XXIII "Merencanakan sesuatu"

13K 555 16
                                    

"Jika kata maafmu bisa membuatmu selalu berada disampingku, aku akan memaafkanmu"

Kahla Shafa Ghaitsa




Berita kang Arip boyong telah sampai ditelinga Kahla, yang membuat Kahla grusak-grusuk mencari Karin.

Ia tahu jika beritanya pasti sudah didengar Karin. Itulah sebabnya Kahla langsung mencari Karin.

Langkahnya dibuat secepat mungkin agar lebih cepat bertemu dengan sang sahabat. Dan tepat, ia melihat Karin juga berjalan cepat menujunya.

Karin yang melihat Kahla yang tak jauh didepannya sudah tak bisa membendung air matanya. Ia langsung saja berlari menuju Kahla, Kahla pun sebaliknya.

Grep

"Sssttttt" ucap Kahla sambil mengelus punggung Karin yang bergetar.

Kini posisi mereka berpelukan satu sama lain. Dengan Karin yang terisak dipelukan Kahla, dan Kahla yang menenangkan Karin.

"Dia pergi, La" lirih Karin sambil melepaskan pelukannya.

Tangan Kahla dengan lembut menghapus air mata Karin yang membasahi pipinya. Dengan mata yang sudah memerah menahan tangis.

"Ssstttt, nggak papa. Kalo dia jodohmu, pasti kembali" ujarnya dengan suara bergetar.

Karin yang mendengarnya langsung kembali memeluk Kahla lebih erat dari sebelumnya.

"Semua akan baik-baik saja"

Tidak ada yang melihat keadaan mereka saat ini. Karena para santri dan pengurus sedang melakukan kegiatan belajar mengajar dipesantren.

Tak berbeda jauh dengan Kahla dan juga Karin. Kang Dafa dan juga kang Adam yang merupakan sahabat dengan kang Arip juga merasakan hal itu.

Terbukti kini mereka sedang galau dibawah pohon yang berada ditaman. Posisi mereka cukup jauh dari Kahla dan juga Karin.

"Piye le cah kui? Kok malah boyong. Mengko iki seng ngurusi acara-acara nok kene sopo?" Kesal kang Dafa walau matanya sudah memanas.

"Mbok kiro Arif tok seng ngurusi acara-acara pondok? Ijek akeh wong liyo, Daf" ujar kang Adam tak kalah kesal.

"Tapikan wes bedo. Meneh de'e boyong ae langsung moro jakarta" ujar kang Dafa sambil mengusap air matanya.

Bukannya lebay, tapi pasti ketika ditinggal oleh sahabat yang selama ini selalu bersama rasanya itu seperti ada yang hilang.

Dan itu yang saat ini mereka rasakan. Pagi-pagi buta saat azan subuh berkumandang mereka didatangi oleh kang Arip yang terlihat berbeda.

Entahlah? Mereka melihat wajah kang Arip tidak seperti biasanya yang terlihat tenang. Kang Arip saat itu terlihat mendung.

Yang lebih parahnya mereka  mendapat kabar langsung dari kang Arip jika dirinya akan boyong dan pergi kejakarta.

"Trae bocah e gendeng, wes roh onok seng seneng de'e, malah boyong adoh" misuh kang Adam dan mendapatkan anggukan dari kang Dafa.

***

Rampung dengan urusan nangis-menangis. Kini Kahla dan juga Karin sedang mengobrol bersama ustadzah yang lain.

Ada ustadzah Bila, ustadzah Hana, dan juga ustadzah Liya. Entahlah, ustadzah Liya ini mukanya sangat tebal dan rentan untuk merasa malu.

"Katanya kang Arif boyong, ya?" Tanya ustadzah Bila.

Mendengar itu, Kahla langsung memegang lembut tangan Karin diam-diam. Sedangkan Karin menatap Kahla sambil membalas genggaman itu.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang