Mencari Titik Terang

5 1 2
                                    

Ara sampai di depan rumah bertingkat dua milik kekasihnya itu bersama dengan Tyo, dan Zhimar. Selepas pulang sekolah tadi, mereka bertiga segera menuju ke rumah Lingga. Ketiganya meninggalkan Damian yang harus mengantarkan Gisel pulang terlebih dulu. Mereka turun dari kendaraan masing-masing dan Ara tergesa-gesa mengetuk pagar rumah yang tertutup. Ara begitu tidak sabar menantikan pintu besi itu terbuka. Perasaan kalut bercampur takut ini, tidak bisa lagi ia tahan.

Ketukan itu semakin berbunyi nyaring seiring pintu yang belum juga terbuka. Tyo dan Zhimar yang awalnya hanya diam, segera menarik Ara menjauh dari pagar.

"Tenang, Ra. Tangan lo bisa sakit ntar," ucap Tyo yang kini maju dan mengambil alih ketukan.

"Coba sini lihat," ucap Zhimar meraih tangan Ara yang melihat buku-buku jari gadis itu memerah.

Ara menepis pegangan itu yang berusaha kembali mendekati pagar. Namun, belum sepenuhnya langkah itu terjadi, Zhimar kembali menarik Ara berdiri bersisian dengannya.

"Ra, tenang."

"Gue nggak bisa tenang. Lo lihat dong, kita udah ketuk pintunya aja, Lingga belum keluar. Gue takut Lingga kenapa-kenapa," pekik Ara yang terus menepis pegangan Zhimar kemudian berjalan mendekat Tyo.

"Ay, ini aku. Buka pintunya, Ay!" panggil Ara dengan suara nyaring. Gadis itu harus melihat Lingga sekarang juga.

"Ay!"

Tak lama pintu pagar itu bergeser. Lingga menyembul dari balik pagar tinggi yang menutupi rumah. Melihat kedatangan kekasihnya, Ara segera memeluk Lingga dengan erat. Menyalurkan perasan gelisah yang sejak pagi tadi tersimpan di hatinya. Kedua pemuda yang berada di belakang pun hanya bisa diam dan melihat pemandangan di depan mereka.

Tidak ada yang bertanya baik keduanya ataupun Ara. Gadis itu hanya mendekap Lingga lebih erat lagi. Entah ke mana semua pertanyaan yang sejak tadi terkumpul dalam kepala. Setelah melihat Lingga seolah semua yang ada dalam benak menguap berbarengan dengan hilangnya perasaan cemas.

Ara merasakan Lingga membalas pelukannya sangat erat. Merangkul pinggang gadis itu dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ara. Ara tidak mengerti arti pelukan itu. Hanya saja itu seperti ....
Seperti perasaan terluka

Apa yang sedang dirasakan Lingga sekarang?

Ara mengurai pelukannya, tetapi Lingga enggan melepaskan. Ara melihat wajah sayu kekasihnya itu dan mengusap wajah serta rambut Lingga yang berantakan. Belum ada kalimat yang terucap dari bibir keduanya. Hanya perlakukan hangat yang Ara berikan kepada Lingga.

Ara kembali menarik kepala Lingga tenggelam dalam lehernya. Lalu ia mengecup rahang tegas Lingga berkali-kali dan mengelus punggung pemuda itu dengan lembut. Ara membiarkan Lingga mengalirkan semua apa yang mungkin sedang dirasakannya saat ini. Walau ia sedikit sesak karena Lingga mendekapnya sangat erat, tetapi selama ini membuat Lingga lebih baik. Ara akan menahannya.

****

"Kamu mau cerita sama aku?" tanya Ara seraya mengelus punggung tangan Lingga.

Pemuda itu hanya diam memandangi Ara yang menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Ia balas mengelus jemari gadis itu dan membawanya ke pipi dan menggenggamnya.

Kini Ara dan Lingga berada di salah satu cafe tak jauh dari kawasan rumah Lingga. Lingga mengajak Ara pergi dari rumahnya dan memilih tempat ini untuk menenangkan dirinya. Tyo dan Zhimar sudah tidak lagi bersama mereka. Keduanya membiarkan Ara dan Lingga bersama dan berharap pasangan itu bisa membagi keluh kesah dan perasaan buruk yang ada dalam dada.

Ara tidak memaksa Lingga bercerita. Biarlah nanti pemuda itu yang memulai membicarakan apa yang sedang dirasakan. Hanya dengan melihat Lingga baik-baik saja, sudah cukup bagi Ara.

Ara Lingga (End)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang