Bab 1 : Pusat Perhatian

45 12 3
                                    

Hey, mohon kerjasamanya yaa.
Selamat membaca karakter cowok idamanku, haha.

***

Alfano Ravindra. Siapa yang tidak mengenal cowok pemilik senyuman manis itu. Tubuh tegap, kulit putih, dan sorot mata yang menenangkan. Ditambah lagi dengan suara yang menyejukkan hati bagi siapapun yang mendengarnya. Dia adalah idaman siswi-siswi SMA Perwira.

Taman yang semula sepi kini terisi oleh suara merdu milik Alfan. Jika Alfan sudah memetikkan gitarnya, maka ia sudah menjadi sorotan semua orang.

Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita
Terpisah jarak dan waktu
Ingin kuungkapkan rinduku lewat kata indah
Tak cukup untuk dirimu
Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu

Dan apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu

Jika hari kulalui tanpa hawamu
Percuma senyumku dengan dia, oooh

Dan apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu

Apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya (sempurnanya)
Hidup bersamamu
Hu-uuuu, hu-uuuu

Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu

[Komang–Raim Laode]

Semua orang yang berada di sana bertepuk tangan, memberikan apresiasi bagi seorang Alfan yang memang selalu menjadi pusat perhatian.

"Kak Alfan selalu the best."

"Alfan, nyanyi sekali lagi dong."

"Alfan, gue suka sama lo."

Jenna yang baru saja memasuki pekarangan sekolah seketika terhenti di ujung koridor. Ia terhanyut ke dalam lantunan setiap lirik itu. Seorang cowok yang sedang tersenyum menatap semua orang. Cowok yang memangku gitar dan duduk di salah satu kursi taman. Jenna akhirnya tahu siapa yang baru saja menyanyi.

Seperkian detik Jenna seolah terhipnotis oleh pesonanya.

"Woy, gue cariin juga. Ternyata di sini, lagi ngapain sih?" Karin menepuk pundaknya.

Jenna sedikit terlonjat. Sontak ia menatap Karin yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Lo terpesona ya? Hmm, gak heran sih," Karin melirik ke arah yang dipandang Jenna tadi.

"Dia siapa?"

"Namanya Alfano Ravindra, dia juga sekelas sama kita."

.
.

Tepat setelah bel berbunyi nyaring, semua murid SMARA berbondong-bondong memasuki kelas. Ada yang langsung duduk rapi, ada yang terburu-buru menyiapkan PR kemarin, bahkan ada juga yang misuh-misuh tidak jelas.

"Eh, Dhi. Lo ngapa duduk di sini dah? Hari ini kan jatah gue buat duduk di samping si Alfan," protes Arya.

"Ya udah sih, Ar. Ngalah sama yang lebih tua, gue udah pw nih." Ardhi yang semula duduk damai, kini mendongak malas menatap Arya yang berdiri di depannya.

"Apaan? Enak aja lo. Ini kan udah perjanjian kita. Udah buru sono lo ke belakang, gue belum ngerjain PR nih."

"Emang dasar lo-nya aja yang pengen nyontek itu mah," celetuk Ardhi.

ALL ABOUT ALFANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang