Bab 16 : Identitas

15 1 0
                                    

"Sayang?"

Karin menoleh. "Hmm?"

"Sebenernya aku mau ngomong sesuatu."

"Apa?"

Atlas bergeming.

"Ngomong aja, At," kata Karin lembut.

"Tapi sebelum itu aku mau ngajak kamu ke suatu tempat."

Dahinya mengernyit. "Ke mana?"

"Rumah."

"Rumah kamu?"

"Bukan."

Bahu Karin merosot. Ia kira kekasihnya itu akan memperkenalkan dirinya pada sang keluarga namun ternyata perkiraannya salah.

Semenjak mereka berpacaran, Atlas memang tidak pernah menceritakan tentang keluarganya. Lebih tepatnya status Karin sebagai pacar seperti masih disembunyikan pada orang tua dan teman-temannya. Entahlah, Karin juga tidak tahu apa alasan Atlas.

Yang Karin tahu Atlas itu tipikal cowok yang sulit terbuka. Tapi entah kenapa, Karin tidak ingin memaksakan kalau Atlas menutupi itu semua. Masih belum waktunya untuk Karin masuk terlalu dalam ke kehidupan Atlas. Yang terpenting saat ini, Karin harus memastikan jika Atlas akan selalu tersenyum di sampingnya.

"Besok aku jemput kamu sepulang sekolah," ujar Atlas setelah memberhentikan motornya di pekarangan rumah Karin.

Karin turun tanpa melepas helmnya. Karena ia tahu, sebentar lagi Atlas akan melakukan apa.

"Besok jangan dandan yang cantik-cantik ya."

Karin tak menjawab, dirinya sibuk memandangi wajah Atlas yang sedang melepas helm miliknya.

"Takut ada yang naksir nanti aku cemburu," kali ini suara Atlas mengecil, seperti sebuah bisikan. Namun karena jarak mereka yang sangat dekat, Karin bisa mendengarnya dengan jelas. Deru nafas mereka beradu.

Sebenarnya Atlas ingin mengajaknya ke mana?

"Aku pulang dulu," ucapnya.

"Good night, my princess."

Lagi-lagi tidak ada balasan dari Karin. Atlas tersenyum.

Sampai akhirnya cowok itu lebih memilih untuk melajukan motornya dari sana.

Karin hanya memperhatikan Atlas sampai cowok itu benar-benar menghilang dari penglihatannya. Sebenarnya Karin ingin menanggapi semua perkataan Atlas. Ada banyak pertanyaan dibenaknya untuk cowok itu. Bahkan jika diingat-ingat, Atlas masih misterius bagi Karin. Akan tetapi mau bagaimana lagi? Karin sudah terlanjur nyaman. Dirinya sudah sangat mencintai Atlas. Cintanya tulus tanpa memandang apapun. Sayangnya Atlas masih saja belum terbuka.

"Rin."

Karin sedikit terlonjat.

Nampaknya Jenna baru saja turun dari taxi online.

"Ngapain bengong di situ. Kesambet lo?" Jenna memandang risih.

"Nggak," jawab Karin singkat.

"Si peta udah pulang?"

Karin mengangguk.

"Ya udah ayo masuk, mau sampe pagi lo di situ?"

Lagi, Karin mengangguk. Dengan lesu ia memasuki rumah.

Sebenarnya statusnya ini apa?

Kenapa Atlas masih begitu misterius?

Apakah Atlas masih mempunyai keluarga yang lengkap?

Siapa saja teman yang selalu mengajaknya berkumpul?

Rumah apa yang Atlas maksud untuk besok?

Dan sampai kapan Atlas bungkam tentang identitasnya?

ALL ABOUT ALFANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang