0.12

821 68 3
                                    

Hening menyelimuti disana, tak ada suara yang sepertinya sanggup memecahkan keheningan ini, Nabila menghela nafas, menatap susana kamarnya yang temaram, ia benar benar sedang menenangkan diri dengan bersembunyi dari hiruk pikuknya dunia yang tamak.


Langkah kaki kecilnya berjalan, membawa tubuh itu untuk mendekat pada ranjang besarnya, masih sama!, Nabila benar benar hanya ingin diam sekarang.


Gadis itu kemudian duduk di ranjang besarnya lalu mendongkak menatap jam yang menunjukan waktu pukul berapa, ia memejamkan matanya, mencoba merileksan dirinya sendiri, ingatannya berputar jauh sekarang, tentang kejadian stalker dan kakak kelas yang menyelamatkannya, serta hal buruk lainnya yang ia dapatkan pagi ini.

Nabila meringis, gadis itu menahan tangis dengan kepala yang ia sembunyikan di kedua kaki yang ia tekuk, lagi lagi ia menatap tajam pojok ruangan yang masih temaram, tak ada sinar matahari yang menembus gorden berwarna abu itu, hanya ada cahaya kecil dari lampu tidur yang ia hidupkan di samping tempat tidur.


"Ayah... Ibu... Nab takut". lirih gadis itu yang sudah sepenuhnya menenggelamkan kepala diantara kedua kakinya.


"Bang Neyl, cepet pulang...". Tangis Nab sembari memegang handponenya erat erat, ia sudah beberapa kali mengubungi kakaknya itu, Namun dering sibuk selalu terdengar di sana yang membuat gadis itu meringkuk ketakutan sekarang.





______________________________

"Dim!".

Panggil Neyl pada Diman yang baru masuk kelas.

"Gw minta tolong dong, beliin nasi padang satu terus bawain ke Nabila, kasian ini udah jam makan siang dia pasti laper". Ucap Neyl sembari menatap Arloji jam yang ia pakai sekarang.

"Lho kelas lu kan udah habis Neyl, gak langsung pulang tah?". Diman bertanya bingung menatap Neyl yang malah meluruskan tangannya ke atas, melakukan peregangan dengan sesekali mengibaskan rambut panjangnya.

"Anak anak BEM lagi butuh arahan senior katanya, yang lain pada gak bisa, mereka nunjuk nya gw, mau gak mau gw pulang telat hari ini". Neyl berucap lelah, 3 kelas hari ini harus ia pelajari, ia lelah dan ingin pulang saja, bermalas malasan dan bersantai ria dengan adiknya dirumah.

Diman yang mendengar alasan Neyl menyetujui, berniat menolong sahabat nya itu, Tho ia kasian juga dengan Nabila yang sudah ia anggap adik sendiri, pasti gadis itu sedang kelaparan sekarang.

"Thanks ya Dim, bilangin sama Nab gw pulang telat, hape gw juga mati gara gara kebanting tadi, gw takutnya dia nyariin".

Diman yang mendengar ucapan Neyl meringis, ia tau penyebab kronologis handpone Neyl mati, Handpone yang tadi retak sebelah itu tiba tiba ngeleg parah dan tiba tiba mati, itu karna perbuatannya juga yang iseng mengkageti orang.


"Sorry ya Neyl".


Neyl mengangguk mengatakan tak apa apa, lelaki itu sibuk mengibaskn rambut panjangnya kegerahan, ia mengeluarkan selembar uang kertas merah di saku celananya, memberikan uang itu pada Diman.

"Nih uangnya, jangan pedes pedes sambelnya pisah aja, takut dia sakit perut". Pesan Neyl.


"Yaudah gw duluan atuh, Good Luck brother, Fighting!". ucap Diman memberi semangat yang dibalas senyum tipis sahabat nya yang berambut panjang itu, Diman kemudian pergi ke parkiran, mencari kuda besi kesayangannya untuk segera pegi dan menyampaikan pesan Neyl tadi.

Baru saja ia melewati lorong kelasnya tadi Diman di kejutken dengan seseorang yang tiba tiba berdiri disampingnya, menatapnya tajam.


"Minggir Paul, gw mau ngejalanin tugas mulia ini!". Diman menyenggol bule bali itu, Namun sayang Paul tak mudah goyah lelaki itu malah menendang kecil tulang kaki Diman yang membuatnya mengaduh kesakitan.


DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang