"Kita balik ke sekolah aja yuk, Ay?" ajak Ara. Lingga yang sedang sibuk mengusap rambut Ara seketika berhenti lalu bangkit dari duduknya.
"Ya udah. Ayok!"
Ara ikut bangkit lalu mengekori Lingga keluar dari kantin. Keduanya menuju parkiran. Tak terasa sudah hampir satu setengah jam keduanya berada di sekolah tempat Ara berlomba.
"Bawanya pelan-pelan aja, ya, Ay. Aku mau merem sebentar," pinta Ara ketika sudah duduk di atas motor dan memeluk punggung Lingga.
Pemuda itu tidak menyahut dan langsung saja menyalakan mesin motornya. Mengendarai pelan dengan satu tangan dan memegangi jemari Ara yang memeluk perutnya. Tak ada yang berbicara di antara keduanya. Ara yang sedang memejamkan mata dan Lingga yang fokus menatap jalan.
Suasana jalan juga lengang mengingat sekarang bukanlah jam sibuk dan waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Saat mengendarai motornya dengan stabil, tiba-tiba sebuah mobil menabrak motor bagian belakang Lingga hingga kendaraan yang ditumpangi Ara dan Lingga sempat oleng dan bergerak tidak benar sampai akhirnya mereka terjatuh ke trotoar jalan.
Posisi motor menimpa keduanya. Lingga segera bangkit dan mendirikan motornya dengan benar. Meninggalkan Ara yang terjerembab di tanah. Suara ringisan terdengar di telinga Lingga. Kemudian pemuda itu mendekati Ara melihat keadaannya.
"Kamu nggak apa-apa, Ay?" tanya Lingga meneliti Ara dari atas sampai bawah.
"Sakit, Ay," ringis Ara menunjuk ke arah lututnya yang berdarah.
Seketika darah di kepala Lingga naik melihat Ara terluka. Pemuda itu bangkit dan menghampiri mobil yang juga ikut berhenti tak jauh dari mereka. Lingga memelankan langkahnya memindai kendaraan yang ada di hadapan. Ia seperti mengenali mobil ini. Matanya membulat sempurna saat menyadari jika ini adalah mobil ibunya.
Lingga mengetuk kaca jendela dengan kasar. Memanggil sang ibu berkali-kali namun tidak ada jawaban. Lingga mencoba membuka pintu mobil tetapi tidak juga bisa terbuka. Lingga melihat seorang wanita yang ada di dalam sedang menundukkan kepada. Berbagai pikiran buruk mulai menggelayuti kepalanya.
Lingga terus menggedor-gedor jendela membuat wanita itu setidaknya bergerak. Apa yang dilakukan Lingga membuat Ara segera mendekati kekasihnya. Rasa cemas menyelimuti gadis itu melihat raut kepanikan di wajah Lingga. Dengan menahan rasa sakit di kakinya, Ara akhirnya sampai ke sebelah Lingga.
"Kenapa, Ay?" tanya Ara.
"Itu mama aku, Ay?" jawab Lingga yang seketika membuat mata Ara membeliak. Ara melongok ke jendela berusaha melihat keadaan di dalam.
Ara ikut memanggil ibu kekasihnya itu dan tak lupa juga menggedor-gedor pintu. Keramaian yang tercipta mengundang berbagai pasang mata untuk melihat. Beberapa orang mendekat dan mencoba membantu keduanya.
****
"Dari hasil pemeriksaan, kami menyimpulkan bahwa pasien mengonsumsi banyak obat tidur. Oleh karenanya beliau overdosis karena meminum obat itu tidak sesuai yang dianjurkan."
Penjelasan itu sontak saja membuat Lingga tertegun. Ia tidak menyangka jika ibunya selama ini mengonsumsi obat itu. Dipandanginya wajah pucat sang ibu sekilas dan kembali menatap dokter di hadapan.
"Kami harus menanyakan riwayat medis kepada pasien, obat apa yang dikonsumsi dan akan melakukan bilas lambung dengan cara dipompa atau gastric lavage sehingga substansi obat-obatan yang belum terserap bisa dikeluarkan."
"Tolong lakukan yang terbaik, Dok," ucap Lingga. Dokter itu hanya mengangguk lalu berlalu meninggalkan ruangan.
Lingga kembali memandangi sang ibu. Pikirannya melayang ke mana-mana merenungkan apa yang sudah terjadi kepada wanita di hadapannya ini. Sejauh yang ia ketahui, wanita ini baik-baik saja dan sedang senang dengan pria-pria yang ada didekatinya. Tak pernah terbayang oleh Lingga ternyata Lisa mengonsumsi obat-obatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara Lingga (End)✔️
Roman d'amourSiapa sih, murid Sekolah Internasional Cadraloka yang tidak tahu Ara dan Lingga? Sepasang kekasih ini bukan cuma romantis dan saling bucin, tapi juga cerdas dan berprestasi. Wah, pokoknya _perfect_ banget, deh! Eits, tapi apa benar se-sempurna itu...