0.24

841 76 26
                                    

Suasana Riuh memenuhi koridor Rumah Sakit, terlihat disana Paul sedang berlari tergesa gesa dengan Salma yang mengejar di belakangnya.


Neyl berdiri di samping pintu Ruangan Nabila bersama ayah dan ibunya, mereka bertiga saling mendoakan satu sama lain, berharap sebuah keajaiban akan hadir di sini.

Sementara Rony, ia berdiri dengan raut tegang sesekali mengintip pada ruangan yang sekarang tertutup gorden itu, helaan nafas berat teradu disana, membuat nya kembali frustasi di hadapkan oleh hal yang sama untuk kedua kalinya.


Dokter berjalan dengan pelan dari jauh, sembari diiringi beberapa perawat yang membawa alat alat yang tak di mengerti oleh Rony, mereka dengan segera masuk kedalam Ruangan Nabila, karena bunyi darurat masih terus berbunyi didalam sana.




"Ayo Nab, Lawan!, Lu bisa bangun Nab".



Rony mendesis lirih, beberapa jam sebelumnya ia akan menemui Rahman untuk membalas semua dendam yang ia tumpuk, Namun kabar buruk kembali datang, saat Paul dan Salma menghampirinya yang berada di parkiran, mereka berdua memberikan kabar, Nab kembali kejang kejang.



Beberapa kali, Nada penuh harap itu terucap satu persatu dari mulut mereka, memberikan doa paling tulus untuk di berikan pada Nabila yang kini berjuang, Anggis dan Syarla terisak dalam pelukan hangat keduanya, membuat Novia yang duduk tak Jauh hanya menatap sendu kedua pemudi ceriwis itu.











"Kret".












Pintu Ruang terbuka, menampilkan Dokter yang memakai masker di wajahnya, Para Perawat berhamburan keluar meninggalkan Dokter yang masih berdiri di depan pintu.



"Keluarga Pasien?". Tanya Dokter menatap satu persatu orang orang yang berdiri tegang di sana.






Ayah Nabila maju, Pria paruh baya itu menghampiri Dokter berjas putih dengan pelan, ia masih terus merapalkan harap dan doa yang sama di setiap detiknya, berharap putri kesayangannya segera bangun dan kembali ceria.





"Ada dua kabar yang bisa kami berikan hari ini". Dokter tersenyum menatap ayah Nabila dengan hangat, ia memegang pundak Pria paruh baya itu dengan pelan memberi sedikit dorongan semangat untuk di sampaikan.





"Apa ada opsi Dok?". Tanya ayah Nabila.




"Ada, Kabar baik dan kabar buruk, jadi kabar mana terlebih dahulu yang ingin kalian dengar". Jawab Dokter sembari memandang pada sekitarnya yang menatap penuh tanya dan minat Padanya.



"Tolong kabar buruknya dulu Dok!".




Rony berteriak lancang, menyentak dan memotong ucapan ayah Nabila yang baru saja ingin bersuara, Pemuda itu hanya diam saat di tatap tajam oleh Ayah Nabila.



Sementara Dokter hanya tersenyum pelan, sedikit heran dengan Pemuda yang berada di ujung sana yang ingin sekali mendengar kabar buruk saat ini.




"Kabar buruknya, infeksi Pasien kembali menyebar membuat beberapa syaraf terganggu, kemungkinan akan terjadi pergangan otot yang akan membuat kedua kaki pasien lumpuh sementara".




Semuanya terdiam kaget, perkataan Dokter terlalu buruk untuk sekedar mereka pikirkan sekali saja, Diman meremas kedua pahanya pelan menyalurkan perasaan marah dan kesal dalam dirinya, sementara Neyl hanya diam dengan pandangan kosong, matanya penuh dengan luka yang menyakitkan saat mendengar kabar adik tersayangnya akan lumpuh, ia menatap ibu nya yang kembali tersendu dalam diam, ia tak bisa apa apa selain mencoba ikhlas dan menerima semuanya.


Rony mengepalkan kedua tangannya dengan erat, membuat buku buku jari kasar lelaki itu memutih, ia ingin berteriak dengan lantang dan mengobrak abrik Rahman saat ini, pandangannya memerah sarat dengan luka yang kembali tergores dihatinya.



Paul hanya bisa menatap Salma dan Novia yang kini menenangkan Anggis dan Syarla, mereka berempat menangis histeris saat mendengar kabar buruk itu, Paul meringis dalam hati, ia memejamkan kedua matanya, mengusir rasa pening yang tiba tiba menghampirinya kini.






"Tapi tenang dulu!". Dokter menyela dengan cepat saat melihat ekspresi keluarga pasien yang begitu terluka saat ini.







"Ada kabar baik yang akan saya sampaikan saat ini". ucap Dokter sembari tersenyum tipis.






"Kabar baiknya, pasien berhasil lolos dari kondisi komanya, saat ini kita tinggal menunggu ia sadar sepenuhnya, Pasien saat ini tengah tertidur karena efek bius pada obat yang kami beri".



"Selamat Pak!, Anak anda sudah bangun, dia hebat bisa mengalahkan komanya sebulan ini, Saya permisi!".



Dokter tersenyum lembut memberi sedikit usapan pada bahu ayah Nabila, ia bisa melihat beberapa ekspresi terkejut lainnya saat ini, ia tersenyum dengan riang, akhirnya selama sebulan penuh ini, ia bisa menyampaikan satu kabar baik diantara banyakny kabar buruk.





Rony berlari mendekat kearah kaca yang tersambung dengan ruangan Nab, ia tak bisa menahan senyumannya saat mendengar Nabila akan bangun saat ini, Dadanya bergemuruh dengan hebat mengalunkan detak jantung yang saling beradu kencang disana, dengan pelan ia mengusap kaca yang memperlihatkan gadis manis itu tengah tertidur dengan pulas, Rony kembali tak bisa menahan senyum paling manisnya saat ini.




"Terima kasih Tuhan, Terima kasih". Ucap Rony berulang ulang sembari terus memandang wajah Nabila yang terlihat damai.






"Alhamdulilah". Ibu Nabila menangis dengan haru di pelukan sang suami, Neyl ikut menyelip diantara keduanya, kali ini ekspresi bahagia memenuhi koridor ruangan ini.




Paul tersenyum tipis melihat Nabila di balik jendela, ia sedikit jengkel saat Rony dengan tubuh besarnya itu menutupi pengelihatannya untuk melihat Nabila, tak tak masalah Paul benar benar ikut senang dengan kabar gembira ini.









"Akhirnya Nab!". lirih pemuda bule itu.






Diman menangis haru, kali ini orang yang sudah Nabila anggap sebagai kakak itu tengah menangis dengan haru saat ini, ia bahkan terduduk pada lantai kotor disana, tak kuasa menahan beban tubuhnya yang lunglai, Diman menangis dengan haru membuat Salma menepuk nepuk pelan bahu pemuda itu, menenangkan Diman yang masih terdiam dengan tangisnnya.





Tangan Salma menggenggam erat tangan Diman yang terkepal, sebuah senyum manis ia berikan untuk pemuda manis itu, Salma senang dengan kabar yang ia dengar meskipun hatinya sedikit resah saat kemungkinan saat Nab sadar ia akan sadar ia tengah lumpuh saat ini.





"Dim... Doa kita di denger Tuhan, Alhamdulilah Dim". ucap Salma menepuk pelan bahu Diman.














"Sebentar lagi Nab sembuh Dim, sebentar lagi dia bakal ikut nongkrong bareng bareng sama kita". Seru Salma sambil terkekeh riang, perempuan itu sama sekali tak bisa menahan raut bahagianya saat mendengarkan kabar baik dari Dokter, ia bahagia sangat.











"Kak Nov!, Nab bangun Kak Nov!". Syarla berteriak dengan histeris, membuat semuanya memandang dengan senyum tipis pada remaja itu, ia memeluk Anggis dengan erat, yang juga di peluk Novia dengan erat.





Novia hanya mengangguk senang dengan kabar baik itu, ia menatap kedua adik tingkatnya itu dengan senang, matanya sesekali melirik kearah Neyl yang tersenyum lega, ia bahagia, paling tidak setidaknya lelaki itu bisa sedikit tersenyum kembali saat ini.












"Nab, sekarang ayok pulih". bisik harap semua orang dalam hatinya, memanjatkan beribu doa tulus untuk gadis itu, mereka bahagia akhirnya penantian ini tak berujung dengan sia sia.





















_______________________















TBC.

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang