0.19

938 84 16
                                    






"Brak"







Seseorang membuka pintu rumah itu dengan kasar, terlihat raut lelah di wajahnya, ia mengusap kasar wajahnya yang terlihat sangat frustasi  sekarang.



"Hah".




Orang itu mendesah lirih, ia membuka jaket yang ia kenakan saat ini, membuangnya asal dan dengan cepat duduk di sofa yang berada disana.




"Kenapa Ron?".



Rony yang baru duduk itu mendongkak keatas,melihat seseorang yang berdiri di lantai dua kini menatapnya dengan pandangan bertanya.


"Jangan terlalu dipikirin, Wajah lu semrawut bener hari ini, lu harus yakin Nab, Nab lu itu bakal sembuh".



Orang tadi berjalan pelan menuruni tangga, bermaksud menghampiri Rony yang kini sudah merebahkan tubuhnya pada sofa panjang itu.



"Apa yang bisa gw lakuin Man, Apa?".




Rony Frustasi, membayangkan kemungkinan terbesar saat ini, ia baru kembali dari rumah sakit sebelumnya menenangkan Neyl yang kembali menyalahkan dirinya sendiri dan terus melukai fisiknya itu.



"Dude... Percaya, Tuhan bakal denger semua doa tulus buat Nab, sekarang tugas lu, ah, tugas kita!, ya tugas kita  harus cari pelaku yang buat Nab kaya gini".





Rahman melempar sebuat botol minuman dingin yang ia ambil dari kulkas, memberikannya pada Rony yang ditangkap tangkas oleh pemuda berwajah datar itu, ia menendang kaki Rony bermaksud meminta space untuk duduk, lalu menepuk laki laki yang kini duduk itu, memberi sedikit semangat dan simpati untuk Rony.



"Lu tau Ron?, gw nemuin sesuatu ditempat kejadian, ada bangkai kucing yang udah busuk waktu gw temuin dan selembar poto yang mukanya udah di sobek sobek".


Rony menatap Rahman dengan cepat, mencari kebenaran pada pemuda yang sudah menjadi parter dan tangan kanan yang selalu ia andalkan, Rony menerima poto yang di beri oleh Rahman tadi, ia tau siapa orang yang berada di poto itu, ini poto dirinya dan Nabila saat di kejar Stalker di Mall beberapa minggu yang lalu.





"Anjing!".







"Brak".





Rony berteriak murka, ia menendang meja yang berada di depannya itu membuat keadaan sekelilingnya itu berantakan, buku kukunya memutih menahan amarah, meremas poto yang sudah bercampur bercak darah mengering.

Pemuda itu berdiri kembali mengenakan jaket yang tadi ia lempar sembarang arah, Rony pergi begitu saja tak menghiraukan teriakan Rahman yang menyuruhnya untuk menetap disana sebentar saja.



"Ron!, Lu mau kemana Ron?!".




Rahman berdecak kacau, kantung mata di bawah matanya membuat ia lelah, ditambah sikap Rony yang terlihat cendrung gegabah sekarang, ia sudah berusaha 4 malam ini untuk bergadang, mencari informasi tentang pelaku yang terlibat dalam  kasus Nabila, Namun temannya itu mengacaukannya, Rony terlalu gegabah hanya karena sedikit bukti yang ia sampaikan.






______________________









23.30, Arloji yang dikenakan pemuda itu menunjukan pertengahan malam, membuat siapapun enggan melakukan aktifitas di tengah kegelapan malam itu.


Rony masih menggas dengan cepat kuda besinya, Motor besarnya melacu dengan cepat, membelah jalan yang terasa semakin hening detik demi detiknya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang