XII "Kejadian tidak terduga"

17.5K 700 35
                                    


Jangan lupa vote.






Setelah kejadian tadi malam. Dimana gus Afiq yang menemani Kahla menaiki kora-kora dan juga membersihkan noda kecap dipipi Kahla.

Kini keadaannya kembali seperti semula. Dimana gus Afiq yang cuek kepada Kahla. Dan Kahla gugup jika berdekatan dengan gus Afiq.

Seperti saat ini. Mereka sedang melakukan makan siang bersama. Ada juga para ustadz dan ustadzah yang ikut serta melakukan makan bersama.

Ini memang sudah rutinitas dipesantren ini. Setiap seminggu sekali akan melakukan makan bersama dengan pengurus pesantren dan para ustadz, ustadzah disini.

Setelah selesai makan siang bersama. Dan para pengurus serta ustadz-
ustadzah juga sebagian telah kembali bertugas.

Hanya ada bebarapa ustadzah yang masih berada diteras ndalem. Mereka tampak berbicara dan bercanda satu sama lain.

Mereka adalah Kahla, ustadzah Hana, ustadzah Bila, dan juga ustadzah Liya. Entahlah, muka ustadzah Liya banyak juga.

Untuk Karin, entahlah dia pergi kemana. Tadi ia meminta izin kepada Kahla untuk ikut keasrama santri. Katanya biar dapet teman banyak.

"Aku dengar ada anak tetangga sekitaran pesantren ada yang hamil diluar nikah tau" ujar ustadzah Liya mengawali acara gibahnya.

Sedangkan Kahla hanya memutar bola matanya malas. Sungguh, ia muak dengan wajah ustadzah Liya yang tidak ada rasa bersalah kepadanya dengan perlakuannya kemarin.

"Iyakah? Aku tidak tau" tanya ustadzah Hana yang memang tidak tau berita itu.

"Iya, katanya sih anaknya-"

"Udah. Jangan gibahin orang. Lebih baik ngomongin yang lebih bermanfaat dari pada gibahin anak orang" potong ustadzah Bila yang mulai jengah mendengar dua temannya bergibah ria.

"Betul itu. Dari pada gibah nggak jelas. Lebih baik kita siap-siap untuk acara makan malam di ndalem" saut Kahla dengan semangat.

"Heh, sekarang aja masih pukul satu siang. Dan makan malamnya masih beberapa jam lagi" kesal ustadzah Liya.

"Nggak papa-lah. Kita juga belum beli bahan-bahannya juga kan. Kita minta tolong sama kang Arif aja ya?" Ujar ustadzah Bila mensetujui usulan Kahla.

"Siap, biar mbak Hana yang mencatat bahan-bahan apa saja yang diperlukan nanti. Bentar tak ambilkan kertas sama pulpennya dulu"

Setelah mengatakan itu, Kahla langsung bergegas masuk kedalam dan mengambil barang yang bilang tadi.

Tak lama kemudian, ia kembali dengan tangan memegang kertas beserta pulpennya.

"Nih, mbak" Kahla menyerahkan kertas dan juga pulpennya kepada ustadzah Hana.

Ustadzah Hana langsung menulis apa saja yang dibutuhkan nanti. Setelah selesai ia menyerahkan kepada ustadzah Liya beserta pulpennya.

"Tolong kasih ke-kang Arif ya, mbak" pinta ustadzah Hana.

Ustadzah Liya yang melihatnya pun tersenyum lalu mengangguk dan menerima kertas dan juga pulpennya.

"Kok sama pulpennya, mbak?" Bingung ustadzah Bila ketika melihat ustadzah Hana menyerahkannya beserta pulpennya.

"Iya, nanti kalau ada bahan yang menurut mbak Liya belum ada disitu bisa mbak Liya tambahkan. Ya, mbak" jawab ustadzah Hana.

Ustadzah Liya tersenyum dan mengangguk. Tetapi entah kenapa senyuman itu berbeda. "Iya, mbak"

Dengan segera ustadzah Liya pamit dan bergegas menuju dapur pesantren. Dimana tempat itu adalah tempat bebarapa kang-kang pondok nongkrong. Tetapi tidak didalam dapur, hanya diluar dapur yang memang sudah disediakan kursi dan meja kayu.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang