XXIV "Sesuatu yang Mengejutkan"

13.3K 565 33
                                    

Vote!!!


Pagi ini gus Afiq disambut oleh sikap Kahla yang aneh menurutnya. Bagaimana tidak, sedari tadi Kahla selalu menempeli ning Fadila dan tidak mau dipisahkan.

Sepertinya Kahla masih memikirkan perkataan ning Fadila tadi malam. Perkataan itu membuat Kahla selalu menempeli terus ning Fadila.

"Kenapa sih La? Nempel mulu dari tadi" ujar gus Afiq yang sudah jengah.

"Nggak papalah, kok gus yang sewot" balas Kahla dengan kesal.

Ning Fadila yang melihat berdebatan antara Kahla dan juga gus Afiq hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Ssstttt, kalian ini" ujar ning Fadila memisahkan mereka berdua.

"Udah ya dek, mbak mau ngajar dikelas santriwati sebentar" lanjut ning Fadila sambil melepaskan tangan Kahla yang selalu memegang gamisnya dengan perlahan.

"Beneran sebentar ya, mbak" ujar Kahla dan diangguki ning Fadila.

"Iya, cuma sebentar kok"

Kahla mengangguk dan mempersilahkan ning Fadila untuk mengajar dikelas santriwati. Sedangkan gus Afiq juga keluar karena ada urusan lain.

Sekarang hanya Kahla yang berada di ndalem, sedangkan yang lainnya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Untuk abah dan umi, mereka sedang menghadiri kondangan milik tetangga pesantren.

"Ketemu Karin ajalah" putusnya dan ikut keluar untuk bertemu Karin.

Dengan bersenandung kecil, ia berjalan dengan raut bahagia. Tetapi, setengah diperjalan ia bertemu dengan ustadzah Liya yang sedikit berbeda.

Ustadzah Liya yang melihat Kahla berada didepannya pun tersenyum. Ia berjalan mendekat kearah Kahla.

"Assalamualaikum, Kahla" sapanya dengan senyuman manis merekah dibibirnya.

Kahla menukik alisnya heran melihat ustadzah Liya yang aneh. Menyapa dengan ramah? Apalagi dengan senyuman. Ini bukan ustadzah Liya.

"Eh, Wa'alaikumus salam" walaupun heran, ia tetap menjawab dengan senyuman canggung.

Senyuman ustadzah Liya tampak semakin melebar kala Kahla menjawab salamnya.

"Apa kabar, Kahla?"

Sekali lagi, Kahla menatap bingung kearah ustadzah Liya. Ia menatap wajah ustadzah Liya dengan lekat hingga membuat wajah ustadzah Liya bersemu merah.

"Alhamdulillah, baik" jawabnya.

"-mbak Liya apa kabar?" Lanjutnya dan bertanya balik.

"Baik. Bahkan sangat baik" jawab ustadzah Liya dengan wajah bahagianya yang tidak pernah dilihat oleh Kahla.

Kahla hanya mengangguk dan tersenyum kearah ustadzah Liya. Mungkin ustadzah Liya sudah berubah. Atau, ustadzah Liya kesurupan?. Mungkinkan?.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya, Kahla. Assalamualaikum" ucapnya dan berlalu dari hadapan Kahla.

"Wa'alaikumus salam"

Kahla terdiam sejenak dan detik selanjutnya ia membalikkan tubuhnya menghadap kearah ustadzah Liya yang berjalan menjauh darinya.

Matanya melotot bulat kata melihat ada beberapa noda darah yang berada digamis ustadzah Liya.

Bukan hanya gamis, bahkan tanganya juga ada noda darah. Kahla baru menyadarinya saat ini.

Pikirannya kosong, jantungnya berdebar kencang. Apa yang telah dilakukan ustadzah Liya?.

Kahla masih mematung hingga ustadzah Liya membalikkan tubuhnya menghadap kearah Kahla yang masih mematung.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang