07.

16.3K 1.2K 26
                                    

Tidak ada waktu untuk berlarut-larut menangisi kematiannya sendiri. Dia harus menerima fakta bahwa dia telah mati, tapi dia tidak bisa mengabaikan bagaimana dia mati, dia harus menyelidiki kematiannya dan apakah Burhan terlibat dengan kematiannya.

Clarissa seperti biasa membuat sarapan dan makan bersama dengan Burhan saat sesekali diam-diam melihat Burhan yang makan dengan tenang. Pria berusia 40 tahun itu memang tampan, dia juga tidak memiliki catatan kriminal di dalam hidupnya, tapi dia kaya sejak lahir dan bukan tidak mungkin dia melakukan kejahatan dan menutupi kejahatannya dengan uang dan kekuasaan yang dia miliki. 

Dia harus mulai darimana?

Pikiran Clarissa mulai sibuk sejak saat itu, dia mengetuk-ngetuk kemudi mobilnya saat mengantar anak-anak pergi ke sekolah, pertama Lucy dan kemudian Bara. 

"Dadah." Lulu melambaikan tangannya pada Bara yang turun dari mobil.

"Dadah, sampai jumpa lagi nanti, Lulu."

Anak itu tertawa dan berlari masuk ke halaman sekolah. Bara sepertinya termasuk anak yang populer dan memiliki banyak teman, setiap kali Bara keluar dari mobil teman-temannya pasti menghampirinya dan mereka akan tertawa bersama memulai pembicaraan tentang video game. 

Sama namun berbeda dengan Lucy yang meskipun setiap kali turun dari mobil anak-anak lain memang menghampirinya tapi wajahnya terlihat murung. Jelas ada yang salah tapi Clarissa tidak ingin memastikan hal itu sekarang, dia ingin memastikan hal lain lebih dulu.

Dia pergi ke kantor polisi untuk memastikan, sesuai dugannya mayatnya sudah diambil oleh pihak keluarga dan keluarga itu pasti rekan-rekan satu timnya karena di dunia ini keluarganya hanya mereka.

Clarissa lalu membawa mobilnya pergi ke lokasi timnya berada. Tempatnya sedikit jauh dari lokasi rumah Burhan, tapi cukup dekat dengan lokasi perusahaan Darrius.

Rumah yang disewa untuk dijadikan markas itu terlihat tenang, tidak ada orang yang beraktivitas disana, jendela dan pintunya selalu tertutup hingga dia tidak bisa melihat apa-apa, tapi dia cukup yakin kalau Alex ada di dalam sana, karena satu-satunya orang yang selalu tinggal di dalam sana adalah Alex sementara yang lain bertugas di lapangan. 

Lulu kecil yang sejak tadi diam dan tidak pernah bertanya mau dibawa kemana kini mengintip dari jendela mobil, melihat rumah bercat putih yang tidak terlalu besar.

"Bibi kita dimana?" 

"Kita ada di rumah teman bibi, Lulu jangan rewel ya?"

Lulu hanya mengangguk dan menurut ketika Clarissa mengangkatnya dan menggendongnya di belakang punggung dengan gendongan.

Clarissa nekat turun dari mobil, dia ingin bertemu dengan teman-temannya dan mengetahui apa yang terjadi dan bagaimana dia mati. Namun, saat pintu tiba-tiba terbuka dan sosok Eddie muncul dari pintu, Clarissa buru-buru berbalik dan bersembunyi di samping mobilnya.

Dan kenapa dia harus bersembunyi? Clarissa bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri, dia hanya tiba-tiba merasa bahwa dia tidak bisa menemui mereka dengan penampilan seperti ini.

"Bibi, apa kita sedang main petak umpet?" tanya Lulu.

"Ya, kita sedang main petak umpet sekarang, jadi Lulu harus diam, oke?"

Lulu langsung menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya dan mengangguk dua kali. Sementara Clarissa mengintip dari samping.

Eddie sepertinya bermasalah dengan Laura dan Alex, mereka bertiga beradu argumen.

"Aku tidak peduli, hari ini aku akan membunuhnya!" Eddie berteriak dan Laura mencoba mencegahnya.

"Kau gila! Kau tidak bisa gegabah seperti itu!"

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang