VI "Kang Arip"

16.2K 653 19
                                    




"Dek Ahla mau kemana siang-siang begini?"

"Kahla mau kekampus umi"

Siang ini, lebih tepatnya pukul dua siang. Kahla berpamitan kepada umi Jannah ingin pergi kekampus karena akan mengikuti gladi bersih.

"Yasudah, kamu naik apa? Atau mau diantarkan gus Afiq. Mumpung gus Afiq tidak sibuk" tawar umi Jannah.

Kahla tampak berpikir dan mengangguk ragu. Setelahnya, umi memanggil gus Afiq dan gus Afiq datang.

"Tolong kamu antarkan Kahla kekampus ya gus" ujar umi Jannah.

"Nggeh umi, kami pamit dulu. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumus salam"

Gus Afiq dan Kahla keluar dari ndalem dan menuju mobil yang terparkir dihalaman.

"Kampus kamu dimana?" Tanya gus Afiq tanpa mengalihkan pandangan dari depan.

"Dekat taman kota gus"

"Pulang?"

"Hah?"

"Jam berapa?"

"Ouh, jam lima sore" jawab Kahla dan diangguki oleh gus Afiq.

Ketika mereka ingin masuk kedalam mobil. Tiba-tiba ada seorang santri yang datang menghampiri mereka.

"Assalamualaikum,gus Afiq. Niku, ning Fadila nyariin gus Afiq" ucap santri tadi.

Mendengar hal itu, gus Afiq langsung berlari dan menuju kelas ning Fadila. Sedangkan santri tadi ikut menyusul. Sebelumnya ia sudah berpamitan kepada Kahla.

"Terus aku berangkatnya gimana? Mana udah mepet. Nanti kalo pulang terus minta dianterin kan jadi salah paham. Terus gimana?" Gumamnya dan masih tetap berdiri dan menunduk.

"Ndoh? Dek? Mau kemana?"

Mendengar suara yang sangat familiar itu. Kahla mendongkakan kepala dan melihat kang Arip berjalan menujunya.

"Eh kang Arip. Kahla mau kekampus, tapi nggak ada yang nganter" jawabnya dengan lembut.

"Gus Afiq mana?"

Kahla hanya tersenyum dan menggeleng. "Gus Afiq dicariin mbak Dila dikelas. Jadi gus Afiq nyamperin mbak Dila

"Mau kang Arip anterin?" Tawar kang Arip dengan ramah.

"Nggak usah kang. Kahla minta anterin abang Chandra saja. Mumpung dia ada dirumah" tolaknya.

"Nggak papa. Ayo, tapi naik motor. Nggak papa?"

Kahla yang tidak enak untuk menolaknya pun mengangguk. Dan mereka mulai keluar dari area pesantren.

Sedangkan dikelas ning Fadila. Kini gus Afiq menuntun ning Fadila menuju ndalem.

Tadi, ning Fadila mengeluh kepala pusing dan meminta santrinya untuk memanggilkan gus Afiq.

"Mau mas gendong?" Tanyanya dengan nada khawatir.

Ning Fadila tersenyum dan menggeleng. Ia merasa masih sanggup untuk berjalan sendiri tanpa harus digendong.

Hingga beberapa langkah mereka berjalan. Akhirnya mereka sampai di ndalem.

"Assalamualaikum" ucap mereka serentak.

"Wa'alaikumus salam, loh? Ning Fadila kenapa gus?" Tanya umi Jannah yang melihat ning Fadila dituntun oleh gus Afiq.

"Nggak papa umi, Dila cuma pusing saja" bukan gus Afiq yang menjawab, tetapi ning Fadilanya sendiri.

"Yaudah kamu istirahat saja"

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang