Bab 13 : Terlibat Tawuran

14 1 0
                                    

Yuhuuu, aku update nih!
Happy reading ya gengs..

***

Seorang cowok dengan jaket hijau army memasuki pekarangan sebuah rumah. Rumah yang jauh dari pemukiman warga. Ia memarkirkan motornya di samping motor yang berjejer di sana.

Melepas helm full face kesayangannya, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Di dalam sudah ada puluhan penghuni dengan berbagai aktivitasnya. Rumah ini selalu ramai.

"Wesshhh, si bos dateng." Seru seorang cowok yang sedang memakan camilan.

Atensi semuanya menatap kedatangan sang ketua.

Mereka melakukan tos ria.

"Tumben nih leader kita dateng, biasanya kan harus dipancing dulu supaya mau ke sini," celetuk cowok yang sedang bermain game.

Plak.

"Lo kira si Varo ikan, pake acara dipancing-pancing."

"Ck, lo kebiasaan geplak pala gue mulu. Kalo gue gagal otak gimana?"

"Gagal move on mah iya."

"Yahahaha!!"

"Berisik."

Seketika tawa mereka berhenti. Melihat sang ketua yang sedang menatap nyalang.

"Ampun puh, sepuh."

"Btw, Var. Lo ke mana aja sih akhir-akhir ini? Di chat juga gak pernah dibales."

"Gak penting masalah itu. Gue ke sini karena mau ngasih tau, Vagos akan nyerang kita," ujarnya santai.

"ANJIR."

"DEMI APA LO?"

"LO NGASIH TAU DADAKAN, BJIR."

"Bacot lo pada. Hajar aja Var, sekarang."

"Yoi, tangan gue juga gatel nih."

"Gatel digarukin lah bego, ini malah adu jotos."

"Brisik, lo gak diajak."

"Bangsat."

Ting!

Sebuah pesan mengalihkan pandangan semuanya. Varo yang menyadari handphone-nya berdenting pun segera membuka room chatnya.

"Vagos ngirimin lokasi. Kita ke sana sekarang!"

.
.

Suara sendok beradu dengan piring kini mengisi keheningan mereka. Sepasang Anak dan Papa itu masih saling diam semenjak kejadian tempo hari. Keduanya masih sungkan untuk memulai pembicaraan.

Jujur saja Alfan masih kecewa dengan sikap David belakangan ini. Sedikit demi sedikit David mulai berubah. Tidak ada lagi David yang ramah, tidak ada lagi David yang peduli. Semua itu seakan sirna di mata Alfan.

"Semenjak hari pertama Mama dirawat, Papa gak pernah jengukin Mama," ujar Alfan tiba-tiba.

David menghela nafas sejenak. "Bukan nggak, tapi belum sempet, Al. Papa-"

"Berarti sekarang Papa mau kan jengukin Mama? Kata dokter Mama harus banyak diajak bicara. Hari ini Al mau ke rumah sakit, Papa ikut ya? Kita sama-sama bujuk Mama supaya bangun," potong Alfan antusias.

David terdiam, sebenarnya ia tidak ingin membuat Alfan kecewa tapi beberapa detik kemudian ia teringat janjinya dengan seseorang.

"Hari ini Papa gak bisa deh, Al."

ALL ABOUT ALFANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang