"Jadi Alin pacarnya Atlas yang ganteng ini gak boleh overthingking lagi ya? Kan babang Atlas udah di sini."
Atlas meraih pucuk kepala Karin, lalu mengacaknya pelan.
Karin tersenyum lebar lalu mengangguk.
"Eummmm, co cwitttt!!!" Karin memandang Atlas dengan puppy eyes-nya.
"Janji gak bakal ovt lagi deh," seru Karin sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
Atlas tersenyum dan membalasnya.
"WOY!!"
Dua sejoli itu menoleh ke arah sumber suara.
"Apa-apaan kalian? Pegang-pegangan di depan rumah, balik lo."
"Jenna?"
Jenna melepaskan jemari mereka lalu sedikit mendorong Atlas agar menjauh dari sahabatnya.
"Balik sono, udah sore."
"Jenna kok ngusir Atlas?" Tanya Karin.
"Sorry Jenn, gue mau pinjem sahabat lo boleh?"
"Pinjem? Lo kira sahabat gue barang? Gak ada ya."
Karin meringis kecil. Jika sudah seperti ini, ia tak bisa berbuat apa-apa. Jenna sudah seperti kakak yang posesif baginya. Setiap kali Atlas ingin mengajaknya jalan, Jenna adalah orang pertama yang akan mengintrogasi. Karin tahu Jenna hanya khawatir dengannya. Karena itu ia tak pernah marah jika Jenna melarang.
"Bukan gitu maksudnya," cicit Atlas seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gak ada pinjam-pinjem. Pulang sono," tolak Jenna mentah-mentah.
"Please lah Jenn, gue mau bawa Karin ke suatu tempat. Gak jauh kok, bentar doang palingan."
Atlas menyatukan kedua tangannya di depan dada.
"Gue kan baru balik, masa gak boleh kangen-kangenan sih," sambungnya.
"Nah, bener tuh," timpal Karin.
Jenna mendelik tajam. "Diem lo."
Karin menciut, tak berani menatap.
"Kalo lo takut Karin kenapa-napa, lo boleh ikut kok. Gue janji cuma kali ini gue ajak Karin keluar malem, setelahnya gak akan lagi," ujar Atlas memohon.
Jenna terdiam, tampak sedang menimang ucapan Atlas.
"Oke, gue ikut," putusnya.
Karin tersenyum sumringah begitupun dengan Atlas yang dengan sigap memberi tanda hormat.
"Kita tunggu, kanjeng ratu!"
.
.Alfan kini sedang berada di rumah sakit. Masih menunggu Priska yang belum bangun dari tidur panjangnya. Cowok itu tidak pernah absen untuk menjenguk Mamanya dengan membawa bunga lily kesukaannya. Ia tak pernah bosan untuk mengajak bicara Priska walau pada akhirnya tak kunjung mendapat jawaban.
Sudah sebulan Priska terbaring di sana. Alfan rindu Mamanya. Rindu senyuman, masakan, kasih sayang, semua yang berada di diri sang Mama.
"Mama."
"Bangun ya, Ma? Alfan kangen," bujuknya.
Alfan menaruh tangan Priska di wajahnya.
"Kalo Mama tetep tidur, Alfan sama siapa?" tanya Alfan.
"Sebentar lagi Papa punya keluarga baru."
Alfan mendongak ke atas lalu menghela nafas sejenak. Ia teringat akan perkataan David saat makan malam bersama Mayang beberapa minggu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT ALFANO
DiversosAlfano Ravindra. Sosok cowok ramah yang menyukai cewek sejutek Jennaira. Disaat sang Mama terbaring koma di rumah sakit, disaat itu juga Alfan harus merelakan Papanya. Papa yang rela menikah lagi demi bentuk pertanggung jawaban atas perbuatannya dul...