
"Apa?" Tanya Kahla cuek.
"Ayo masuk" bukannya menjawab, gus Afiq malah mengajak Kahla masuk kedalam kamar.
Gus Afiq mendudukan Kahla diranjang dan setelahnya ia yang duduk diranjang.
Gus Afiq memandangi wajah Kahla dengan lama. Hingga tebokan dari Kahla menyadarkannya.
"Kenapa saya ditabok?" Tanyanya sambil mengelus wajahnya.
"Gus jelek" jawab Kahla membuat gus Afiq menjatuhkan rahangnya.
Hey, banyak wanita yang mengantri untuk menjadikannya suami. Dan apa katanya? Jelek. Mana mungkin, Lee min ho saja kalah dengannya.
"Mana ada"
"Iya gus jelek"
Gus Afiq hanya bisa pasrah mendengarnya. Dengan hati-hati ia menuntun Kahla agar berbaring diranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)
Teen Fiction⚠️Alangkah baiknya follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️Ambil yang baik buang yang buruk ⚠️DILARANG KERAS UNTUK MEM-PLAGIAT. ⚠️Typo bertebaran, belum direvisi. Bagaimana perasaan kamu jika harus menjadi yang kedua? ini tentang gadis yang menja...