Pencet tombol bintang, boleh?
Terima kasih😉***
"JENNAI!!!"
Jenna yang baru saja membuka pintu langsung terlonjat kaget. Ia memejamkan matanya sambil mengelus dada. Punya sahabat yang hobi teriak harus senantiasa sabar. Apa ada yang mempunyai sahabat seperti itu juga?
"Jennai, lo lama banget sih. Gimana seleksinya? Lo lolos? Lo terpilih?"
Jenna menggeleng.
"Hah?! Lo nggak terpilih?" Karin mengerjapkan matanya tak percaya.
"Ck, iyaa," jawab Jenna lesu.
"Hmm, ya udah, jangan sedih gitu dong mukanya. Daripada sedih mending lo cobain telor dadar buatan gue."
Karin menarik tangan Jenna menuju meja makan. Lalu menyodorkan sepiring telur dadar buatannya.
"Nih, perdana buat lo. Gue masak dengan sepenuh hati!"
Jenna yang memang sedang lapar, ia pun langsung tergiur dan mencicipi. Tapi baru saja masuk ke dalam mulut, Jenna sudah merasa darah tinggi. Telur dadar buatan Karin sangatlah asin. Dengan cepat ia menuju wastafel dan memuntahkannya.
"Eeh Jenn, lo kenapa?" panik Karin.
"Lo masak dengan sepenuh hati atau sepenuh garem, Karin?!" gerutu Jenna.
Karin menatap tak mengerti. Melihat raut wajah Karin yang seperti itu, membuat Jenna gemas dan mengambil telur dadar Karin lalu menyuapkannya.
"ASIN BANGET!!" Teriak Karin.
.
.Alfan memarkirkan mobilnya. Ia turun dengan membawa gitar kesayangannya. Berjalan dengan santai menuju pintu rumah sambil sesekali membenarkan tas yang berada digendongannya.
Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara benda jatuh yang nyaring dari dalam rumah.
Priska. Malaikat tak bersayapnya yang kini menjadi objek utama setelah Alfan membuka pintu. Wanita itu menangis dengan posisi terduduk di lantai. Alfan reflek menjatuhkan barang-barangnya lalu berlari menghampiri sang Ibunda.
"Mama kenapa?" Alfan berjongkok menyetarakan posisinya.
Priska tidak menjawab. Wanita itu menunduk dan terus mengalirkan bulir-bulir beningnya.
"Mama jawab Alfan. Kenapa Mama nangis?"
Alih-alih menjawab, Priska justru semakin tersedu-sedu. Alfan dibuat bingung, apa penyebab Priska terlihat se–menyedihkan ini. Ia pun beralih menatap David yang masih berdiri di sana dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Pa, ada apa ini?" Alfan berdiri.
David memalingkan wajahnya. Seakan tak ingin mendengar pertanyaan putranya. Melihat gerak-gerik David yang seperti itu, Alfan pun beralih menatap dua orang yang sejak tadi berada di samping sang Papa.
"Mereka siapa, Pa?"
David bungkam, enggan memberitahu Alfan. Begitu juga wanita paruh baya dan cowok seumuran dengan Alfan yang masih terdiam di sana. Mereka semua seakan tidak ingin Alfan mengetahui sesuatu.
Belum sempat terjawab, Priska bangun dari posisinya. Wanita paruh baya itu beranjak menuju kamarnya.
"Mama."
Panggilan Alfan tak dihiraukan. Cowok itu mengikuti Priska setelah sebelumnya sempat melirik ke arah dua orang asing itu. Mereka adalah dua orang yang sempat ia ceritakan pada sahabatnya. Mereka dua orang yang Alfan lihat di depan cafe bersama Papanya tempo hari. Ya, Alfan masih ingat jelas dan memang mereka berdua orangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/342386339-288-k204111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT ALFANO
AcakAlfano Ravindra. Sosok cowok ramah yang menyukai cewek sejutek Jennaira. Disaat sang Mama terbaring koma di rumah sakit, disaat itu juga Alfan harus merelakan Papanya. Papa yang rela menikah lagi demi bentuk pertanggung jawaban atas perbuatannya dul...