04.

18K 1.5K 71
                                    

Tidak sulit bagi Clarissa untuk bangun pagi, dia bangun jam setengah empat pagi dan pergi ke dapur memasak empat jenis makanan khas indonesia, opor, sambal goreng ati, ketupat—ralat tidak ada janur kuning yang bisa dia gunakan untuk membuat ketupat, dia membuat lontong dari plastik lengkap dengan sambal.

"Aku kalau jadi istri udah pasti jadi kesayangan anak sama suami." Sayangnya orang-orang yang tinggal di atas sana itu bukan suami dan anak-anaknya.

"Tsk, kalian beruntung aku mau memasak untuk kalian semua. Skill memasakku seharusnya hanya untuk suami dan anak-anakku kelak."

Memasak bukan hal yang sulit, karena baginya memasak adalah salah satu skill untuk bertahan hidup di dunia ini. Namun, biasanya dia lebih suka membeli makanan jadi terutama dengan pekerjaannya di lapangan yang sering bepergian, dia lebih sering makan di luar.

Selesai menata semua makanannya di atas meja, Clarissa bergegas mandi dan mengganti baju. Jam enam pagi, Burhan turun bersama dengan Lulu di gendongannya, keduanya sama-sama terlihat kacau khas orang baru bangun tidur, wajah kusam, rambut acak-acakan bahkan Burhan yang sepertinya selalu terlihat sempurna tidak terlihat sempurna lagi.

"Lulu, sama bibi Alice dulu ya," bujuknya.

Lulu memeluk leher Burhan dengan erat. "Tidak mau," jawabnya menolak.

"Lulu, kamu harus menurut. Ayah harus siap-siap pergi bekerja."

Anak itu tidak menjawab tapi sikapnya menunjukkan keteguhan hatinya. Anak itu tidak mau melepaskan pelukannya dari ayahnya.

"Lulu, jadi baik dan dengarkan kata-kata ayah."

Bukan seperti itu caranya membujuk anak kecil. Clarissa menghela napas. "Lulu, Bibi punya puding cokelat. Lulu tidak mau mencobanya?"

Anak berusia tiga tahun yang tidak mau melihat Clarissa sejak tadi akhirnya menoleh. Clarissa tersenyum menyambutnya. "Lulu mau atau tidak? Kalau mau ayo turun dan ambil pudingnya, pudingnya ada di kulkas."

Lulu mulai terpengaruh, bagaimanapun juga makanan manis memang senjata paling ampuh untuk membujuk anak-anak. Anak itu menatap Burhan seolah meminta ayahnya untuk mengambilkan puding coklat untuknya.

"Iya Bibi punya puding cokelat, kamu boleh memakannya tapi sekarang kamu harus sama bibi dulu ya?"

Burhan menurunkannya dan bergegas pergi naik lagi ke lantai dua meninggalkan Lulu yang mau mengejar ayahnya lagi tapi Clarissa menahannya. "Ayah mau mandi, Lulu sama bibi dulu ya, ayo sini mau lihat puding cokelatnya, kan?"

Lulu masih takut dengan Clarissa jadi wajar jika anak itu bersikap waspada padanya, tapi karena ayahnya memintanya untuk bersama dengan wanita ini sepertinya dia tidak punya pilihan lain. Dia menurut saat Clarissa membawanya ke dapur dan menunjukkan puding cokelat padanya.

"Besar kan?"

"Um." Lulu mengangguk pelan. "Apa aku boleh memakannya?"

Clarissa tersenyum mencubit hidungnya. "Lulu mau makan puding?"

"Mm."

"Boleh, tapi Lulu harus mandi dan makan nasi dulu sedikit ya." Orang indonesia makan nasi itu wajib nomor wahid apalagi kalau sarapan biar banyak energinya.

Lulu ternyata cepat luluh, anak itu mau mendengarkannya dan tidak menolak saat Clarissa memintanya untuk mandi. Clarissa memandikannya sebentar, tidak lama-lama lagi pula orang-orang di luar negeri jarang mandi pagi. 

Clarissa lalu membiarkan Lulu memilih baju dan membantunya memakai bajunya, menyisir rambutnya dan memberi bedak di wajahnya. Bertahun-tahun menjadi agen khusus yang selalu berurusan dengan kekerasan, sekarang dia justru memegang sisir dan minyak telon merawat anak kecil, tapi …

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang