"Umi, aku mau jadi ibu"
Umi menatap ning Zahra sambil tersenyum. Ia mengelus lembut kepala ning Zahra.
"Berdoa terus ya"
Ning Zahra malah bingung mendengar perkataan umi. Ia kan memberi tahu.
"Iya umi. Tapi aku ngasih tahu umi. Kalau aku hamil, jadi mau jadi ibu" jelas ning Zahra.
Umi terdiam sebentar, beliau masih loading dengan perkataan ning Zahra. Bahkan umi tidak kepikiran ini.
"Masya Allah, kamu hamil nak?" Tanya umi tak percaya.
Ning Zahra mengangguk dan memeluk umi. Sedangkan umi juga membalas pelukan ning Zahra lebih erat.
Beberapa detik kemudian, pelukan mereka pun terlepas. Umi menatap haru puterinya yang saat ini tersenyum hangat dihadapannya.
"Alhamdulillah, ya Allah. Akhirnya umi punya cucu. Besok nggak usah ikut kekuburan yo ndok. Biar gus Fikri sama yang lain saja. Kita kerumah sakit jenguk Kahla"
Ning Zahra menyerngit mendengarnya. "Memangnya dek Ahla kenapa, mi?" Tanyanya.
"Kecelakaan. Dan itu semua karena kesalah fahaman. Besok kita jenguk Kahla" jelas umi yang mampu membuat ning Zahra kaget.
Mereka pun melanjutkan membuat minuman untuk para lelaki yang sepertinya sudah menunggu.
***
Saat ini, ruangan Kahla terdengar pertengkaran antara Kahla dan juga Chandra.
Entah apa yang mereka debatkan. Sedangkan kedua orang tua mereka entah kemana.
Mungkin pacaran? Entahlah, mereka kan suka sekali berparan. Sekalipun didepan kedua anaknya.
"Bang, bukan iniiiii" kesal Kahla sambil menunjukan jepit rambut yang baru saja Chandra belikan.
Chandra menghela nafas. Sudah tiga kali ia bolak-balik keluar rumah sakit ini karena membelikan jepit rambut yang Kahla mau.
"Ya Allah, dek. Mau yang mana sih kamu?" Ujar Chandra frustasi.
"Yang itu loh. Yang warnanya pink, terus ada hiasan bunga. Tapi bunganya itu berkilau-kilau"
Chandra hanya bisa sabar mendengarnya. Bahkan yang ia beli itu ada bunganya semua. Tetapi tidak terlalu berkilau.
"Yasudah, abang keluar dulu. Jangan kemana-mana" putus Chandra dan keluar dari ruangan Kahla.
Kahla yang melihatnya hanya cekikikan. Ini kesempatan dirinya agar bisa mengerjai kakaknya itu.
Tak lama Chandra pergi, pintu ruangan itu terbuka kembali. Memperlihatkan Karin, umi, dan juga ning Zahra.
Mereka sedang menjenguk Kahla. Kahla yang melihatnya pun senang. Ia mencium punggung tangan umi dan juga ning Zahra ketika mereka mendekat.
"Gimana keadaanmu, ndok?" Tanya umi mengelus kepala Kahla.
Kahla tersenyum. "Alhamdulillah, lebih baik dari pada sebelumnya" jawabnya.
"Alhamdulillah"
Merekapun mengobrol hingga Chandra datang dengan barang yang Kahla inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)
Teen Fiction⚠️Alangkah baiknya follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️Ambil yang baik buang yang buruk ⚠️DILARANG KERAS UNTUK MEM-PLAGIAT. ⚠️Typo bertebaran, belum direvisi. Bagaimana perasaan kamu jika harus menjadi yang kedua? ini tentang gadis yang menja...