"Ay, tunggu aku. Kamu larinya cepet banget, ih!"
Teriakan bernada omelan itu, membuat Lingga membalikan tubuhnya. Tawa renyah tak bisa Lingga tahan melihat Ara yang kini sibuk melepas wedges yang dipakainya.
Tali-tali yang melilit pergelangan kaki Ara membuat gadis itu tampak kesal setengah mati. Terlebih pakaian yang dipakainya membuat Ara tidak dapat berjongkok untuk melepas sepatu itu. Mini dress putih dengan panjang di atas lutut, terkibar-kibar diterpa hembusan angin. Menjadikannya sibuk dengan dua objek di waktu yang bersamaan.
Lingga berjalan mendekat lalu berlutut dan membantu Ara melepaskan sepatu. Ara tersenyum melihat Lingga yang begitu manis menurutnya. Setelah berhasil meloloskan sepatu menyiksa itu, Lingga mendongak.
Dari pandangannya saat ini, Ara terlihat jauh jauh lebih cantik dari sebelumnya. Ditambah senyum yang selalu menyembulkan gigi taring itu, semakin membuat Ara begitu memesona.
Lingga bangkit dari posisinya lalu meraih jemari Ara. Menggenggam erat lalu berjalan beriringan.
"Kamu salah kostum, Ay. Harusnya kamu nggak pakai sepatu ini ke pantai," ucap Lingga mengangkat sepasang sepatu itu ke depan wajah mereka.
Ara berdecak sebal. Sudut matanya menatap tajam Lingga yang kini sedang tersenyum menggoda.
"Salah kamu sendiri. Kenapa nggak bilang mau ke pantai. Tau gitu kan aku tadi bawa bikini," omel Ara lagi. Kali ini Lingga yang memberikan tatapan nyalang. Dan itu membuat Ara tak bisa menahan tawanya.
"Nggak ada ya baju-baju kayak gitu," tolak Lingga yang kini melayangkan telunjuknya ke depan wajah Ara.
"Kenapa? Kamu nggak suka kalau aku keliatan seksi. Pasti kan aku makin cantik kalau pakai itu. Ya, kan?"
Ucapan Ara membuat Lingga membayangkan bagaimana jika Ara hanya memakai pakaian dalam itu. Sudah pasti tubuhnya begitu molek karena kulit Ara yang putih juga mulus akan semakin terlihat indah. Gambaran bagaimana jika ia menyentuh, memeluk bahkan mencium Ara menggelayut dalam kepala.
Lingga menelan ludahnya sendiri lalu menggeleng cepat membuang pikiran kotor itu. Ara yang melihat sikap Lingga menaikan sebelah alisnya.
"Hayo, pasti lagi mikir jorok!" goda Ara sambil mencolek-colek pipi Lingga. Ara menyemburkan tawa melihat kelucuan Lingga.
Rasa panas menjalar ke tubuh Lingga, hingga menimbulkan semburat merah di pipi pemuda itu. Ara semakin mengeraskan suaranya sambil memegangi perut yang sakit.
Ara menjulurkan lidahnya meledek Lingga kemudian berlari menjauh dari pemuda itu. Tak ingin terus ditertawakan Lingga mengejar Ara yang kini memekik panik ketika ia mendekat.
"Tunggu aja sampai nanti kita udah nikah, Ay!" pekik Lingga yang suaranya teredam oleh angin dan sapuan ombak.
"Kamu mau apa? Lagian siapa bilang aku mau nikah sama kamu?"
Ara terus saja menggoda Lingga. Hingga pemuda itu semakin melajukan larinya. Percikan dari gerakan air yang tergulung-gulung membasahi celana panjang Lingga.
Ara terus menghindar. Meskipun napasnya tersengal-sengal, ia tidak bisa tertangkap oleh Lingga yang kini sedang memancarkan tatapan tajam. Ara semakin berteriak ketika Lingga hanya tinggal beberapa meter darinya.
Belum sempat kakinya melangkah lagi, Lingga sudah meraih tangannya lalu memutar tubuh Ara hingga membentur dada bidang Lingga.
Lingga terunduk melihat Ara yang memegangi keningnya sambil meringis kesakitan. Satu tangan Lingga sudah melingkar di pinggang ara. Ara pun tak berani menatap Lingga sebab malu karena pasti wajahnya ikut memerah menahan perasaan hangat yang merayap.
Lingga meraih dagu Ara agar gadis itu menatapnya.
"Yakin nggak mau nikah sama aku?"
"Kan aku udah bil—"
Lingga mengecup bibir Ara singkat. Menghentikan Ara yang akan mengucap penolakan.
Ara menutup mulutnya dengan tangan lalu memukul bahu Lingga dengan kuat kemudian melihat sekeliling."Ay! Apa-apaan, ih? Kalau ada yang lihat gimana?" ucap Ara.
"Ayo tolak aku lagi," ucap Lingga yang justru mengalihkan pembicaraan. Matanya tak lepas dari Ara. Memandangi penuh cinta.
"Kita masih anak sekolah, Ay! Nanti kalau ketemu Pak Polisi atau warga terus kita ditangkap terus diarak keliling kampung ini gimana?" Lingga tergelak. Ara memang benar-benar sebuah keajaiban dalam hidupnya. Dengan menuturkan kalimat aneh saja, ia dibuat jatuh cinta berkali-kali.
"Bagus, dong. Biasanya abis gitu disuruh nikah."
"Ihh, nggak mau. Udah lepasin aku, Ay. Nanti keburu orang lain lihat."
Ara meronta berusaha melepaskan diri. Namun, sekuat apapun berusaha, tangan Lingga yang berada di pinggangnya justru semakin melilitnya.
"Aku cium lagi, ya?"
"Ay!"
"Sekali aja."
"Ay!"
"Aylofyuu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara Lingga (End)✔️
RomanceSiapa sih, murid Sekolah Internasional Cadraloka yang tidak tahu Ara dan Lingga? Sepasang kekasih ini bukan cuma romantis dan saling bucin, tapi juga cerdas dan berprestasi. Wah, pokoknya _perfect_ banget, deh! Eits, tapi apa benar se-sempurna itu...