Sengatan cinta bertegangan tinggi

150 30 22
                                    

Haiii cinggu? Masih setia nggak ngikutin perjalanan cintanya Kaivan dan Alika?

Sebelum baca vote dan komen dulu yah yang banyak biar author semakin semangat

Selamat membaca 📖
Xixixi

"DASAR KAIVAN ANJIIIIIINGGGG!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"DASAR KAIVAN ANJIIIIIINGGGG!!!"

Teriakan Alika membahana di segala penjuru, ketika dengan laknatnya Kaivan memasukkan kunci itu ke dalam celana. Bukan sembarang celana lagi, tapi celana dalam!

Dari sekian banyak tempat pria itu malah memilih celana dalam sebagai tempat bersarangnya kunci jahanam!

Oh ayolah, kenapa bukan kantong saku celana atau sekalian saja membuang kunci itu di tempat pembuangan khusus yang memang di sediakan di sana.

Emang pria itu pikir Alika akan takut ha?

Mau menantangnya?

Dengan senyum licik yang menghiasi wajah Alika, wanita itu mendekati Kaivan. Kaivan yang menyadari akan sesuatu yang tak beres mendadak memundurkan langkahnya. Namun kalah cepat dengan belitan jemari mulus Alika di pinggang pria itu.

Alika semakin mendekatkan dekapannya hingga tak menyisakan jarak di antara keduanya. Dengan sebelah alis yang terangkat dan senyum sinis yang menghiasi wajahnya, dia menarik ujung coat miliknya untuk menutupi tubuh Kaivan dan memegangnya menggunakan jemari kanannya. Agar apa yang akan dilakukannya di balik coat itu tak terlihat oleh orang lain.

"Kamu mau apa?"

Kaivan dibuat tak bisa bernafas, dia dengan susah payah menelan ludahnya ketika jemari kiri Alika mulai meraba dada bidangnya. Perlahan merambat turun ke perutnya lalu turun lagi—

Astaga!

"Cukup!" Hardik Kaivan sambil mendorong badan Alika pelan untuk menjauh, dia melakukannya sebelum wanita itu meraba lebih jauh ke bagian tubuhnya yang sensitif untuk sekadar mengambil kunci.

Kalau Kaivan tidak menghentikan aksi Alika apakah wanita itu akan benar-benar mengambil kunci di celana dalamnya?!

Heh?

Alika menjulurkan lidahnya melihat wajah Kaivan yang sekarang lebih merah dari pantat monyet. Sedetik kemudian wanita itu tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan sambil memegangi perutnya.

Ah!

Tawa itu.

Hampir saja Kaivan melupakan bagaimana cantiknya Alika ketika tertawa seperti itu. Karena faktanya Kaivan tak pernah melihat tawa seperti itu semenjak 10 tahun belakangan ini.

My first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang