Kaivan

357 88 87
                                    

Haloooooo 👋Sebelum baca yuk vote dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloooooo 👋
Sebelum baca yuk vote dulu. Jangan lupa follow yah!
Xixi
*****

Jakarta, 2013

"Ah elah telat gue!" Rutuk seorang perempuan berambut panjang sepinggang ketika seorang guru menyuruhnya berbaris di lapangan bersama beberapa anak yang lainnya.

Kalau dipikir-pikir memang kemungkinan ia tidak telat hari ini hanya 5% mengingat mobil yang di kendarai ia dan Pak Sani—supir pribadinya yang tiba-tiba saja harus mogok di tengah jalan.

"Sebagai hukuman karena terlambat. Kalian bersihkan taman sekolah dan lari 5x." Kata guru bk di depannya. Anak-anak yang terlambat hari ini otomatis berseru tak semangat. Tapi tetap saja melaksanakan perintah.

"Loh tumben banget telat, Alika." Tanya Sugeng—anak yang doyan banget telat di kelasnya, di sela-sela mereka berlari di lapang. Memang ini pertama kalinya bagi Alika di hukum terlambat begini.

"Iya nih mobil gue tadi mogok di tengah jalan." Dumel Alika sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

Tiba-tiba saja matanya bersitatap dengan seorang lelaki yang tengah berjalan di lantai 2. Memang sekolah mereka memiliki lapangan outdoor yang dikelilingi ruang-kelas sebanyak 3 lantai. Jadi, siswa lainnya bisa dengan mudah melihat ke arah lapangan.

Alika tersenyum melihat siapa gerangan lelaki yang tengah berjalan itu, Kaivan Gibran Madhava. Lelaki yang dia kejar-kejar 2 tahun belakangan ini. Walaupun sebenarnya ia sudah naksir Kaivan dari kelas 1 smp tapi dia baru punya keberanian saat sma ini aja mengejar lelaki itu.

Alika berhenti berlari. Dia membenarkan rambutnya, menyelipkan helaian anak-anak poni ke belakang telinga. Menautkan jemarinya membentuk sebuah simbol LOVE ke udara, lebih tepatnya ke arah Kaivan di sebrang sana. Lalu tidak lupa menempelakan jemari lentiknya ke bibir, kembali sebuah kecupan ke udara ia layangkan untuk Kaivan.

Kaivan yang melihat itu langsung membelalak terkejut hingga buku-buku yang tengah ia pegang terjatuh. Ia berjongkok memungutinya, tergegesa-gesa ia berjalan. Terlalu kikuk hingga lelaki itu kembali menabrak sebuah pilar di depannya. Wajah lelaki itu merah padam.

Alika mengikik sampai perutnya sakit. Ia membayangkan jika lelaki itu ada di depannya, Kaivan pasti akan meneriakinya seperti yang sudah-sudah.

"Sa aja lo neng!" Sikut Sugeng yang tiba-tiba saja sudah di sebelahnya sambil melihat tontonan apa gerangan yang membuat Alika tertawa sambil terpingkal-pingkal.

"Demen bener ngegodain Kaivan. Itu singa ntar makin ngamuk lagi sama lo."

Alika mengikik, "Justru itu letak tantangannya!"

💎💎💎

Alika Putri Danita. Siapa yang tidak mengenal perempuan itu. Cantik, kaya, cerdas dan supel. Tapi bukan itu alasan yang membuat Alika sangat terkenal di SMA Bangun Jaya ini, melainkan karena kegigihannya mengejar Kaivan Gibran Madhava, lelaki paling ganteng, jenius serta paling dingin yang pernah ada. Dinginnya melebihi kutub utara.

Tidak ada perempuan yang berani mendekati Kaivan berlama-lama selain Alika. Karena tentu saja Kaivan akan mengabaikannya. Lelaki itu malas untuk berurusan dengan perempuan, entah kenapa. Cuman Alika yang bebal dan masih bertahan sejauh ini. Padahal sudah ribuan kali di tolak mentah-mentah oleh Kaivan. Tapi tetap saja Alika seolah tidak pernah kehabisan akal untuk mendekati lelaki itu.

Seperti kali ini, sehabis dihukum tadi pagi ia kembali ke kelas dengan membawa kantungan plastik berisikan obat-obatan di gengaman tangannya. Ia menghampiri meja Kaivan dan mengetuk-ngetuknya. Berusaha mengusik si empunya meja yang sedang tenggelam dalam bacaannya.

Kaivan mendelik. Menatap Alika dengan sengit. Ia bertanya apa mau perempuan itu hanya melalui tatapannya.

"Obat. Buat kamu." Kata Alika sambil tersenyum manis.

"Buat apa?" Ujar Kaivan dingin.

Alika menunjuk dahinya, memberi isyarat. Ia tahu dahi lelaki itu merah karena ulahnya tadi pagi.

"Nggak perlu! Gue nggak sakit." Tepis Kaivan ketika Alika mendekatkan plastik berisikan obat itu ke hadapan Kaivan.

"Yahh gue cuman takut lo bakalan babak belur karena menerima serangan cinta bertubi-tubi dari gue." Ucap Alika sambil menggerakkan tangannya seolah memanah tepat ke hati Kaivan.

Pyu..pyuu...pyu.. berulang kali Alika melancarkan tembakannya.

Kaivan yang mendengar itu langsung melotot.  Muka nya merah padam sambil menundukkan pandangan ke arah bukunya. Seisi kelas langsung berseru heboh. Sugeng yang berjalan sambil mencomot keripik setan level 50nya langsung tersedak hebat dan buru-buru mencari minuman. Dalam hati ia menyumpah serapah pada Alika.

"Woyyyy ada yang punya plastik nggak?" Teriak Jemima, sahabat Alika dengan heboh.

"Buat apaan?" Tanya Budi.

"Gue pengen muntah." Ucap Jemima menahan mulutnya dengan tangan seolah dia sedang muntah.

"Tolong pindahkan gue ke mars sekarang juga. Gue nggak sanggup menerima keuwuan ini." Teriak Budi seolah bergidik.

"Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang

Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan

Jiwaku berbisik lirih
Ku harus milikimu"

Budi dengan heboh menyanyikan sebuah lirik lagu risalah hati.

"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa" Sugeng yang tadi sudah minum ikutan nimbrung menyambung lirik. Walaupun suranya sumbang tapi di punya kepedeen level 1000.

"Simpan obat yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami" sambung Jemima. Yang langsung menerima timpukan kertas dari Budi karena mengubah lirik lagu. Kata 'mawar' pada lirik sudah berganti menjadi 'obat'.

Yang awalnya hanya beberapa orang yang bernyanyi malah berlanjut jadi seluruh anak yang ada di kelas. Sudah tidak tergambar bagaimana ekspresi Kaivan saat ini. Sedangkan Alika hanya bisa mengulum senyum.

Haiiii
Gimana nih part ini?
Kalian sukaa ga?
Please komen dan votenya
Aku sih amatir ini perlu banget saran dari kalian

My first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang