Belum Sepenuhnya Pulih

14 3 5
                                    

Suara itu datang dari seorang pemuda berwajah blasteran. Perdebatan di antara kedua gadis ini menyebabkan mereka tidak menyadari suara motor yang datang menghampiri dan kini pemuda itu menahan tangan Bela yang melayang menuju wajah cantik Ara. Pandangan pemuda itu kemudian beralih pada Ara yang memasang tatapan tajam kepada gadis di hadapannya. Pemuda bernama Felix Nicholia ini menepis pelan tangan Bela lalu mendekati Ara.

"Lo nggak apa-apa, Ra?" tanya Felix. Ara tidak menjawab. Pandangan Ara masih tertuju pada Bela.

"Ra." Felix dengan tidak sopannya meraih tangan Ara dan menggenggamnya sehingga Ara mendongak dan pandangan mereka bertemu.

Ara menatap wajah Felix sekilas lalu menepis tangan pemuda itu.
Tatapan tajam Ara berikan kepada Felix dan ia mundur menjauh beberapa langkah.

"Ngapain lo di sini?" tanya Ara. Ia sudah jengkel setengah mati dengan Bela. Namun, sepertinya Tuhan masih ingin mengujinya dengan menambahkan satu hal lagi yang membuat hatinya semakin berantakan.

"Lo diapain sama Bela? Dia coba fitnah lo lagi?" tanya Felix menatap Bela dengan tidak suka.

"Eh, apa maksud lo ngomong gitu? Kapan gue fitnah dia? Semua itu kenyataan!" tampik Bela tak terima dengan ucapan Felix.

"Gue tahu apa pun tentang Ara. Percuma lo ngelak juga karena pada dasarnya kesalahan itu ada pada diri lo." Terus saja kedua orang di samping Ara saling beradu mulut. Semakin membuat kepalanya berdenyut-denyut.

Ia hanya ingin Lingga cepat datang dan membawanya pergi dari sini. Tak lama kemudian suara motor lain terdengar. Lingga memarkirkan motornya tepat di depan Ara. Lingga turun dan merasa bingung melihat dua orang yang dikenalnya berada di depan rumah Ara.

Sementara itu Bela mengubah mimik wajahnya menjadi cerita. Tangan gadis itu menyelipkan helai rambut ke telinga dan mendekati Lingga. Baru saja akan melingkarkan tangannya di lengan Lingga, pemuda itu beringsut menjauh.

Bela berdecak sebal melihat reaksi Lingga yang tidak pernah berubah sejak di Junior School Cadrakarya. Lingga tidak pernah tersentuh sedikit pun olehnya, meski sudah berbagai cara ia lakukan untuk bisa mendapatkan Lingga.

"Hai, Lingga. Kamu apa kabar? Udah lama ya kita nggak ketemu?" sapa Bela. Lagi lagi ia menyelipkan rambut yang bahkan tidak berantakan. Membuat gerakan menggoda yang selalu wanita gunakan untuk memikat seorang pria.

"Baik."

Lingga hanya menjawab singkat. Ia merangkul pinggang Ara dan menarik gadis itu hingga bersisian dengannya. Ara sempat menolak tetapi Lingga mengeratkan pelukannya hingga gadis itu tidak dapat melepaskan diri.

Lingga tidak paham dengan keadaan ini. Sepertinya Ara sedang marah. Ia juga merasa heran bagaimana Bela bisa ada di sini. Terlebih ada pemuda lain yang kini memasang senyum sinis ke arahnya.

"Kamu masih pacaran sama Ara? Kukira setelah Ara dorong aku sampai aku ditabrak mobil kalian bakalan putus. Kok kamu masih mau sih pacaran sama orang yang udah bikin orang lain celaka," ucap Bela sengaja memancing Ara. Memutarbalikkan fakta seolah ia tidak bersalah dalam peristiwa itu. Bela selalu merasa ialah korban dan Ara tersangka yang seharusnya mendapat hukuman dari perbuatannya. Bela memutar mata malas melihat Ara yang berdiri dengan angkuh.

Benar saja dugaannya. Ara langsung bereaksi dan mendekatinya lalu menarik kaus bagian depan hingga tubuhnya tertarik karena itu. Bela tersenyum sinis lalu mengganti ekspresi wajah seperti orang yang tengah ketakutan.

"Lepasin, Ara! Lingga tolong aku!"

Bela mengulurkan tangan berharap Lingga meraihnya. Wajahnya dibuat setakut mungkin melihat Ara yang murka di depannya. Berbeda dengan Ara, ia justru ingin sekali meninju Bela. Ia semakin mengeratkan pegangan di kaus itu hingga kepalan tangannya menekan batang leher Bela hingga gadis itu susah payah untuk bernapas. Senyum sinis sempat terukir di bibir Ara melihat Bela yang meringis kesakitan.

Ara Lingga (End)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang