23.

16K 997 127
                                    

Sepanjang hari Bara sama sekali tidak bersemangat, saat Andre menjemputnya pulang sekolah anak itu tidak mengatakan apa-apa dan terlihat sangat lesu, sama sekali tidak ada semangat di dalam dirinya. 

Dia tahu itu adalah haknya jika orang itu ingin berhenti dan keluar dari rumahnya, dia juga tahu statusnya sebagai budak yang dibeli ayahnya pasti membuatnya sangat rendah diri dan dia berhak untuk marah, tapi tetap saja bagaimana dia bisa pergi begitu saja tanpa salam perpisahan.

Selain itu, selama ini bukankah hubungannya dengan Kakak Lucy dan terutama dengan Lulu baik-baik saja bahkan dia sangat dekat dengan Lulu, apa dia benar-benar tidak peduli pada Lulu, padahal selama ini mereka sudah bersenang-senang, tapi tetap saja orang itu pergi begitu saja seolah tidak ada yang terjadi.

Melihat wajah kusut Bara yang mengerutkan bibirnya sampai bisa digunakan untuk menggantung sesuatu di sana membuat Andre hampir tidak bisa menahan tawanya dan terkekeh.

Bara meliriknya dengan tatapan tajam. "Apa yang lucu?"

Andre melambaikan tangannya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya mengingat hal yang lucu."

Bara menatapnya dengan sinis lalu kembali melihat keluar jendela dan cemberut sementara Andre mulai menjalankan mobilnya dan membawa Bara ke tempat tujuan berikutnya, sekolah Lucy.

Setelah sampai di sekolah Lucy, mereka masih menunggu beberapa menit sampai Lucy keluar dari sekolah, saat Lucy masuk ke dalam mobil, Bara sama sekali tidak mengatakan apa-apa, pun begitu dengan Lucy yang terlihat lesu begitu duduk di kursi penumpang.

Andre menghela napas dan menjalankan mobilnya lagi, membawa mereka pulang ke rumah.

Saat mereka sampai seperti tidak memiliki tenaga lagi, mereka dengan lesu dan kepala tertunduk keluar dari dalam mobil, melepaskan sepatu mereka dan membiarkannya begitu saja lalu membuka pintu rumah. 

"Apa terjadi sesuatu di Sekolah? Kenapa wajah kalian lesu sekali?"

Bara dan Lucy sama-sama tertegun saat mendengar suara yang terdengar familiar itu, keduanya segera mengangkat wajahnya dan melihat sosok Alice yang sedang berdiri di meja dapur sambil memegang gelas sementara ayah mereka terlihat santai duduk di sofa memangku Lulu yang sedang bermain game belajar menghitung di tablet yang Han pegang. 

Clarissa menaikkan alisnya heran kenapa kedua anak itu hanya diam saja. "Ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

"Bibi!" 

Bara masih terdiam di tempatnya tapi Lucy sudah berlari dan segera memeluk Clarissa dengan erat. 

"Bibi, aku senang Bibi masih disini. Aku pikir Bibi sudah pergi."

Clarissa melihat remaja perempuan di wajahnya. "Memangnya aku pergi kemana?"

"Kami pikir Bibi pulang ke rumah dan tidak  akan pernah datang ke rumah ini lagi setelah ayah Bibi mengembalikan semua uang ayah."

Clarissa memiringkan telinganya. "Siapa yang bilang begitu? Ayahku tidak pernah mengembalikan uang pada ayahmu."

"T-tidak pernah?"

"Mm, tidak pernah."

"Tapi hari itu ayah Bibi datang kesini, bukankah saat itu dia …"

"Ya dia memintaku kembali ke rumah, tapi hei yang benar saja siapa yang mau tinggal dengan orang yang sudah merebut pacarmu? selain itu aku tidak bisa memaafkan mereka jadi untuk apa aku pulang ke rumah, lagi pula bukankah ini rumahku sekarang?"

Lucy terdiam beberapa saat lalu gadis itu memeluk Clarissa lagi dan tersenyum bahagia. 

Clarissa tertawa ringan dan menjentik dahi Lucy pelan. "Apa ini? Kenapa kamu terlihat senang sekali?"

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang