39.

4.6K 580 101
                                    

Dari atap gedung pencakar langit itu Han hanya bisa melihat pesawat yang membawa istrinya mulai terbang tinggi meninggalkannya. 

Matanya memerah dan basah karena air mata sementara di dalam dadanya tersemat rasa khawatir akan kondisi Clarissa yang terluka parah dan amarah yang bergejolak karena ketidak mampuan dirinya yang tidak bisa menemani istrinya disana. 

Yang bersama dengannya saat ini hanyalah bayang-bayang istrinya yang terluka parah, si brengsek Darrius dan wajah-wajah teman Clarissa yang membawa istrinya pergi.

'Dia milik kami sekarang.'

Han menggertakkan giginya, rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal erat, menatap pesawat yang kini semakin jauh darinya. 

Han memejamkan matanya, sekali lagi melihat langit yang gelap, dia sudah tidak bisa melihat pesawat itu lagi. Han berbalik dan berjalan keluar menuruni anak tangga, mengabaikan mayat-mayat dan darah yang berceceran di lantai, mengabaikan para polisi dan tentara yang sedang mengamankan tempat itu.

Ketika dia melewati lantai tempat mayat Darrius berada, Han hanya melihatnya sekilas, mayat Darrius kini sedang diperiksa oleh beberapa orang disana, pria itu benar-benar mengacaukan hidupnya tidak hanya dengan Eva tapi juga dengan Clarissa, Han tidak pernah menduga bahwa hidupnya akan dihancurkan dua kali oleh orang yang sama. 

Dia sangat marah, melihat Darrius membuatnya tidak bisa berhenti mengingat apa yang sudah dilakukan pria itu padanya dan pada Clarissa, dia ingin membunuhnya lagi tapi pria itu sudah mati.

Dia tidak lagi bisa meluapkan amarahnya, Han terus berjalan hingga beberapa dari orang-orang itu menangkapnya dan memintanya untuk memberikan keterangan selama berjam-jam sebelum akhirnya membiarkannya pulang ke rumah.

Anak-anaknya sudah diantar pulang ke rumah lebih dulu dan sekarang mereka bersama dengan Andre yang menjaganya.

Ketika Han pulang ke rumah, Lucy, Bara dan Lulu menyambutnya.

Mereka bertiga bergegas menghampirinya dan melihat ke belakang pada mobil yang masih terparkir di sana seakan menunggu orang lain yang akan keluar dari dalam mobil.

"Ayah, dimana mama?" tanya Lulu sambil meraih tangan Han yang terlihat lesu.

"Iya, dimana mama?" tanya Lucy.

Bara, "Kenapa dia tidak ikut pulang bersama ayah?"

Han tidak tahu bagaimana menjawab semua pertanyaan yang datang dari ketiga anaknya. Perasaannya sangat kacau dan lidahnya kelu, kakinya terasa lemas, dia tidak bisa melupakan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu saat Clarissa terbaring lemah dengan luka dan berlumuran darah. Pada akhirnya dia tidak kuat lagi, Han ambruk berlutut di depan ketiga anaknya, menunduk dan mulai menangis setelah sekian lama menahannya. 

Melihat ayahnya menangis, Lucy dan Bara saling menatap satu sama lain dengan tidak percaya, Lucy menutup mulutnya menahan air mata yang tidak mungkin bisa dibendung sementara Bara tidak bisa berhenti melihat ke jalanan, memikirkan apa yang terjadi hari ini dan apa yang Clarissa katakan padanya. 

Wanita itu tidak mungkin mati, kan tidak mungkin. Bara menyangkalnya tapi dadanya terasa sangat berat dan sesak seperti ada batu besar yang menekannya, rasanya sangat menyakitkan dan dia tidak bisa menahannya sama sekali sampai akhirnya mulai menangis sesegukan. 

Melihat ayah dan kedua kakaknya menangis seperti itu Lulu kebingungan dan dia hanya bisa memeluk ayahnya dengan erat, ikut menangis bersama dengan mereka. 

***

Setiap hari bagi Han adalah mimpi buruk, satu tahun sejak kejadian mengerikan itu Han tidak bisa melupakan sosok Alice yang terbaring lemas berlumuran darah dan dia tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkannya dibawa pergi oleh orang-orang asing itu.

Secret Agent : MAMA  🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang