PROLOG

67 15 12
                                    

Ini tentang Alfan. Putra semata wayang dari keluarga bermarga Ravindra. Papanya yang menjabat sebagai pemilik dari Perwira High School, SMA ter-elit di ibu kota menambah kadar famousnya.

Selain tampan, pintar, tajir, dan berbakat, Alfan juga suka musik. Dia bisa menjadi manusia apapun yang dibutuhkan Jenna, gadis yang dicintainya.

Alfan itu ramah, pada siapapun yang menyapa. Dan Jenna tidak menyukai itu. Gadis itu selalu berkata 'narsis' jika Alfan sudah menebar pesonanya.

"Hai, Alfan."

"Hai juga, cantik."

"Pagi, kak Alfan."

"Pagi juga, jangan lupa sarapan."

"Alfan ganteng banget hari ini."

"Makasih ya, manis."

"Narsis amat jadi cowok!"

Alfan itu suka jaket navy. Hampir setiap hari Alfan mengoleksi jaket navy dengan model yang berbeda-beda.

"Lo tau? Jaket cokelat ini favorit gue dan sekarang lo pake."

"Bukannya yang sering lo pake itu jaket navy, ya?"

"Itu kesukaan gue."

"Apa bedanya?"

"Jelas beda, karena favorit itu lebih dari suka."

Alfan itu suka percaya diri, kalau Jenna sedang tersenyum ke arahnya.

"Lo kalo lagi senyum lucu, jadi makin sayang."

"Tapi sayangnya gak lucu, karena lo jutek."

Alfan dengan gitarnya. Alfan dengan senyum manisnya. Dan Alfan dengan wangi cokelatnya. Manusia berjaket navy itu selalu terbayang dipikiran Jenna. Momen-momen bersama Alfan terus berputar seperti film yang disetel ulang.

Jenna tak berhenti tersenyum meski senyum itu tampak tidak seperti senyum yang biasanya. Berdiri di pinggir pantai yang biasa didatangi berdua bersama Alfan. Ia menatap nanar kotak kado berwarna putih yang masih setia digenggam.

Hal-hal yang telah mereka lewati ternyata semenarik itu. Ia merutuki dirinya sendiri yang terkesan cuek. Menyia-nyiakan cinta setulus Alfan.

"Kata kamu favorit itu lebih dari suka. Sama halnya seperti nama kamu yang udah jadi bagian terfavorit di hati aku, Alfan. Mulai detik ini juga aku mengakui, kamu pemenangnya. Kamu pemenangnya Alfano Ravindra!"

Pertahanan Jenna akhirnya roboh. Gadis itu tak kuasa menahan tangis yang selama beberapa hari terpendam. Dalam lubuk hati yang paling dalam, Jenna berharap Alfan bisa mendengar suara teriakannya.

Entah sejak kapan perasaan itu ada, tapi percuma karena Jenna sudah terlambat menyadarinya.

– SEMUA TENTANG ALFANO –

ALL ABOUT ALFANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang