XX "Loh? Kok Gini?"

14K 597 23
                                    

Jangan lupa vote-nya

.

Sudah satu jam berlalu dan gus Afiq masih tetap berkeliling mencari kedua istrinya itu. Bahkan plastik kresek yang ada ditangannya sudah hilang entah kemana.

"Ini pada kemana sih?" Tanyanya pada diri sendiri.

Terlihat dari wajahnya, ia sudah merasa lelah dengan semua ini. Bahkan rambutnya saja setengah basah karena keringat. Entahlah, mungkin cuacanya sangat panas.

Sedangkan yang dicari-cari malah nyantai dibawah pohon mangga yang memang sedang berbuah lebat.

"Asem emang, dibaikin malah ngelunjak gitu" kesal Kahla ketika mengingat kejadian tadi.

Tadi ia dan juga ning Fadila pergi menjenguk ustadzah Liya yang keadaannya belum membaik karena hukuman kemarin.

Mereka berdua datang dengan senyuman terpatri diwajah ayu mereka tapi malah disambut dengan wajah sinis ustadzah Liya.

Tentu saja Kahla tak terima. Ia menasihati ustadzah Liya. Eh, malah didirinya yang disemprot balik.

Flasback...

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" ucap Kahla dan juga ning Fadila ketika memasuki kamar ustadzah Liya yang sepi.

"Wa'alaikumus salam" jawab orang didalam kamar dengan sinis.

"Mbak, gimana keadaan mbak?" Tanya Kahla ketika sampai disamping ranjang ustadzah Liya.

"Ya kamu lihat sendirilah. Punya mata juga" jawabnya dengan sinis, lagi.

"Yang Kahla lihat sih, mbak udah baik-baik aja. Buktinya udah bisa nyinyir" sindir Kahla dengan mata julidnya.

Ning Fadila yang mendengarnya pun menepuk pelan kaki Kahla. "Dek" panggilnya dengan ada maksud.

Kahla yang mendengarnya hanya menatap ning Fadila sambil tersenyum. Sedangkan ustadzah Liya dibuat kesal karena ucapan dari Kahla.

"Halah, kamu senengkan lihat saya kesakitan gini?" Tanya ustadzah Liya ngegas.

"Astagfirullah, kamu berdosa banget" ujarnya berlagak seperti orang yang paling tersakiti, bahkan ia memegang dadanya dramatis.

"Dek Ahla" panggil ning Fadila lagi tapi tak hiraukan oleh Kahla.

"Mbak, kalo ada yang jenguk mbak berarti mereka masih punya perhatian buat mbak. Seharusnya mbak sambut dengan ramah, bukan malah nyinyir gini" ujarnya membuat ustadzah Liya naik pitam, sedangkan ning Fadila hanya pasrah.

"Heh, saya nggak nyuruh kamu buat jengguk saya ya. Lebih baik saya nggak ada yang jengguk dari pada yang jengguk kamu. Bikin saya mual" marah ustadzah Liya.

Kahla yang mau membalas perkataan ustadzah Liya malah ditarik keluar oleh ning Fadila.

Kahla yang ditarikpun hanya pasrah dan mengikuti jalan ning Fadila. Dan berakhir mereka dibawah pohon mangga.

Flasback off...

"Dek Ahla, nggak baik ngomong gitu" ujar ning Fadila sambil mengelus kepala Kahla.

Kahla yang merasakan elusan itu, entah kenapa emosinya sedikit mereda. Mungkin karena yang ngelus bidadari.

"Astagfirullah. Mbak Liya-nya juga sih. Ngeselin" kesalnya.

"Udah nggak papa. Sekarang masalahnya, kita udah lebih dari satu jam ngerjain mas Afiq. Kalo mas Afiq masih nyariin kita, gimana?" Ujar ning Fadila yang membuat Kahla langsung menatap wajah ning Fadila.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang