CALON SUAMI?

298 70 55
                                    

Haiii cinggu 👋👋Pada nungguin bab selanjutnya ga?Gue mau makasih bgt kalo ada yang nungguin dan terus kasih semangat buat gue!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii cinggu 👋👋
Pada nungguin bab selanjutnya ga?
Gue mau makasih bgt kalo ada yang nungguin dan terus kasih semangat buat gue!

Selamat membaca.

Semoga kalian suka sama part ini

****

Seringkali kita harus menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini memang tak lepas dari campur tangan Tuhan. Entah itu pertemuan atau Perpisahan. Tuhan lah yang menuntun kita untuk menuju pintu Takdir itu. Memang ada sesuatu yang tak masuk akal yang harus selalu kita yakini bahwa tidak ada kebetulan dalam hidup, karena segala hal yang terjadi untuk suatu alasan.

Alika POV

Seoul, 2023

"Hai, apa kabar?" Ucap pria di depan gue dengan canggung.

"B-baik." Jawab gue tak kalah canggungnya sambil menyesap kopi di hadapan gue untuk memecah kesunyian.

Tanpa berniat untuk menanyakan kabar pria di hadapan gue balik, gue lebih memilih untuk mengalihkan pandangan memerhatikan sekeliling.

Cafe ini memiliki interior yang simpel namun terkesan nyaman. Dipenuhi dengan tanaman hijau sehingga membuat siapa saja yang menginjakkan kaki di sana merasa sejuk. Bukan sampai di situ saja, cafe ini juga dilengkapi dengan berbagai sudut yang menarik sehingga sangat pas bagi kaula muda untuk berpoto-poto cantik sembari meneguk secangkir kopi hangat.

Lama, tak ada pembicaraan. Sesekali gue memandangi pria di hadapan gue itu, mencuri-curi pandang. Benar-benar hari yang canggung bagi kami berdua setelah 10 tahun tak saling jumpa.

Kenapa gue harus bertemu lagi dengan pria di hadapan gue ini? Di seoul pula, yang jelas-jelas sangat kecil kemungkinannya.

Bagi gue, Kaivan tak banyak berubah. Tetap tampan sama seperti yang masih terpatri di ingatan gue. Hanya tampak jauh lebih dewasa dan lebih matang. Hal itulah yang membuat daya tarik pria itu semakin meningkat.

Garis rahangnya. Alis tebalnya. Hidung mancungnya. Tatapan matanya yang bak elang itu. Bibirnya yang selalu mencuat ke arah kanan jika pria itu tersenyum. Wajah dingin yang selalu gue puja.

Tapi, itu dulu. Sepuluh tahun yang lalu.

Memang kalian pikir setelah 10 tahun berlalu rasa itu masih akan tetap sama?

"Alika aku—"

Drtt... getar hp gue memotong pembicaraan Kaivan. Gue mengisyaratkan Kaivan untuk menunggu.

My first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang