Jangan lupa votenya!
Mentari kini menampakan cahayanya. Banyak suara burung-burung dan juga aktivitas dari banyak orang diluaran sana.
Dan kini, seorang pria paruh baya terlihat duduk dengan santai diteras ditemani oleh secangkir kopi dan juga koran ditangannya.
Tetapi, pria itu tidak tidak ada niatan untuk membaca koran tersebut. Pria itu malah tampak meremat koran yang ia pegang.
"Afiq keparat, saya saja tidak pernah membentak putri saya. Seenak jidatnya membentak putri saya dengan enteng" gumamnya, tangannya semakin meremat koran yang ia pegang hingga sudah tidak terbentuk.
"Baba"
Suara lembut itu mampu membuat kemarahan Naren hilang begitu saja, ya pria itu adalah Naren.
Naren langsung meletakan korannya dan menoleh kebelakang, disana terlihat puterinya sedang tersenyum hangat sambil berjalan mendekatinya.
"Kenapa, hm?"
Kahla langsung memeluk tubuh besar Naren dan mendusel ditekul leher sang ayah.
"Kahla mau balik kepesantren, ya baba" ujarnya sambil melepaskan pelukannya.
Alis Naren diangkat sebelah. Dan tangannya membelai lembut pipi berisi puterinya.
"Tidak perlu, nanti suamimu akan menjemputmu"
Kahla menggeleng. "Kahla bareng Karin aja. Ouh ya baba, kang Arip sama lainnya pulang jam berapa?"
"Jam dua belas malam. Mereka akan mencari tau siapa pelaku sebenarnya. Mau cerita sesuatu sama baba?"
Tentu saja Kahla mengangguk, sebelum itu dirinya duduk dikursi kayu yang satunya.
"Abang kenapa nggak ikut pulang ba?" Tanyanya sambil memainkan kancing baju Hendra yang memang masih memakai baju koko.
"Abang lagi ada tugas, mungkin satu tahun lagi baru pulang. Adek tahu siapa yang mencampur udang diadonan yang asli?"
"Nggak tau, tapi sebelumnya Kahla masaknya sama mbak Liya. Terus mbak Liya minta tolong ke-Kahla buat ambilin minum"
Naren nampak mengangguk mengerti. Ia mengelus lembut kepala Kahla yang tertutupi hijab itu.
"Mau balik sekarang?"
Kahla mengangguk dan berteriak memanggil Karin yang sedari tadi tidak keluar-keluar dari rumah.
"Apasih? Elah, baru mau gibah sama tante Rani juga" ujar Karin kesal karena dipanggil oleh Kahla.
Padahal ia baru saja memulai acara gibahnya bersama Rani didapur, eh malah dipanggil Kahla mana pake teriak.
"Heh!" Sekali gertakan membuat Karin kaget.
"Hehe, maaf om" cengengesan, itulah yang Karin lakukan.
"Yasudah, kami pamit ya, baba. Assalamualaikum" ucap Kahla dan mencium punggung tangan Naren disusul oleh Karin.
"Wa'alaikum salam. Karin, kalo ada apa-apa langsung hubungi om, ya"
"Siap, komandan!!!"
Karin menjawabnya dengan menempelkan tangan didahinya seperti orang memberikan hormat.
Sedangkan Kahla hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya dan juga babanya.
Setelah itu mereka berdua berjalan keluar dari rumah Kahla. Dan diperjalanan banyak sekali hal random yang mereka bahas.
Tentang kenapa sapi berkali empat?, burung bisa terbang dan ayam tidak? Padahal bentuk hewan itu hampir sama.
"Bocil"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)
Teen Fiction⚠️Alangkah baiknya follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️Ambil yang baik buang yang buruk ⚠️DILARANG KERAS UNTUK MEM-PLAGIAT. ⚠️Typo bertebaran, belum direvisi. Bagaimana perasaan kamu jika harus menjadi yang kedua? ini tentang gadis yang menja...