15.

13.7K 944 14
                                    

Malam itu di markas, Alex masih sibuk berkutat dengan layar laptop di depannya, memecahkan kode-kode sulit saat mencoba menembus sistem keamanan perusahaan Darrius.

"Bagaimana? Sudah ada perkembangan?" tanya Jack—pria paruh baya yang wajahnya bahkan sudah keriput.

Alex menghela napas kasar, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dengan frustasi. "Aku mengakuinya, aku tidak berguna. Sistem keamanan mereka yang tersulit untuk ditembus."

Jack Tunner terlihat santai seolah itu bukan apa-apa. "Yang tersulit? Maka kau hanya perlu bekerja keras untuk bisa berhasil membobol sistem keamanan mereka, tetaplah bekerja keras." 

Pria itu menepuk pundak Alex lalu pergi ke teras. Laura, wanita berwajah oriental itu baru saja kembali dari supermarket, terlihat dari barang belanjannya yang cukup banyak.

Jack tersenyum tipis. "Aku lihat kamu cukup bersantai disini."

"Mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa aku pukuli disini," jawab Laura dengan nada ketus. "Ngomong-ngomong, produk terbaru dari perusahaan Darrius sudah dipasarkan mulai hari ini, barang mereka laku keras."

Jack mengangguk pelan. "Aku tahu, sebagai perusahaan yang berdiri di asia tenggara mereka sangat maju, bahkan perkembangannya sangat menakjubkan. Barang-barang elektronik mereka laku keras, terakhir kali mereka membuat asisten robot untuk anak-anak, meskipun harganya cukup fantastis tapi penjualannya juga bisa dibilang sangat bagus. Pasar mereka tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri, yang terakhir aku dengar dari Alex mereka sedang mencoba membuat ponsel dengan operating system yang mereka kembangkan sendiri. Pertumbuhan mereka benar-benar cepat seolah sedang mengejar sesuatu."

Laura menghela napas pendek, dia juga memikirkan hal yang sama, tapi untuk saat ini dengan semua keterbatasan informasi, mereka tidak bisa melakukan apa-apa bahkan sekedar berasumsi pun mereka tidak bisa.

"Apa kita hanya bisa menunggu Clarissa masuk ke dalam komunitas itu? Aku ragu anak itu bisa melakukannya." Laura diam-diam melirik Eddie yang sedang mondar-mandir di teras sambil berusaha menghubungi seseorang dengan ponselnya. "Anak itu payah dalam merayu pria."

"Aku yakin dia bisa melakukannya, bagaimanapun juga saat ini kita benar-benar bergantung pada keberuntungan yang diberikan Tuhan. Jika Clarissa tidak mengalami perpindahan jiwa ke tubuh bernama Alice itu mungkin kita tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini." 

Jack melihat langit yang gelap. "Burhan Prakasa, dia bukan pria yang mudah. Selama menikah sampai saat ini setelah istrinya tiada pria itu tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun, dia pria yang sangat setia pada mendiang istrinya."

"Karena itu aku ragu Clarissa akan berhasil, menghadapi pria playboy saja dia tidak bisa apalagi pria setia seperti pria itu."

Jack menatapnya. "Tidak perlu merayunya, mendapatkan kepercayaannya saja itu sudah cukup. Lagi pula perkembangan mereka cukup bagus dan sekarang kita hanya bisa berharap perkembangan itu bisa dipercepat lagi sebelum Darius melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan."

Jack lalu berlalu meninggalkan Laura yang masih memikirkan ucapannya. Pria itu selalu optimis pada siapapun, dia selalu mengatakan mereka pasti bisa melakukannya. 

Di sisi lain, Eddie masih berusaha menghubungi Clarissa tapi tidak bisa karena saat ini Clarissa bahkan tidak tahu kalau Eddie menelponnya. Ponselnya ada di tas, sementara dirinya bersenang-senang dengan anak-anak, makan di restoran, pergi ke tempat karaoke dan pergi ke tempat bermain anak-anak.

Dia mungkin payah dalam merayu pria, tapi Clarissa merasa hubungannya dengan Han sudah mengalami peningkatan. Akhir-akhir ini pria itu sering mengajak mereka makan malam di luar, saat akhir pekan pria yang selalu sibuk itu juga tiba-tiba tinggal di rumah dan meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak terutama Lulu.

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang