Kecelakaan pesawat

108 4 0
                                    

2 Minggu telah berlalu, hubungan Rey dan Bella semakin baik dari sebelum-sebelumnya. Walaupun Rey belum bisa memastikan, kalau ia sudah jatuh cinta pada istri nya.

“Sayang,” panggil Rey, namun Bella tidak menghiraukan nya.

“Sayang, ada apa dengan mu?” Bella masih saja diam dengan melipat kedua tangan nya di depan dada.

“Say-“ Kata-kata Rey terputus karena Bella tiba-tiba menyambung nya.

“Apa kau jadi pergi?” tanya Bella dengan pandangan masih lurus ke depan, ia tidak mau menatap suami nya.

Rey menahan senyum nya. “Jadi, karena itu kau cemberut seperti ini. Menggemaskan sekali istri ku ini,” ujar Rey sambil mencubit pelan kedua pipi istri nya.

“Rey, aku serius!” Rey pun menatap mata istrinya.

“Aku pergi hanya 5 hari saja, Sayang. Dan itu juga karena mereka sedang membutuhkan banyak tenaga medis,” ujar Rey menjelaskan. Bella pun hanya diam mendengarkan nya.

2 hari yang lalu, Rey meminta izin pada Bella, bahwa untuk beberapa hari ke depan, ia harus pergi ke luar karena adanya letusan gunung merapi di suatu daerah, dan mereka membutuhkan banyak tenaga medis untuk menolong korban bencana tersebut.

“Ya sudah, tapi hanya 5 hari saja ya, jangan lebih!” cetus Bella sambil memberi ancaman pada nada bicara nya.

Rey pun terkekeh geli. “Apa kau takut merindukan ku, Sayang?” Rey berbisik tepat di telinga Bella. Bella langsung menjauhkan Rey dan berlari menuju kamar mandi.

“Kau ini lucu sekali, Bella. Baru seperti itu saja sudah malu, menggemaskan sekali,” batin Rey sambil menatap Bella yang hampir masuk ke dalam kamar mandi.

“Kenapa jantung ini selalu saja tidak bisa berhenti berdetak dengan kencang ketika berada di depan Rey? Wajah ini juga, kenapa harus memerah seperti ini. Dasar kau, membuat ku malu saja!” Bella berbicara pada dirinya sendiri dari pantulan cermin kamar mandi. Ia memegangi dada nya yang masih berdegup kencang mengingat Rey.

Keesokan pagi nya, Rey sudah siap dengan koper yang tengah di tarik nya. Sebelum berangkat ke bandara, Rey terlebih dulu mengantar Bella dan bi Ira ke rumah ibu nya.
Saat perjalanan, tidak ada yang berniat berbicara satu orang pun sampai mereka sampai di kediaman Bu Shinta.

“Bu, Rey titip istri Rey yang nyebelin ini ya, Bu!” ujar Rey sambil mengacak-acak puncak kepala Bella.

“Rey,” Bella mengerucutkan bibir nya. Rey terkekeh geli melihat nya. Bu Shinta, bi Ira dan bi Siti hanya tertawa melihat tingkah pasutri yang satu ini.

“Bu, bi, Rey pamit, ya!” Rey menyalami tangan ibu nya, dan kedua asisten rumah yang sudah di anggap nya sebagai ibu nya sendiri.

“Sayang, aku pergi dulu, ya!” ucap Rey sambil mencium kening Bella. Bella pun mengangguk.

“Rey ayo cepat, kita hampir deadline!” teriak Ronald yang sudah berada di dalam taksi yang sedari tadi menunggu Rey.

Rey pun langsung bergegas menemui sahabat nya itu dan memasuki taksi tersebut. Rey melambaikan tangan nya ke arah ibu, bibi, dan juga istri nya.

***

30 menit setelah Rey pergi, Bella mendapat telepon dari Kia.

“Bella, tempo hari kau bisa menyelamatkan Rey dari rem mobil nya yang tidak berfungsi. Tapi kali ini, kau tidak bisa menyelamatkan Rey dari kecelakaan pesawat. Aku sudah memasang bom di dalam pesawat yang akan di naiki oleh, Rey.”

Sambungan telepon tersebut langsung terputus. Bella panik apa yang harus di lakukan nya saat ini.

Setelah 30 menit, seharusnya Rey sudah sampai di bandara saat ini.

“Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?”

Bella langsung pergi mencari Bu Shinta. Bella berbicara kepada Bu Shinta, bi Ira dan bi Siti, tentang apa yang akan di lakukan oleh Kia. Bu shinta menyuruh Bella untuk menelpon Rey, Bella pun langsung mengikuti perintah ibu mertuanya itu.

Tersambung

“Rey,” panggil Bella ketika telepon tersebut telah di angkat oleh Rey.

“Iya sayang, ada apa?”

“Rey, apa kau sudah naik pesawat?”

“Belum, tapi sekarang kami akan naik,”

“Jangan, Rey!”

“Kenapa?”

“Aa … ehmm … ibu, ibu Rey?” Bella mulai gugup.

“Ada apa dengan ibu?” Rey nampak bingung sekaligus khawatir.

“Cepat lah pulang, Rey!” ucap Bella yang langsung mematikan sambungan telepon nya. Rey semakin bingung dengan apa yang baru saja Bella katakan tentang ibu nya.

Rey langsung memundurkan jadwal penerbangan nya, dan pulang ke rumah bersama Ronald menaiki taksi.

Setelah 30 menit, akhir nya mereka sampai di kediaman ibu nya Rey. Rey turun dari taksi dan langsung berlari ke dalam rumah. Di dalam rumah, Rey melihat ibu, istri dan kedua asisten rumah nya tersebut sedang duduk di sofa. Rey langsung berjalan menghampiri mereka.

“Bu, ibu kenapa?” Rey meraba-raba tubuh ibu nya untuk mengecek ada yang terluka atau tidak.

“Hey, ibu baik-baik saja.” Ujar Bu Shinta yang membuat Rey mengerutkan kening nya.

“Jadi, untuk apa Bella menelepon Rey untuk pulang?” tanya Rey bingung.

“Ibu ingin di belikan martabak durian,” ucapan Bu Shinta membuat Rey seketika membelalak kan kedua mata nya.

“Hanya martabak durian, Rey harus membatalkan penerbangan,” Rey berucap sambil mengepalkan tangan nya.

“Hahaha … kasihan nya kau, Rey!” Ronald tengah tertawa di belakang sana.

“Diamlah!” Rey langsung menatap tajam ke arah sahabat nya itu. Seketika itu, Ronald langsung bungkam.

“Ibu, kan ibu bisa membeli nya sendiri, atau ibu juga bisa memesan nya,” ujar Rey.

“Jadi, kamu tidak bersedia membelikan ibu martabak durian?” Rey pun menggeleng.

“Iya Bu, Rey belikan sekarang!” Rey langsung beranjak keluar rumah dan menaiki mobil nya dengan perasaan kesal.

Setelah 35 menit, akhirnya Rey sampai di rumah dengan membawa martabak di tangan nya.

“Ini Bu, martabak untuk ibu!” ujar Rey sambil memberikan martabak tersebut kepada ibu nya. Terlihat senyuman yang terulas di bibir ibu nya melihat martabak yang sedang di bawa nya.

“Terima kasih, Nak.” Shinta mengambil martabak tersebut dari tangan anak nya.

“Bu, Rey pamit dulu ya!” pamit Rey yang kembali menyalami tangan ibu nya.

“Iya, Nak. Berhati-hati lah!” tutur Shinta sembari mengecup kening sang anak sedikit lebih lama.

“Iya, Bu.” Rey menjauhkan tubuhnya dari ibu nya, dan mengembangkan senyum nya.

“Sayang, aku pamit ya!” Bella pun hanya mengangguk.

Rey dan Ronald kembali pergi ke bandara. Mereka memundurkan penerbangan 2 jam kedepan.

***

Di ruang keluarga rumah Bu Shinta, mereka sudah bisa bernafas lega karena Rey bisa selamat dari kecelakaan maut tersebut.

1 jam setelah keberangkatan pesawat Rey, tiba-tiba saluran televisi memberitakan bahwa ada 2 pesawat yang tiba-tiba saja meledak tanpa tau penyebab nya, pesawat tersebut bertujuan ke kota A. Itu adalah tujuan Rey, dan pesawat kedua adalah pesawat yang saat ini di naiki oleh Rey, pesawat yang pertama adalah pesawat yang gagal di naiki oleh Rey.

Seketika itu air mata bella langsung mengalir, begitu juga dengan Bu Shinta.

Di kabarkan bahwa tidak ada satu orang pun yang selamat dari ledakan tersebut karena memang pesawat tersebut seperti sudah diatur oleh seseorang agar tidak ada yang menaiki nya selain Rey dan Ronald. Bella dan bu Shinta langsung menangis histeris.

“Tidak, Bu! Berita ini pasti palsu, iya kan, Bu?” Bella menangis sambil memeluk Bu Shinta.

“Nak, ibu juga berharap seperti itu, Sayang.” Ujar Shinta sambil mengeratkan pelukan nya terhadap menantu nya itu.

Unwanted WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang